AI

Booming AI Angkat Saham Emerging Market

Booming AI Angkat Saham Emerging Market
Booming AI Angkat Saham Emerging Market

JAKARTA - Gelombang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini bukan hanya mengguncang Silicon Valley, tetapi juga membawa peluang besar ke pasar negara berkembang. Investor global melihat AI bukan sekadar tren teknologi, melainkan motor penggerak baru yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia hingga Amerika Latin.

Di tengah gejolak pasar, perusahaan-perusahaan di emerging market justru mendapatkan angin segar dari lonjakan belanja teknologi berbasis AI. Tidak hanya menjadi pemasok bagi raksasa global, banyak di antaranya juga mulai memimpin transformasi digital di kawasan masing-masing.

Dari Tren Jadi Peluang Jangka Panjang

Keberhasilan DeepSeek dari China dan sejumlah perusahaan semikonduktor Asia menjadi titik awal bergesernya perhatian investor. Manajer aset besar seperti AllSpring Global Investments dan GIB Asset Management kini semakin berani menempatkan portofolio mereka pada saham-saham AI di negara berkembang.

“Tren ini dapat bertahan selama 10 hingga 20 tahun ke depan,” jelas Alison Shimada, Kepala Divisi Ekuitas Pasar Berkembang di AllSpring. Menurutnya, dampak AI tidak hanya soal keuntungan bagi perusahaan, melainkan juga transformasi nyata bagi masyarakat lokal di kawasan emerging market.

Saham Teknologi Jadi Andalan

Data Bloomberg menunjukkan, perusahaan berbasis AI kini menduduki posisi enam besar kontributor bagi reli indeks saham EM pada 2025. Nama-nama seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), Tencent, Alibaba, Samsung Electronics, SK Hynix, dan Xiaomi menyumbang 37% dari reli tersebut.

Kinerja saham-saham ini bahkan melampaui kelompok perusahaan teknologi megacap “Magnificent Seven” yang berbasis di Amerika. Hal ini menegaskan bahwa pasar negara berkembang punya peluang unik untuk mengambil peran lebih besar dalam ekosistem AI global.

“Anda tidak dapat berinvestasi di pasar negara berkembang tanpa memiliki pandangan optimistis tentang bagaimana kisah AI ini berkembang dari perspektif pendapatan perusahaan,” kata Kunal Desai, Co-Portfolio Manager GIB Asset Management di London.

Taiwan dan Korea Jadi Penggerak Utama

Meskipun pasar saham sempat tertekan akibat isu perdagangan dan pungutan semikonduktor, investor menilai Taiwan dan Korea Selatan tetap akan menjadi “penggerak utama” untuk dua hingga tiga tahun mendatang.

Selain itu, Malaysia, China, India, hingga sebagian kawasan Amerika Latin dan Timur Tengah diperkirakan akan menikmati “keuntungan tidak proporsional” karena paparan besar terhadap data dan aplikasi AI.

Banyak lembaga pendanaan justru memanfaatkan pelemahan pasar untuk meningkatkan investasi di saham AI. Mereka memperkirakan bahwa sepertiga imbal hasil dari emerging market di tahun-tahun mendatang bakal bersumber dari sektor ini.

Sinyal Pertumbuhan Berkelanjutan

Tanda-tanda momentum positif makin jelas terlihat. Adopsi AI kini meluas ke berbagai segmen, mulai dari komputasi awan (cloud computing) hingga kendaraan listrik (EV). Estimasi rata-rata laba 12 bulan ke depan untuk saham teknologi negara berkembang naik 15% sejak awal tahun, jauh di atas kenaikan 6% dari saham emerging market secara keseluruhan.

“Porsi kontribusi AI dari sudut pandang kinerja hanya akan terus tumbuh,” ungkap Xingchen Yu, ahli strategi UBS Global Wealth Management. Menurutnya, Asia Utara khususnya akan menjadi pusat pertumbuhan sekuler baru berkat kebangkitan AI.

Jawaban atas Kendala Kinerja Laba

Selama beberapa tahun terakhir, salah satu tantangan besar bagi perusahaan di emerging market adalah kegagalan memenuhi proyeksi laba. Data Bloomberg mencatat bahwa sejak 2022, emiten di Indeks MSCI EM rata-rata meleset lebih dari 12% dari perkiraan.

Namun, sektor teknologi informasi yang erat kaitannya dengan AI menjadi pengecualian. Sejak kuartal keempat tahun lalu, perusahaan AI berhasil konsisten memenuhi bahkan melampaui target pendapatan. Fakta ini meningkatkan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang.

“Sektor ini diperkirakan akan tumbuh pesat dan bakal terus demikian di masa mendatang,” tutur Young Jae Lee, Manajer Investasi Senior di Pictet Asset Management.

AI sebagai Babak Baru Ekonomi Emerging Market

Dengan tren AI yang semakin matang, emerging market kini memiliki peluang untuk tidak hanya menjadi pemain pendukung, tetapi juga motor utama pertumbuhan ekonomi global. Dari chip semikonduktor di Taiwan, raksasa internet di China, hingga produsen teknologi di Korea Selatan, semuanya bergerak menuju arah yang sama: menjadikan AI sebagai tulang punggung masa depan.

Meski tantangan masih ada—mulai dari gejolak perdagangan hingga potensi kesalahan prediksi pasar—momentum positif ini menegaskan bahwa revolusi AI bukan sekadar tren sesaat. Bagi investor dan negara-negara berkembang, AI adalah babak baru yang menjanjikan keuntungan sekaligus transformasi jangka panjang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index