Waduk terbesar di Indonesia menjadi salah satu bukti kekayaan air yang dimiliki Indonesia.
Negara ini dikenal memiliki sumber daya air yang melimpah, mulai dari laut, sungai, danau, hingga waduk. Setiap jenis sumber air tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Jika laut, sungai, dan danau merupakan fenomena alam yang terbentuk secara alami, maka waduk berbeda karena merupakan kolam buatan yang dirancang untuk menyimpan air sebagai cadangan bagi berbagai kebutuhan.
Di Indonesia, terdapat banyak waduk dengan beragam ukuran, mulai dari yang sangat luas hingga yang lebih kecil. Artikel ini akan mengulas daftar waduk terbesar di Indonesia.
Daftar Waduk Terbesar di Indonesia
Berikut ini adalah daftar waduk terbesar di Indonesia yang menjadi sumber air penting bagi berbagai kebutuhan.
Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur menempati posisi sebagai waduk terluas di Indonesia dan juga terbesar di Asia Tenggara, dengan luas sekitar 8.300 hektar. Lokasinya membentang di Kabupaten Purwakarta, Cianjur, dan Bandung.
Pembangunan waduk ini dimulai pada tahun 1957 di era kepemimpinan Ir. Soekarno, dengan tujuan utama untuk mengairi sawah seluas 242.000 hektar.
Waduk ini terhubung dengan beberapa waduk lain yang berada dalam aliran Sungai Citarum, salah satunya Waduk Cirata di bagian selatan. Keberadaan Waduk Jatiluhur memiliki dampak signifikan terhadap wilayah sekitarnya, termasuk DKI Jakarta.
Sejarah pembangunan waduk ini cukup menarik. Waduk Jatiluhur merupakan penghormatan dari Pemerintah Indonesia kepada Ir. H. R. Djoenda Kartawidjaja, yang lebih dikenal sebagai Ir. Djuanda, perdana menteri terakhir Indonesia.
Selama pembangunan, Ir. Djuanda bersama Ir. Sedijatmo berperan aktif memperjuangkan proyek ini, dengan tujuan menjadikannya waduk paing besar di Indonesia.
Pada awalnya, proyek ini dikenal dengan nama “Jatiluhur Multipurpose Project” sebelum akhirnya disebut Waduk Jatiluhur. Fungsi waduk ini sangat beragam.
Proses pembangunan waduk Jatiluhur juga menuntut pengorbanan, termasuk pembongkaran 14 desa besar.
Waduk ini dilengkapi dengan enam unit turbin yang berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), mampu menghasilkan listrik hingga 187 MW atau rata-rata sekitar 1.000 juta kWh setiap tahunnya.
Waduk Jatigede
Waduk Jatigede merupakan salah satu waduk besar di Indonesia yang terletak di Majalengka dan Sumedang, Jawa Barat.
Waduk ini membendung aliran Sungai Cimanuk. Pembangunannya dimulai pada tahun 2008 di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rampung pada tahun 2015 saat Presiden Joko Widodo menjabat.
Meskipun diresmikan pada 2015, waduk ini baru beroperasi penuh pada 2017 dengan luas total mencapai sekitar 4.980 hektar.
Meskipun pembangunan dimulai pada 2008, gagasan untuk mendirikan waduk ini sudah ada sejak masa Hindia Belanda, yang awalnya merencanakan tiga waduk di sepanjang Sungai Cimanuk, dengan Waduk Jatigede sebagai yang terbesar.
Namun, proyek tersebut tertunda karena tantangan dan kontroversi dari warga sekitar.
Pada 1990-an, rencana pembangunan kembali mencuat, dan langkah awal yang dilakukan adalah merelokasi masyarakat pada tahun 1992. Pembangunan konstruksi waduk akhirnya dimulai pada 2008.
Waduk Jatigede memiliki fungsi utama untuk irigasi, selain itu juga berperan sebagai pengendali banjir dan penampung cadangan air.
Selain itu, waduk ini juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, dengan kapasitas listrik yang dihasilkan sebesar 10 megawatt.
Waduk Karangkates
Waduk Karangkates merupakan salah satu waduk besar di Indonesia yang terletak di wilayah Malang, Jawa Timur, dan memperoleh pasokan air dari Sungai Brantas.
