Bank Indonesia

Bank Indonesia Perkuat Komitmen Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Bank Indonesia Perkuat Komitmen Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular
Bank Indonesia Perkuat Komitmen Pembiayaan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembiayaan sektor pertanian yang berkelanjutan serta penerapan ekonomi sirkular sebagai strategi adaptif nasional menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis sumber daya alam. Dukungan tersebut disampaikan dalam Forum Asia-Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA) dan pertemuan Komite Eksekutif ke-78 yang digelar di Bali.

Ekonomi sirkular kini menjadi perhatian global karena dinilai mampu menjadi solusi atas eksploitasi sumber daya yang berlebihan sekaligus menurunkan tekanan terhadap lingkungan. Dalam sektor pertanian, pendekatan ini mengedepankan prinsip regeneratif, yakni mengubah limbah menjadi sumber daya produktif, menggantikan pola lama “ambil-buat-buang”.

Dalam forum tersebut, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa peran sektor keuangan sangat krusial dalam mendorong penerapan model ekonomi sirkular di sektor pertanian. Ia menyebutkan tiga langkah strategis yang dapat dilakukan oleh pelaku industri keuangan agar transformasi ini dapat berjalan efektif.

“Pertama, kita perlu memperluas akses pembiayaan melalui pengembangan solusi inovatif, terutama yang bisa mengatasi tantangan keterbatasan agunan yang selama ini menjadi hambatan,” ujar Destry.

Langkah kedua, lanjut Destry, adalah mendorong penciptaan dan pengembangan produk-produk keuangan yang selaras dengan prinsip ekonomi sirkular. “Ketiga, penting untuk memperkuat kapasitas lembaga keuangan, khususnya di wilayah perdesaan, agar mampu melakukan penilaian atas model bisnis berbasis ekonomi sirkular yang ramah iklim dan bersifat nontradisional,” ujarnya.

BI sendiri telah mengambil sejumlah kebijakan konkret guna mendukung transisi menuju pertanian berkelanjutan. Di antaranya adalah kebijakan makroprudensial yang pro terhadap pembiayaan berkelanjutan, memperluas inklusi keuangan digital melalui penerapan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) bebas biaya untuk petani kecil, serta pengembangan pembiayaan berbasis klaster bersama berbagai lembaga strategis.

Sebagai contoh konkret dari penerapan ekonomi sirkular dalam pertanian, Destry menyebut Desa Penglipuran di Bali. “Desa Penglipuran merupakan model integratif antara sektor pariwisata dan pertanian sirkular, yang juga telah didukung oleh ekosistem pembayaran digital yang inklusif,” paparnya.

Lebih lanjut, Destry berharap lembaga keuangan bisa menangkap potensi jangka panjang dari model ekonomi sirkular ini, yang tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi tetapi juga risiko yang lebih rendah. “Dengan perangkat yang tepat serta pemahaman yang lebih komprehensif, lembaga keuangan dapat melihat potensi nilai jangka panjang dan tingkat risiko yang lebih rendah dari model bisnis sirkular tersebut,” imbuhnya.

Pendekatan Ekonomi Sirkular di Mata APRACA

Dalam forum yang sama, Chairman Agricultural Development Bank of China (ADBC) sekaligus Ketua APRACA, Qian Wenhui, turut menyoroti pentingnya implementasi ekonomi sirkular di sektor pertanian. Ia menyampaikan tiga dimensi utama dari pendekatan ini.

Pertama, sistem tertutup yang menjadi ciri khas ekonomi sirkular memungkinkan limbah diubah menjadi sumber daya baru. Hal ini penting untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem dan sumber daya alam yang semakin terbatas.

Kedua, praktik pertanian berkelanjutan seperti tumpangsari dan penggunaan pestisida ramah lingkungan akan memperkuat ketahanan pangan. “Kami mendorong penggantian pestisida kimia dengan alternatif yang lebih hijau guna menjaga produktivitas sekaligus melestarikan lingkungan,” jelas Qian.

Ketiga, ekonomi sirkular berperan penting dalam upaya pengurangan emisi karbon dan mendukung target iklim global. Strategi ini mencakup pemanfaatan limbah, penggunaan biogas, serta upaya konservasi keanekaragaman hayati.

Forum APRACA ini dihadiri oleh 95 lembaga dari 24 negara di kawasan Asia Pasifik, yang terdiri dari regulator dan institusi keuangan. Forum ini bertujuan memperkuat kerja sama regional serta pertukaran pengalaman dan keahlian dalam pembiayaan sektor pertanian dan perdesaan.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula perwakilan dari bank sentral Bangladesh, Kamboja, dan Nepal, yang menyampaikan pendekatan serupa dalam mendukung ketahanan sektor pertanian melalui inovasi pembiayaan hijau dan digitalisasi layanan keuangan.

Sinergi Lembaga Keuangan Jadi Kunci Sukses

Penerapan ekonomi sirkular di sektor pertanian tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan sinergis dari lembaga keuangan, pemerintah daerah, serta pelaku industri. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki peran strategis dalam membentuk ekosistem kebijakan yang kondusif untuk pertumbuhan sektor pertanian berkelanjutan.

Menurut Destry, keberhasilan ekonomi sirkular sangat bergantung pada kemampuan lembaga keuangan dalam menilai kelayakan usaha yang berbasis lingkungan. “Kita harus tinggalkan pendekatan konvensional. Penilaian kredit ke depan harus mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan, bukan hanya laba jangka pendek,” tegasnya.

Selain itu, BI juga akan terus memperluas kolaborasi dengan lembaga internasional dan mitra strategis guna mempercepat transformasi sistem pembiayaan di pedesaan. Kolaborasi tersebut mencakup pelatihan sumber daya manusia, penguatan kapasitas lembaga lokal, serta penyusunan kerangka kerja pembiayaan yang adaptif terhadap risiko perubahan iklim.

Masa Depan Pertanian Hijau

Transformasi menuju pertanian hijau melalui ekonomi sirkular merupakan bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan Indonesia. Dukungan dari sektor keuangan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga berdaya saing dan ramah lingkungan.

Dengan teknologi, digitalisasi, dan pendekatan pembiayaan inovatif, pelaku pertanian Indonesia—terutama di perdesaan—diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini untuk naik kelas. Pengembangan model bisnis berbasis sirkular yang terintegrasi dengan sistem keuangan digital menjadi harapan besar dalam mencapai ketahanan pangan nasional yang tangguh dan berkelanjutan.

Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat perannya sebagai fasilitator transformasi ekonomi nasional, terutama dalam mendukung sektor-sektor strategis yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat.

“Kita harus melihat sektor pertanian bukan hanya sebagai bagian dari masa lalu, tetapi masa depan kita. Dan masa depan itu harus hijau, inklusif, serta berkelanjutan,” tutup Destry.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index