JAKARTA — Saham perbankan di kategori KBMI III tengah mencuri perhatian pelaku pasar. Di tengah tren pelepasan saham bank-bank raksasa, sorotan kini mengarah pada institusi keuangan menengah seperti Bank Permata (BNLI) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang menunjukkan performa solid dan valuasi menarik.
Perubahan arah investasi ini menjadi refleksi dari dinamika pasar yang terus beradaptasi. Selama ini, empat bank besar KBMI IV yakni BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI mendominasi portofolio investor. Namun belakangan, terpantau terjadi pergeseran ke bank-bank kelas menengah.
Salah satu indikator paling mencolok adalah lonjakan kapitalisasi pasar Bank Permata (BNLI) yang meningkat hampir 245% year-to-date (YTD) menjadi Rp117,95 triliun per 30 Juni 2025. “Saat saham KBMI IV terkena tekanan jual dari investor asing, bank-bank KBMI III justru membuka peluang karena valuasinya yang masih murah dan kinerja keuangan yang meyakinkan,” ujar analis dari Infovesta Kapital Advisori.
Valuasi dan Fundamental Jadi Daya Tarik
Ada beberapa alasan mengapa KBMI III mulai menjadi incaran. Di antaranya, net sell yang melanda saham bank besar, serta meningkatnya fundamental dari bank menengah.
Sebagai contoh, BNLI membukukan laba bersih naik 37,95% secara tahunan (YoY), dan sahamnya meningkat 70,62% sepanjang 2025. Sementara itu, BRIS mencatatkan laba sebesar Rp7,01 triliun, tumbuh 22,83% YoY, disertai kenaikan harga saham sekitar 9,35%.
Di sisi lain, valuasi saham KBMI III dinilai lebih menarik, terutama jika mengacu pada rasio Price-to-Earnings (PER) yang masih tergolong murah atau bahkan undervalued. Investor yang fokus pada pendekatan berbasis valuasi pun terdorong masuk ke segmen ini.
Momentum Naik, Tapi Risiko Tetap Ada
Meski kinerja menggoda, para analis tetap memberi catatan kehati-hatian. BRIS dipandang sebagai salah satu bank KBMI III dengan prospek jangka panjang paling menjanjikan. “BRIS dinilai punya posisi teknikal paling kuat dan bisa menembus target harga hingga Rp3.800 per saham,” tulis analisis dari CNBC Indonesia.
Bandingkan dengan BNLI, yang meskipun pertumbuhannya spektakuler, masih dianggap perlu diuji lebih lanjut dari sisi teknikal. Mayoritas saham bank KBMI III lainnya juga dinilai masih bergerak sideways atau bahkan dalam tren bearish, sehingga perlu konfirmasi teknikal sebelum menjadi buruan investor besar.
Potensi Return vs Stabilitas
Perbandingan antara KBMI III dan IV kini menjadi bahan pertimbangan penting bagi investor. Ada sejumlah perbedaan mendasar:
Dengan kata lain, bagi investor dengan profil agresif, saham-saham KBMI III menawarkan potensi return yang lebih besar, meskipun dibarengi dengan risiko yang lebih tinggi. Sedangkan untuk investor konservatif, KBMI IV tetap jadi tempat berlabuh karena stabilitas dan dividen yang konsisten.
BNLI di Titik Sorot
Khusus untuk Bank Permata (BNLI), kapitalisasi pasarnya kini menjadi magnet utama. Sejak awal tahun, kapitalisasi pasar BNLI melonjak 244,98% menjadi Rp117,95 triliun per akhir Juni. Kinerja laba juga membaik drastis, naik 37,95% YoY.
Performa ini menempatkan BNLI sebagai pemimpin di antara bank KBMI III dari sisi pertumbuhan kapitalisasi dan laba. Meski begitu, analis tetap memposisikan BRIS sebagai pilihan utama secara teknikal untuk investasi jangka menengah hingga panjang.
Sentimen Suku Bunga dan Outlook
Kondisi makroekonomi turut mendukung tren ini. Bank Indonesia sempat menurunkan suku bunga acuannya menjadi 5,50%, memberikan ruang gerak bagi sektor perbankan khususnya yang berskala menengah untuk mengoptimalkan ekspansi kredit.
Namun, investor tetap diminta waspada terhadap likuiditas saham KBMI III, yang umumnya masih lebih rendah dibanding bank besar. Selain itu, potensi rotasi balik ke saham KBMI IV tetap terbuka, terutama jika harga saham KBMI III mulai naik terlalu tajam dan kehilangan daya tarik valuasinya. “Sangat penting memantau laporan keuangan kuartal II dan III mendatang sebagai dasar keputusan investasi,” ungkap analis.
Antara Risiko dan Peluang
Pergeseran arah minat investor dari bank besar ke menengah menandai transformasi strategi portofolio di pasar modal Indonesia. Di satu sisi, KBMI III menawarkan peluang cuan lewat valuasi menarik dan pertumbuhan kinerja. Di sisi lain, ada risiko dari segi volatilitas dan likuiditas.
Investor kini dihadapkan pada dua pilihan strategis:
-KBMI III: (BNLI, BRIS, BDMN, BNGA) cocok untuk pencari growth dengan toleransi risiko tinggi.
-KBMI IV: (BBRI, BBCA, BMRI, BBNI) cocok untuk pemegang dana konservatif dengan target dividen dan stabilitas.