JAKARTA - Kesepakatan ekonomi antara Amerika Serikat dan Jepang menciptakan optimisme baru di sektor otomotif global. Dalam langkah yang disebut sebagai terobosan terbesar sepanjang sejarah hubungan dagang kedua negara, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perjanjian yang mencakup tarif impor otomotif sebesar 15 persen serta komitmen investasi Jepang senilai 550 miliar dolar AS di pasar Amerika.
Pengumuman ini sontak memicu sentimen positif, terutama di pasar otomotif Jepang yang langsung merespons dengan lonjakan harga saham. Produsen besar seperti Toyota Motor Corp. tercatat mengalami kenaikan harga saham lebih dari 10 persen di bursa Tokyo.
“Saya baru saja menandatangani perjanjian dagang terbesar dalam sejarah mungkin perjanjian terbesar dalam sejarah dengan Jepang,” ujar Presiden Donald Trump.
Trump menegaskan bahwa kesepakatan tersebut tidak hanya akan memperkuat ekspor otomotif Jepang ke AS, tetapi juga memberikan akses lebih besar bagi produk pertanian AS, termasuk beras, untuk memasuki pasar Jepang.
Pernyataan Trump menekankan pentingnya keseimbangan dalam hubungan perdagangan antara kedua negara. Ia menyoroti bahwa saat ini sekitar 80 persen surplus perdagangan Jepang terhadap AS berasal dari sektor otomotif. Oleh karena itu, perjanjian ini dirancang untuk menghadirkan keuntungan timbal balik dan mendorong pertumbuhan kedua ekonomi.
Sementara itu, laporan dari lembaga penyiaran publik Jepang NHK menyebut bahwa tarif impor untuk otomotif dari Jepang akan ditetapkan sebesar 15 persen, mengutip seorang pejabat pemerintah yang enggan disebutkan namanya. Meski rincian teknis dari perjanjian ini masih ditunggu, kabar tersebut sudah cukup untuk menggerakkan pasar dan menciptakan atmosfer yang sangat positif di sektor otomotif.
Di Jepang, Perdana Menteri Shigeru Ishiba menegaskan bahwa kesepakatan ini merupakan hasil dari negosiasi intensif yang mempertimbangkan kepentingan nasional kedua negara.
“Jepang dan AS telah melakukan negosiasi yang erat dengan mempertaruhkan kepentingan nasional kami,” kata Ishiba dalam konferensi pers di Tokyo. Ia menambahkan, “Kedua negara akan terus bekerja sama untuk menciptakan lapangan kerja dan produk-produk berkualitas.”
Pernyataan Ishiba menjadi penegasan bahwa Jepang melihat kerja sama ini sebagai strategi penting untuk memulihkan kekuatan politik dan ekonomi di tengah tantangan domestik, termasuk tekanan politik pasca hasil pemilu yang kurang memuaskan bagi partainya.
Media Jepang turut memberitakan bahwa Perdana Menteri Ishiba menaruh seluruh pertaruhannya dalam keberhasilan negosiasi dagang ini. Dengan tekanan politik di dalam negeri, perjanjian dengan AS menjadi momen penting untuk mengangkat citra kepemimpinannya, sekaligus membuka peluang besar bagi industri otomotif dalam negeri untuk memperkuat dominasi pasar di Amerika.
Dampak langsung dari kesepakatan ini terlihat jelas di pasar finansial. Yen sempat mengalami fluktuasi di awal perdagangan Tokyo, namun segera menguat kembali setelah laporan NHK mengenai tarif otomotif dikonfirmasi. Di sisi lain, indeks saham Topix mencatat kenaikan hingga 2,5 persen, sementara indeks berjangka ekuitas di pasar AS juga turut menguat, menandakan bahwa pelaku pasar menyambut positif kesepakatan ini.
Secara lebih luas, langkah ini tidak hanya menguntungkan sektor otomotif, tetapi juga berpotensi menciptakan iklim investasi yang lebih sehat antara dua ekonomi terbesar dunia. Komitmen investasi sebesar 550 miliar dolar AS yang disampaikan oleh Jepang diharapkan akan menyentuh berbagai sektor industri di AS, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat infrastruktur manufaktur, termasuk fasilitas produksi mobil di sejumlah negara bagian seperti Texas, Kentucky, dan Michigan.
Tak hanya berhenti di kesepakatan tarif dan investasi, Trump juga menyampaikan harapannya agar kerja sama dagang ini bisa berkembang lebih jauh dalam bentuk usaha patungan di bidang energi. Salah satu rencana yang tengah dibicarakan adalah ekspor gas alam cair dari Alaska ke Jepang. Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari Gedung Putih terkait rencana ini, prospeknya dinilai sangat menjanjikan, terutama untuk memperkuat ketahanan energi kedua negara.
Kesepakatan ini secara tidak langsung mempertegas kembali posisi sektor otomotif sebagai poros utama dalam hubungan dagang AS-Jepang. Dengan tarif baru yang lebih pasti dan iklim investasi yang mendukung, pelaku industri otomotif kini memiliki pijakan lebih kuat untuk memperluas produksi, meningkatkan efisiensi, serta memacu inovasi teknologi di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Pasar otomotif global juga akan merasakan efek dari kesepakatan ini, terutama dari sisi rantai pasok dan pengembangan kendaraan listrik. Dengan kolaborasi lebih erat antara Jepang dan AS, tidak tertutup kemungkinan akan lahir aliansi strategis baru yang fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan serta kendaraan pintar masa depan.
Kesepakatan ini bisa menjadi contoh bagaimana diplomasi ekonomi dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan industri secara berkelanjutan, dengan tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan kebutuhan pasar global.
Dengan optimisme yang mengalir dari perjanjian ini, sektor otomotif diharapkan terus melaju, bukan hanya sebagai motor penggerak ekonomi, tetapi juga sebagai cermin dari kemitraan strategis yang saling menguntungkan antara dua negara besar.