JAKARTA - Ajang Pameran Produk Kerajinan dan UMKM se-Jawa Tengah 2025 menjadi panggung penting bagi batik Pekalongan untuk menunjukkan pesonanya. Acara yang berlangsung di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah pada 20–22 Agustus 2025 ini tidak hanya menghadirkan produk unggulan dari berbagai daerah, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran, kolaborasi, sekaligus promosi bagi para pelaku usaha kecil dan menengah.
Batik khas Pekalongan tampil menonjol melalui stan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pekalongan. Beragam motif batik, dengan ciri khas warna dan corak yang sudah dikenal luas, menjadi daya tarik utama. Kehadiran batik dalam pameran ini semakin menegaskan identitas Pekalongan sebagai salah satu pusat budaya dan ekonomi kreatif berbasis kain tradisional di Indonesia.
Ketua Dekranasda Kota Pekalongan, Inggit Soraya, turut hadir mendampingi UMKM binaannya sekaligus menjadi pembicara dalam talkshow “Ngudar Asa.” Dalam sesi diskusi tersebut, ia menyoroti pentingnya pendampingan berkelanjutan agar UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.
“Batik Pekalongan bukan hanya soal motif, tapi juga soal nilai, kreativitas, dan daya saing. Kita harus berani berinovasi, baik dari sisi desain maupun kemasan, agar batik bisa masuk ke pasar anak muda dan internasional,” ujar Inggit.
Menurutnya, UMKM di Pekalongan tidak cukup hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga dituntut adaptif dengan perkembangan zaman. Hal inilah yang mendorong Dekranasda Kota Pekalongan untuk memberikan pembinaan berupa pelatihan desain, peningkatan kualitas produksi, hingga strategi pemasaran digital.
Sinergi dan Ekosistem Usaha
Inggit menekankan, kolaborasi antar pelaku UMKM menjadi salah satu kunci untuk menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan. Melalui program mentoring, UMKM yang sudah mapan diharapkan bisa membimbing mereka yang baru merintis.
“Kami dorong agar UMKM yang sudah naik kelas bisa menjadi mentor bagi yang baru mulai. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi soal membangun komunitas pengrajin yang saling menguatkan,” tambahnya.
Dekranasda Kota Pekalongan juga aktif mengikuti berbagai pameran dan studi banding, baik di dalam maupun luar daerah. Partisipasi ini, kata Inggit, sangat penting karena membuka peluang pasar baru sekaligus memperluas jejaring.
“Pameran ini bukan hanya ajang promosi, tapi juga ruang belajar dan bertukar inspirasi. Kami ingin menunjukkan bahwa batik Pekalongan punya potensi besar untuk menjadi produk unggulan nasional dan ekspor,” tegasnya.
Dukungan Multipihak
Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, menambahkan bahwa keberhasilan UMKM tidak bisa dilepaskan dari dukungan berbagai pihak. Menurutnya, sinergi antara Dekranasda, pemerintah, lembaga keuangan, dan mitra strategis sangat penting.
“Pendampingan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari produksi hingga pemasaran,” ujar Nawal. Ia juga menyoroti peran Bank Indonesia dan Kadin yang turut berkolaborasi dalam memperkuat kapasitas UMKM di Jawa Tengah.
Ragam Produk Unggulan
Pameran Dekranasda se-Jateng tahun ini menampilkan produk dari 35 kabupaten/kota. Tidak hanya batik, para pengunjung bisa menikmati beragam pilihan, mulai dari kuliner khas daerah, busana, aksesori, hingga kerajinan tangan. Keberagaman produk ini menunjukkan kekayaan potensi UMKM Jawa Tengah sekaligus memperkuat posisinya sebagai tulang punggung ekonomi daerah.
Selain berfungsi sebagai sarana promosi, pameran ini diharapkan dapat memperluas pasar produk lokal, tidak hanya di lingkup nasional, tetapi juga hingga ke mancanegara. Dengan semakin banyaknya peluang, UMKM diharapkan dapat lebih profesional dan mampu bersaing di level global.
Momentum Strategis
Bagi Pekalongan, partisipasi dalam pameran kali ini menjadi momentum strategis. Dengan batik sebagai produk unggulan, Dekranasda Kota Pekalongan ingin menunjukkan bahwa warisan budaya ini tidak hanya bernilai seni, tetapi juga memiliki potensi ekonomi besar.
Inggit Soraya menegaskan kembali pentingnya inovasi bagi UMKM batik agar tetap relevan dengan kebutuhan pasar. Menurutnya, tantangan utama saat ini adalah bagaimana batik bisa menarik minat generasi muda tanpa kehilangan keasliannya.
“Dengan menggabungkan kreativitas, inovasi, dan pemasaran digital, kita bisa membawa batik Pekalongan lebih dekat ke konsumen muda sekaligus memperluas pasar ke internasional,” katanya.
Harapan untuk Masa Depan
Pameran Dekranasda Jateng 2025 memberikan harapan baru bagi para pelaku UMKM, khususnya dari Pekalongan. Dukungan pemerintah, kolaborasi multipihak, serta semangat inovasi dari para pengrajin diharapkan bisa mendorong UMKM naik kelas.
Batik Pekalongan yang tampil menonjol dalam pameran ini menjadi bukti bahwa warisan budaya bisa menjadi kekuatan ekonomi jika dikelola dengan baik. Lebih dari sekadar kain bermotif, batik adalah identitas, kreativitas, dan peluang untuk menembus pasar global.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Pekalongan berpeluang memperkuat posisinya sebagai pusat batik sekaligus contoh sukses pengembangan UMKM berbasis budaya di Indonesia.