Pembangunan waduk ini berlangsung dari tahun 1995 dan memakan waktu dua tahun, sehingga selesai pada tahun 1977, dengan biaya sekitar 10 miliar rupiah. Luas lahan waduk Karangkates mencapai 6 hektar.
Waduk ini berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 3 x 35 megawatt, menghasilkan listrik hingga 400 juta kWh setiap tahunnya.
Selain sebagai pembangkit listrik, waduk Karangkates juga menjadi sumber air bagi masyarakat Malang dan sekitarnya, serta dimanfaatkan sebagai area rekreasi.
Waduk ini kerap dijadikan tempat persinggahan dan beristirahat, menawarkan pemandangan hamparan air yang luas dengan pepohonan di sekelilingnya serta gunung-gunung yang terlihat dari kejauhan.
Di balik keindahannya, pembangunan waduk ini menghadapi tantangan, termasuk tumpukan batu misterius yang mengganggu konstruksi, sehingga lokasi waduk harus digeser sedikit ke arah timur.
Waduk Sigura-gura
Waduk Sigura-gura adalah waduk besar berikutnya di Indonesia, berlokasi di Sumatera Utara, sekitar 23,3 km dari Danau Toba. Pembangunan dimulai pada Mei 1978 dan selesai pada Desember 1981.
Waduk ini merupakan waduk beton tipe Gravity dengan tinggi 46 meter dari dasar Sungai Asahan dan volume mencapai 6.140.000 m³. Pada awalnya, waduk ini dimanfaatkan Jepang sebagai pembangkit listrik untuk pabrik aluminium INALUM.
Waduk Sigura-gura mampu menghasilkan listrik sebesar 206 megawatt. Keunikan waduk ini terletak pada lokasi pembangkit listrik yang berada 200 meter di bawah tanah.
Selain untuk tenaga listrik, waduk ini juga menyediakan air bagi masyarakat sekitar dan daerah sekitarnya, dengan produksi tahunan sebesar 1.868 GWh.
Berbeda dengan waduk lainnya, Sigura-gura tidak dibuka untuk umum, tetapi menerima kunjungan sekolah tinggi atau universitas untuk studi tour. Keindahan area sekitarnya, seperti perbukitan dan Paritohan, tetap dapat dinikmati meski akses langsung terbatas.
Waduk Batutegi
Waduk Batutegi terletak di Pekon Batu Tegi, Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sekitar 85 km dari Bandar Lampung.
Pembangunan dimulai pada 1994 dan selesai pada 2002, kemudian diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, membutuhkan waktu sekitar delapan tahun.
Fungsi utama waduk Batutegi adalah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sekaligus mendukung irigasi dan menyediakan air minum untuk masyarakat sekitar.
Saat ini, waduk ini juga dimanfaatkan sebagai area wisata. Biaya pembangunan berasal dari APBN dengan bantuan dari Japan Bank for International Corporation.
Waduk Batutegi berada di antara dua bukit dengan luas sekitar 3.560 hektar dan kapasitas menampung debit air hingga 9 juta meter kubik.
Waduk ini juga menyuplai listrik untuk PLN sebesar 2 x 14 MW di wilayah Lampung. Pemandangan waduk yang indah dengan udara sejuk menambah daya tariknya bagi pengunjung.
Waduk Gajah Mungkur
Waduk Gajah Mungkur termasuk salah satu waduk besar di Indonesia, berlokasi di Wonogiri, Jawa Tengah, sekitar 6 kilometer barat daya kota Wonogiri. Waduk ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981.
Pembangunan waduk ini merupakan bagian dari empat waduk yang direncanakan dalam proyek Bengawan Solo, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran Sungai Bengawan Solo agar lebih bermanfaat dan mengurangi kerusakan akibat banjir.
Proses pembangunan waduk mengharuskan pengorbanan beberapa desa; tercatat 15 desa harus tergenang air, dan lebih dari 13.000 keluarga direlokasi ke daerah seperti Jambi, Bengkulu, Sumatera, dan Sumatera Selatan.
