JAKARTA - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan telah menciptakan peluang besar dalam dunia ilmiah, terutama dalam proses penulisan. Alat generatif berbasis AI seperti ChatGPT, Gemini, dan Copilot kini mulai digunakan secara luas oleh para akademisi. Mereka memanfaatkan teknologi ini untuk membantu menyusun kalimat, memperbaiki tata bahasa, hingga merancang kerangka tulisan.
Namun, seiring dengan manfaat yang ditawarkan, muncul pula tantangan serius. Dunia ilmiah harus menyikapi kemajuan ini dengan hati-hati agar tetap menjaga nilai-nilai integritas dan tanggung jawab akademik. Maka muncullah aturan baru sebagai landasan etika penggunaan AI dalam karya ilmiah.
AI Sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti
Satu prinsip penting yang ditegaskan dalam berbagai pedoman internasional adalah bahwa AI tidak dapat diakui sebagai penulis. Meskipun AI mampu menghasilkan tulisan yang kompleks, ia tidak memiliki kesadaran, tidak dapat bertanggung jawab secara etika maupun hukum, dan tidak mampu merespons kritik ilmiah.
Dalam hal ini, penulisan ilmiah tetap menjadi domain manusia. Tanggung jawab terhadap isi tulisan, orisinalitas, dan pernyataan konflik kepentingan hanya dapat dipegang oleh individu yang hidup dan sadar. AI, secerdas apa pun, tidak memenuhi kriteria tersebut.
Pemanfaatan yang Diperbolehkan
Meski tidak bisa disebut sebagai penulis, AI tetap diperbolehkan untuk membantu proses penulisan. Fungsi yang diperbolehkan antara lain:
-Menyunting tata bahasa dan ejaan,
-Menyusun ulang kalimat untuk memperjelas maksud,
-Membantu membuat draf awal dari data yang telah dimiliki penulis.
Namun, penggunaannya harus disampaikan secara jujur dan terbuka. Penulis diwajibkan menuliskan pernyataan dalam bagian tertentu dari naskah bahwa mereka menggunakan AI dalam proses penulisan, dan tetap bertanggung jawab penuh atas isi akhir tulisan tersebut.
-Contoh pernyataan yang disarankan:
"Penulis menggunakan [nama alat AI] untuk membantu penyusunan naskah ini. Peninjauan akhir dilakukan secara manual oleh penulis dan seluruh isi merupakan tanggung jawab penuh penulis."
Peran Reviewer dan Editor Tak Tersentuh AI
Etika penggunaan AI juga berlaku untuk reviewer dan editor jurnal. Reviewer tidak diperkenankan untuk mengunggah naskah yang sedang dinilai ke platform AI publik karena hal ini dapat membahayakan kerahasiaan ilmiah serta melanggar hak cipta.
Begitu juga dengan editor jurnal ilmiah. Mereka tidak boleh menggunakan AI sebagai alat untuk mengambil keputusan editorial. Penilaian terhadap kelayakan publikasi harus dilakukan secara profesional oleh manusia. Keputusan yang menyangkut masa depan sebuah karya ilmiah tidak boleh ditentukan oleh algoritma.
Gambar AI Butuh Penjelasan
Tidak hanya teks, visualisasi dari AI juga diatur ketat. Dalam konteks penelitian, penggunaan gambar dari AI hanya diperbolehkan apabila gambar tersebut menjadi bagian dari metode penelitian itu sendiri, seperti dalam studi tentang pemodelan visual berbasis AI.
Namun untuk keperluan ilustratif biasa, penggunaan gambar dari AI tidak direkomendasikan. Bila tetap ingin digunakan, maka harus dilengkapi dengan dokumentasi alat, versi, dan proses pembuatannya secara rinci. Ini bertujuan agar transparansi tetap terjaga dan pembaca memahami konteks serta keaslian ilustrasi yang ditampilkan.
Menjaga Integritas Akademik
Semua aturan tersebut bukan dimaksudkan untuk membatasi kreativitas, melainkan sebagai penjaga nilai-nilai ilmiah. Teknologi AI adalah inovasi luar biasa, tetapi jika digunakan tanpa kendali, bisa berujung pada penyalahgunaan yang serius seperti plagiarisme, kesalahan dalam penyajian data, dan hilangnya tanggung jawab akademik.
Keterbukaan dan kejujuran menjadi prinsip utama dalam penggunaan AI dalam dunia ilmiah. Apapun bentuk bantuannya, tanggung jawab akhir tetap berada di tangan penulis, editor, maupun reviewer. Mereka harus tetap menjalankan tugasnya secara langsung dan manual untuk menjaga kredibilitas naskah ilmiah.
Rangkuman Panduan Etika
Agar lebih mudah dipahami, berikut gambaran umum dari pedoman etika yang disusun untuk menjaga kualitas publikasi ilmiah di era AI:
-Penulis
AI dapat membantu memperbaiki tata bahasa dan menyusun kalimat, tetapi penggunaannya wajib diakui dalam naskah. AI tidak boleh dicantumkan sebagai penulis.
-Reviewer
Dilarang mengunggah naskah ke platform AI publik. Penilaian dilakukan secara pribadi dan langsung untuk menjaga kerahasiaan dokumen.
-Editor
Tidak diperbolehkan menggunakan AI dalam pengambilan keputusan editorial. Semua penilaian dan kebijakan tetap menjadi tanggung jawab editor manusia.
-Ilustrasi Visual
Gambar dari AI hanya digunakan bila bagian dari metode penelitian. Bila untuk kepentingan umum, maka harus dilengkapi dokumentasi yang jelas dan tidak mengaburkan data ilmiah.
Menuju Dunia Ilmiah yang Lebih Maju dan Bertanggung Jawab
Aturan-aturan ini merupakan langkah penting dalam menjaga agar dunia ilmiah tetap berakar pada nilai-nilai yang luhur. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, AI dapat menjadi mitra yang sangat membantu jika digunakan dengan etika dan tanggung jawab.
Penulisan ilmiah bukan hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan, menunjukkan akurasi, dan menghargai kontribusi manusia. Selama AI diposisikan sebagai alat bantu, bukan pengganti intelektualitas, maka inovasi dan integritas bisa berjalan beriringan dalam menciptakan karya ilmiah yang bermutu tinggi.