JAKARTA - Restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor konstruksi kembali menjadi sorotan, terutama setelah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi memegang kendali atas seluruh BUMN. Langkah penyatuan yang tengah dikaji ini tidak sekadar bertujuan efisiensi, tetapi juga menjadi strategi transformasi yang lebih besar demi memperkuat posisi BUMN Karya dalam lanskap pembangunan nasional.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menegaskan bahwa proses restrukturisasi BUMN Karya bukan lagi sekadar wacana. Restrukturisasi tersebut merupakan keharusan untuk menjawab tantangan yang dihadapi sektor konstruksi ke depan. Menurutnya, opsi-opsi strategis sedang dikaji, termasuk penggabungan antarperusahaan, serta peluang konsolidasi ke lini bisnis yang berbeda.
“Memang akan dilakukan, pastinya. Karena ada kebutuhan kita untuk melakukan restrukturisasi karya,” ujar Dony saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan di Jakarta.
Dony menambahkan bahwa saat ini pihaknya belum dapat membeberkan secara rinci bentuk restrukturisasi tersebut. Namun demikian, beberapa opsi telah berada di meja perencanaan Danantara, termasuk merger antarkorporasi hingga perluasan cakupan bisnis BUMN Karya.
“Nanti mungkin ada beberapa opsi. Di antaranya ada konsolidasi dalam bentuk bisnis lain. Ada juga dalam bentuk merger dan penyatuan beberapa hal kita untuk BUMN Karya kita,” jelasnya.
Transformasi ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir yang sebelumnya menyampaikan pentingnya langkah penguatan melalui penggabungan entitas. Dengan kini seluruh BUMN berada dalam manajemen Danantara, strategi merger menjadi lebih terstruktur, menyasar pada efisiensi dan keberlanjutan.
“Lagi didiskusikan (bentuknya). Ada beberapa opsi, kan. Tapi yang paling pasti adalah kita harus menyehatkan BUMN Karya kita,” tegas Wakil Menteri BUMN.
Proses Merger WIKA dan PTPP Tetap Berjalan
Salah satu merger yang mendapat perhatian besar adalah rencana penggabungan PT PP (Persero) Tbk atau PTPP dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Meski seluruh kepemilikan BUMN kini beralih ke Danantara, proses ini dipastikan tetap berjalan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
Direktur Utama PT PP, Novel Arsyad, mengonfirmasi bahwa langkah merger tersebut sedang berada dalam tahap penjajakan serius. Rencana tersebut terus berprogres di tengah dinamika baru setelah peralihan otoritas dari Kementerian BUMN ke Danantara.
“Bagaimana langkah kita merger, langkah menuju merger yang saat ini dilakukan, penjajakannya, prosesnya itu sedang kita lakukan,” kata Novel saat konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Kantor PT PP.
Novel menambahkan bahwa meskipun tahapan merger berjalan, keputusan akhir tetap berada di tangan Danantara. Ini termasuk nasib seluruh unit usaha BUMN konstruksi yang akan ditentukan oleh lembaga pengelola investasi tersebut.
“Kami juga terus menunggu apa yang nantinya akan menjadi final dari keputusan di Danantara terhadap bisnis yang ada di BUMN konstruksi ini,” lanjutnya.
Tiga Skenario Merger BUMN Karya
Dalam rencana besar konsolidasi BUMN Karya, terdapat tiga skenario utama yang tengah digodok. Pertama, PT Waskita Karya (Persero) Tbk direncanakan akan digabung ke dalam PT Hutama Karya (Persero). Kedua, merger antara PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Ketiga, penggabungan antara PTPP dan WIKA yang saat ini sedang dalam proses penjajakan.
Langkah ini diyakini dapat memperkuat posisi BUMN Karya secara keseluruhan. Penyatuan entitas yang memiliki kesamaan bidang akan memungkinkan peningkatan kapasitas, efisiensi operasional, serta optimalisasi portofolio proyek infrastruktur nasional.
“Ini sedang dalam proses, namun arahan sebelumnya untuk proses dengan WIKA itu tetap kami jalankan sampai dengan nanti final yang akan ditentukan seperti apa,” tambah Novel.
Penataan BUMN oleh Danantara
Pembentukan Danantara sebagai holding baru pengelola BUMN menandai perubahan mendasar dalam strategi manajemen perusahaan negara. Lembaga ini diberikan mandat untuk tidak hanya mengelola investasi, tetapi juga merancang arah transformasi dan konsolidasi BUMN, termasuk sektor konstruksi yang strategis.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan bahwa Danantara memiliki peran penting dalam memastikan keberlanjutan dan kesehatan keuangan BUMN Karya. Menurutnya, konsolidasi ini akan diarahkan penuh oleh Danantara, termasuk keputusan final mengenai skema merger dan struktur bisnis masa depan.
“Itu tergantung nanti. Kan ini Danantara sendiri sudah mulai bekerja, saya tidak mau mendahului dulu,” ujar Erick di Jakarta.
Dengan pendekatan terpusat di bawah Danantara, langkah-langkah strategis seperti merger, diversifikasi usaha, hingga reformasi manajerial BUMN Karya diharapkan dapat lebih terkoordinasi. Selain memperkuat ketahanan korporasi, restrukturisasi ini juga diharapkan meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur secara lebih menyeluruh dan berkelanjutan.
Menatap Masa Depan BUMN Karya
Proses transformasi yang tengah dijalankan oleh Danantara merupakan langkah besar dalam pembenahan BUMN, terutama di sektor konstruksi. Melalui merger dan konsolidasi, entitas usaha negara ini diharapkan mampu beradaptasi dengan tantangan industri, meningkatkan efisiensi, dan memperluas cakupan bisnis ke sektor-sektor yang lebih prospektif.
Walau keputusan akhir mengenai bentuk restrukturisasi masih menunggu finalisasi, langkah yang telah diambil mencerminkan optimisme baru. Sinergi antar-BUMN Karya yang terwujud nantinya tidak hanya akan memberikan dampak positif pada sektor infrastruktur nasional, tetapi juga menjadi contoh restrukturisasi strategis di tubuh BUMN secara keseluruhan.
Langkah yang diambil oleh Danantara ini menegaskan arah baru yang lebih progresif dan adaptif untuk seluruh BUMN Karya. Integrasi strategis dan perluasan cakupan bisnis adalah bukti bahwa penguatan peran BUMN di era baru tidak hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang keberlanjutan dan inovasi.