Saat ini, hanya sisa-sisa rumah dan fasilitas lama seperti jembatan yang masih terlihat. Pembangunan melibatkan sekitar 2.899 pekerja dan 35 ahli dari Jepang sebagai penasihat.
Anggaran pembangunan tidak kurang dari 55 miliar rupiah, dengan 34 miliar rupiah berasal dari APBN dan sisanya bantuan dari Jepang, termasuk biaya pemindahan keluarga dan pembebasan lahan.
Waduk ini dirancang untuk bertahan hingga 100 tahun dengan kapasitas tampung sekitar 750 juta meter kubik air.
Fungsi utamanya adalah sebagai pengendali banjir dan sumber irigasi, namun kini juga menjadi destinasi wisata ikonik di Wonogiri, lengkap dengan waterboom dan kebun binatang mini.
Waduk Kedungombo
Waduk Kedungombo terletak di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, sekitar 29 km selatan Purwodadi. Pembangunannya dimulai pada 1980 dan selesai pada 1991.
Waduk ini memiliki luas total sekitar 6.576 hektar, terdiri dari 2.830 hektar lahan perairan dan 3.746 hektar lahan daratan.
Lokasinya berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Boyolali, dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer.
Di sekitar waduk terdapat pepohonan dan pemandangan alam yang indah. Fasilitas untuk pengunjung termasuk perahu motor dan area bermain anak-anak yang rindang dan asri.
Awalnya waduk ini direncanakan untuk pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas 22,5 megawatt, sekaligus menyediakan air bagi sawah seluas 79 hektar di sekitarnya.
Pembiayaan pembangunan waduk Kedungombo berasal dari beberapa sumber: USD 156 juta dari Bank Dunia, USD 25,2 juta dari Bank Exim Jepang, dan sebagian dari APBN. Waduk mulai dioperasikan pada 14 Januari 1989.
Proyek ini mengorbankan 37 desa di 7 kecamatan dari 3 kabupaten (Sragen, Boyolali, dan Grobogan), dengan 5.268 keluarga kehilangan tanah mereka akibat pembangunan waduk.
Waduk Wonorejo
Waduk Wonorejo termasuk salah satu waduk besar di Indonesia, berlokasi di Tulungagung, Jawa Timur, sekitar 12 km dari pusat kota.
Waduk ini mampu menampung air hingga 122 juta meter kubik dengan debit mencapai 15.000 m³ per detik. Fungsi utama waduk Wonorejo adalah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Selain itu, waduk ini juga digunakan untuk irigasi dan menyediakan pasokan air bersih bagi kawasan Tulungagung serta wilayah sekitarnya. Air dari waduk juga menggerakkan turbin untuk menghasilkan energi listrik.
Selain fungsi teknis tersebut, waduk Wonorejo dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Terdapat berbagai wahana rekreasi seperti wisata perahu kuno, jetski, area pemancingan, bumi perkemahan, dan lintas alam.
Waduk ini juga memiliki sirkuit standar untuk kegiatan Offroad dan Motocross, serta penginapan atau resort berkualitas bagi pengunjung, dengan perhatian khusus terhadap kebersihan dan kenyamanan.
Waduk Riam Kanan
Waduk Riam Kanan merupakan salah satu waduk berukuran besar di Indonesia, terletak di Aranio, Kalimantan Selatan.
Pembangunan waduk ini dimulai pada 1972 dan berlangsung selama 10 tahun. Waduk Riam Kanan membendung aliran delapan sungai yang berasal dari Pegunungan Meratus.
Proses pembangunan waduk ini juga mengharuskan pengorbanan desa; sembilan desa harus tergenang untuk mendukung pembangunan. Luas total waduk Riam Kanan mencapai sekitar 9.730 hektar.
Waduk yang diresmikan oleh Presiden Soeharto ini tidak hanya berfungsi sebagai PLTA, tetapi juga menyediakan listrik untuk wilayah Banjarmasin dan daerah sekitarnya, sekaligus menjadi sumber daya air yang penting bagi masyarakat setempat.
Sebagai penutup, waduk terbesar di Indonesia tidak hanya berperan sebagai sumber air dan listrik, tetapi juga menjadi ikon wisata dan penunjang kehidupan masyarakat sekitar.