JAKARTA - Dalam upaya memperkuat pilar lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG, sektor perbankan di Indonesia terus berinovasi dalam menawarkan pembiayaan berkelanjutan. Langkah ini dilakukan tidak hanya untuk mengantisipasi perubahan iklim tetapi juga mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ramah lingkungan serta mendukung inovasi dalam sektor transportasi melalui kredit kendaraan bermotor listrik.
BNI Dorong Pembiayaan Hijau
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi salah satu bank yang aktif dalam menyalurkan pembiayaan hijau, meningkatkan pembiayaannya dari Rp 171,1 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp 190,5 triliun hingga akhir 2024. Angka ini mencerminkan komitmen BNI dalam mendukung inisiatif ESG, terutama di sektor sosial dan UMKM. Okki Rushartomo, Corporate Secretary BNI, dalam keterangannya, menyatakan, "Melalui pembiayaan berkelanjutan, BNI menargetkan memperkuat UMKM sekaligus memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan."
BNI juga memperkenalkan program BNI UMKM Ramah Lingkungan (BUMI) dan Jejak Kopi Khatulistiwa (JKK) untuk mendukung pengembangan kapasitas UMKM, mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Peran Strategis BCA dalam Pembiayaan Berkelanjutan
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tidak kalah aktif dalam mendukung ekonomi hijau. Hingga Desember 2024, BCA mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,5 persen secara tahunan dalam penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan, mencapai Rp 229 triliun. Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, mengatakan, "Komitmen BCA adalah mengoptimalkan peran dalam pembiayaan yang berfokus pada keberlanjutan," ucapnya.
BCA juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam penyaluran kredit kendaraan bermotor listrik serta investasi dalam proyek energi baru terbarukan (EBT), dengan total kapasitas energi mencapai 216 MW.
Dukungan PT Bank Syariah Indonesia Tbk Terhadap Ekonomi Berkelanjutan
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pun turut serta dalam inisiatif ini dengan peningkatan portofolio sustainable financing sebesar 15,2 persen, mencapai Rp 66,5 triliun. Wisnu Sunandar, Corporate Secretary BSI, menjelaskan bahwa BSI berkomitmen untuk terus mendorong pembiayaan hijau dan sosial, sesuai dengan arahan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. "Target kami tahun 2025 adalah tetap fokus pada bisnis-bisnis berkelanjutan dengan implementasi green operation secara bertahap," ujar Wisnu.
BSI turut mengembangkan bangunan ramah lingkungan seperti Landmark BSI Aceh dan memanfaatkan kendaraan listrik untuk operasional guna mengurangi jejak karbon.
Peran dan Dukungan OJK dalam Pembiayaan Keberlanjutan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memainkan peran penting dalam mendukung transisi ke ekonomi hijau. Sebagai bagian dari komitmen untuk mencapai nol emisi, OJK memperkenalkan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Versi-2 yang menyelaraskan klasifikasi sektor dengan kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC).
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, menekankan pentingnya integritas dalam pelaporan pembiayaan berkelanjutan untuk mencegah praktik greenwashing atau klaim palsu terkait keberlanjutan. "Laporan yang tidak jujur akan menghadapi sanksi yang keras. Ini mendorong transparansi dan integritas dalam pembiayaan berkelanjutan," ujarnya.
Inisiatif ini memperjelas upaya industri keuangan Indonesia dalam mendanai proyek yang mendukung keberlanjutan lingkungan, sekaligus berperan dalam mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Pembiayaan berkelanjutan tidak hanya menawarkan potensi untuk mengatasi tantangan lingkungan modern, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.