MINYAK

Harga Minyak Dunia Diprediksi Murah pada Tahun Mendatang

Harga Minyak Dunia Diprediksi Murah pada Tahun Mendatang
Harga Minyak Dunia Diprediksi Murah pada Tahun Mendatang

JAKARTA - Pasar energi global kembali dihadapkan pada sinyal pelemahan harga minyak mentah dalam beberapa tahun mendatang. Di tengah dinamika geopolitik, kebijakan produksi, dan arah permintaan dunia, lembaga keuangan internasional mulai membaca peluang turunnya harga minyak sebagai bagian dari proses penyesuaian pasar jangka menengah. 

Proyeksi ini tidak muncul tanpa alasan, melainkan berdasarkan perhitungan pasokan dan permintaan yang dinilai akan membentuk keseimbangan baru setelah periode tekanan harga yang panjang.

Laporan terbaru Goldman Sachs menjadi salah satu rujukan penting dalam membaca arah harga minyak dunia. Bank investasi tersebut menilai bahwa harga minyak mentah global berpotensi bergerak lebih rendah pada tahun depan, sebelum akhirnya memasuki fase pemulihan bertahap. 

Perkiraan ini memberikan gambaran bahwa pasar minyak tidak hanya bergerak karena sentimen sesaat, tetapi juga oleh ekspektasi jangka panjang terhadap produksi, konsumsi, serta stabilitas pasokan.

Proyeksi harga minyak versi Goldman Sachs

Dalam laporan terbarunya, Goldman Sachs memproyeksikan harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate akan melemah pada tahun depan. 

Bank tersebut memperkirakan rata-rata harga minyak dunia pada 2026 masing-masing berada di kisaran USD56 per barel untuk Brent dan USD52 per barel untuk WTI. Proyeksi ini menunjukkan potensi tekanan lanjutan pada harga minyak, seiring dengan upaya pasar untuk menemukan titik keseimbangan baru.

Goldman menyampaikan bahwa harga yang lebih rendah kemungkinan dibutuhkan untuk menyeimbangkan kembali pasar setelah periode tekanan sebelumnya.

 “Kecuali terjadi gangguan pasokan besar atau pemotongan produksi oleh OPEC, harga minyak yang lebih rendah pada 2026 kemungkinan diperlukan untuk menyeimbangkan kembali pasar setelah 2026,” tambahnya.

 Pernyataan ini menegaskan bahwa tanpa intervensi signifikan dari sisi pasokan, penurunan harga menjadi skenario yang realistis.

Sebelum akhir pekan, pergerakan harga minyak menunjukkan level yang mendekati proyeksi tersebut. Minyak mentah Brent diperdagangkan pada posisi USD60,04 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di sekitar USD56,46 per barel. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pasar mulai bergerak sejalan dengan ekspektasi lembaga keuangan global.

Kondisi pasar dan pergerakan terkini

Harga minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir memang berada dalam tekanan. Fluktuasi yang terjadi mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar dalam merespons berbagai faktor global, mulai dari perlambatan ekonomi hingga ketidakpastian geopolitik. 

Tekanan harga ini juga tercermin dari laporan penurunan harga minyak hampir satu persen dalam sepekan, dengan level yang menyentuh kisaran USD60 per barel.

Goldman memperkirakan bahwa harga minyak akan mencapai titik terendahnya sekitar pertengahan 2026. Pada periode tersebut, pasar dinilai mulai mengantisipasi proses penyeimbangan kembali antara pasokan dan permintaan. Catatan Goldman menambahkan bahwa kondisi ini akan didorong oleh pertumbuhan permintaan yang relatif kuat, yakni sekitar 1,2 juta barel per hari.

Dengan adanya pertumbuhan permintaan tersebut, tekanan penurunan harga tidak sepenuhnya mencerminkan melemahnya konsumsi global. 

Sebaliknya, harga rendah dipandang sebagai mekanisme pasar untuk menyesuaikan suplai yang masih relatif longgar. Hal ini menjadi sinyal bahwa pasar minyak sedang berada dalam fase transisi menuju keseimbangan yang baru.

Faktor geopolitik dan risiko pasokan

Selain faktor permintaan, Goldman juga menyoroti sejumlah risiko yang dapat memengaruhi pasokan minyak global. Salah satunya adalah potensi penurunan pasokan dari Rusia apabila perang di Ukraina dan sanksi internasional terus berlanjut. Ketidakpastian ini menciptakan sentimen tambahan di pasar, meskipun dampaknya belum sepenuhnya tercermin dalam harga saat ini.

Di sisi lain, produksi non-OPEC di luar Rusia juga diperkirakan mengalami perlambatan. Kombinasi antara risiko geopolitik dan dinamika produksi ini menjadi variabel penting dalam perhitungan harga minyak jangka menengah. 

Goldman mencatat, “Kami melihat risiko penurunan bersih terhadap perkiraan harga minyak di 2026-2027,” yang menegaskan bahwa tekanan harga masih lebih dominan dibandingkan peluang kenaikan dalam periode tersebut.

Namun demikian, risiko tersebut tidak serta-merta mengubah pandangan jangka panjang. Pasar masih menunggu kepastian mengenai langkah OPEC, perkembangan konflik geopolitik, serta respons produsen besar terhadap perubahan harga. Semua faktor ini akan menentukan seberapa dalam dan seberapa lama fase harga rendah berlangsung.

Prospek pemulihan jangka menengah

Meski memproyeksikan pelemahan harga dalam jangka dekat, Goldman Sachs tetap melihat peluang pemulihan pada periode berikutnya. Bank tersebut mengasumsikan bahwa harga minyak akan mulai meningkat pada kuartal keempat tahun depan, ketika pasar mulai memperhitungkan kembalinya defisit pada paruh kedua 2027. Pada fase ini, fokus pasar akan beralih pada kebutuhan untuk memberikan insentif produksi jangka panjang.

Goldman juga menambahkan bahwa harga Brent dan WTI diperkirakan akan secara bertahap kembali pulih hingga mencapai USD80 per barel dan USD76 per barel masing-masing pada akhir 2028. 

Proyeksi ini mencerminkan pandangan bahwa harga minyak rendah tidak bersifat permanen, melainkan bagian dari siklus komoditas yang terus berulang.

Dengan demikian, proyeksi harga minyak versi Goldman Sachs memberikan gambaran utuh tentang arah pasar energi global. Harga yang melemah pada 2026 dipandang sebagai fase penyesuaian, sebelum pasar kembali bergerak menuju keseimbangan yang lebih ketat dan harga yang lebih tinggi di tahun-tahun berikutnya. 

Bagi pelaku industri dan investor, proyeksi ini menjadi bahan pertimbangan penting dalam menyusun strategi jangka panjang di tengah dinamika pasar minyak dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index