JAKARTA - Dalam sebuah pertemuan nasional, Anies Baswedan kembali menyuarakan pentingnya kehadiran Indonesia di panggung global. Menurutnya, peran aktif di forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan wujud nyata kontribusi Indonesia dalam menjaga stabilitas dunia dan membawa suara Asia Tenggara ke tingkat yang lebih tinggi.
Anies menyampaikan pandangannya saat memberikan pidato dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Gerakan Rakyat yang berlangsung di Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, ia menyoroti bagaimana peran Presiden RI dalam forum-forum global sangatlah penting dan tidak seharusnya diwakilkan terus-menerus oleh Menteri Luar Negeri.
“Kita harus selalu muncul dalam pertemuan-pertemuan global. Bapak ibu sekalian bertahun-tahun Indonesia absen di pertemuan PBB. Kepala negara tidak muncul. Selalu Menteri Luar Negeri,” ujar Anies di hadapan peserta Rapimnas.
Meski tidak menyebutkan nama presiden secara spesifik, Anies menekankan bahwa ketidakhadiran langsung kepala negara di forum sebesar PBB merupakan kerugian tersendiri bagi Indonesia. Ia menilai, absennya pemimpin tertinggi Indonesia di forum internasional bisa melemahkan posisi diplomasi dan mengurangi pengaruh yang dapat dibangun secara langsung oleh kepala negara.
Menggunakan analogi yang sederhana namun menggugah, Anies membandingkan posisi Indonesia seperti warga yang memiliki rumah besar di lingkungan RT, namun tidak pernah hadir dalam rapat kampung.
“Kalau kita tidak aktif di dunia internasional. Itu seperti begini. Kita warga kampung. Ukuran kampungnya nomor 4 terbesar. Ukuran rumahnya nomor 4 terbesar di RT itu. Tapi kalau rapat kampung kita tidak pernah datang. Cuman kita bayar iuran jalan terus,” jelasnya.
Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya keterlibatan langsung kepala negara dalam diplomasi internasional sebagai bagian dari komitmen dan keseriusan Indonesia memainkan perannya di kancah global.
Anies melanjutkan, Indonesia seharusnya lebih aktif, apalagi saat ini posisi Indonesia di Asia Tenggara memiliki bobot strategis. Dengan ketegangan yang meningkat di kawasan Asia-Pasifik, peran Indonesia sebagai pemimpin regional semakin dinantikan.
“Kita punya posisi penting di Asia Tenggara. Apalagi ketika situasi kawasan Asia-Pasifik memanas, suara Indonesia sangat dibutuhkan untuk menjembatani berbagai kepentingan dan menjaga keseimbangan kawasan,” kata Anies.
Ia juga menyinggung pentingnya menjaga konsistensi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi diplomasi dan perdamaian. Bagi Anies, Indonesia yang dikenal sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan rumah bagi populasi Muslim terbesar, memiliki modal kuat untuk menjadi penggerak perdamaian dan pembangunan global.
Selama ini, Indonesia telah memainkan banyak peran strategis di berbagai forum internasional. Namun, Anies menilai bahwa untuk memperkuat posisi tersebut, dibutuhkan kehadiran langsung dari kepala negara sebagai simbol kekuatan dan komitmen.
Di tengah pidatonya, Anies juga menegaskan bahwa kontribusi Indonesia dalam forum global bukan sekadar formalitas, tetapi harus menjadi bagian dari strategi nasional dalam menjaga kepentingan rakyat dan memperluas pengaruh kebijakan luar negeri yang berkeadilan.
“Kehadiran kepala negara bukan hanya soal simbolik. Itu soal bagaimana kita menunjukkan kepemimpinan, visi, dan keberanian menyuarakan nilai-nilai Indonesia di panggung dunia,” ungkapnya.
Anies mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali menumbuhkan semangat partisipasi aktif dalam tatanan global. Ia meyakini bahwa keterlibatan Indonesia dalam forum-forum seperti PBB akan membawa dampak positif, tidak hanya bagi posisi politik luar negeri, tetapi juga terhadap kepercayaan internasional terhadap bangsa ini.
Dalam konteks ASEAN, Indonesia selama ini memang dikenal sebagai salah satu motor utama penggerak organisasi regional tersebut. Maka dari itu, menurut Anies, tugas Indonesia tidak berhenti di Asia Tenggara, tetapi harus meluas hingga ke ranah global untuk memperkuat nilai-nilai kerja sama, perdamaian, dan keadilan sosial.
Pandangan Anies mencerminkan semangat kebangsaan yang ingin terus mendorong peran aktif Indonesia di dunia internasional. Ia tidak hanya berbicara soal kehadiran, tetapi juga soal strategi dan tanggung jawab sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam menciptakan pengaruh positif di dunia.
Rapimnas I Gerakan Rakyat menjadi panggung strategis bagi Anies untuk menyampaikan visi tersebut. Dihadiri oleh berbagai tokoh dan perwakilan masyarakat, forum ini menjadi ruang dialog terbuka mengenai arah masa depan bangsa dan bagaimana Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar di tataran internasional.
Dengan pendekatan yang tenang dan argumentatif, Anies Baswedan mengingatkan pentingnya berpikir luas dalam membangun bangsa. Diplomasi tidak lagi bisa dianggap sebagai urusan elite semata, tetapi menjadi bagian dari agenda nasional yang harus melibatkan kepemimpinan tertinggi.
Pesan utama yang disampaikan Anies dalam pidatonya menyoroti bagaimana keterlibatan aktif dan langsung dari pemimpin negara dalam forum global adalah langkah penting demi menjaga kepentingan nasional, memperkuat kerja sama regional, serta membangun pengaruh yang berdampak luas bagi kemajuan bangsa dan perdamaian dunia.