Makanan terenak di dunia selalu memiliki bahan dan proses berbeda yang menghasilkan rasa unik.
Setiap negara menghadirkan cita rasa khas, mulai dari pedas, manis, gurih, hingga kombinasi tak terduga dengan aroma rempah yang kuat, semuanya dipengaruhi budaya lokal masing-masing.
Mari kita telusuri beberapa hidangan internasional paling lezat yang mendapat pengakuan global sebagai makanan terenak di dunia!
Rekomendasi Makanan Terenak di Dunia
Berikut ini adalah rekomendasi makanan terenak di dunia yang wajib dicoba bagi pecinta kuliner internasional.
Massaman Curry (Thailand)
Salah satu hidangan paling lezat berasal dari Thailand, Massaman Curry memiliki cita rasa manis, pedas, dan gurih.
Hidangan ini menggunakan pasta kari khas yang terbuat dari rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis, adas manis, dan pala, yang lazim dipakai dalam masakan India. Kari ini merupakan perpaduan kuliner Thailand dan India.
Menurut The Spruce Eats, nama Massaman berasal dari istilah “mussulman,” sebutan kuno untuk Muslim yang memperkenalkan rempah-rempah baru ke Thailand pada awal abad ke-17.
Biasanya, hidangan ini menggunakan daging sapi, namun bisa juga dibuat dengan bebek, tahu, ayam, atau sayuran.
Bumbunya terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, parutan kulit jeruk lemon, cabai merah, ketumbar, jinten, kunyit, kayu manis, cengkeh, kapulaga, asam jawa, dan santan.
Semua bahan dihaluskan, ditumis, lalu dicampur dengan santan dan bahan utama seperti daging atau sayuran, dimasak dengan api kecil hingga saus mengental.
Daun salam ditambahkan di akhir untuk aroma khas, dan biasanya disajikan panas dengan kentang rebus atau nasi.
Pizza (Italia)
Pada awalnya, pizza adalah roti dengan topping gurih yang sederhana, populer di kalangan masyarakat yang tidak mampu membeli piring. Roti ini juga praktis untuk dibawa saat bepergian.
Bentuk awal pizza sudah disebut dalam puisi “Aeneid” karya penyair Romawi Virgil pada zaman Augustus, yang menceritakan perjalanan pahlawan Troya, Aeneas, dan anak buahnya, yang makan roti gandum tipis dengan jamur dan sayuran di atasnya.
Pizza modern muncul di Naples pada akhir abad ke-18, ketika kota tersebut mengalami peningkatan populasi dan kemiskinan.
Pizza dijual oleh pedagang kaki lima dalam potongan kecil, dengan topping sederhana seperti bawang putih, lemak babi, dan garam, sesuai kemampuan pembeli.
Pizza awalnya identik dengan kemiskinan, namun setelah penyatuan Italia, penilaian terhadap pizza berubah menjadi hidangan yang sangat digemari dan diakui secara luas.
Sushi (Jepang)
Sushi berasal dari metode pengawetan ikan di Asia Tenggara yang kemudian menyebar ke Cina dan Jepang, dikenal dengan nama narezushi.
Narezushi dibuat dengan ikan yang difermentasi di atas nasi asin dan dibungkus daun, sehingga bisa dimakan meski disimpan lama. Awalnya, nasi asin dibuang dan hanya ikan yang dikonsumsi.
Kemudian muncul namanare, yaitu ikan mentah yang dibungkus kulit, dimakan sebelum rasanya berubah. Dari kedua metode inilah sushi modern terbentuk, terutama pada era Edo (1600–1800) di Jepang.
Ikan dan sayuran disajikan di atas nasi seukuran onigiri, dicampur dengan cuka. Sushi awalnya sangat mahal dan dikenakan pajak negara, dimakan dengan tangan tanpa sumpit.
Seiring waktu, sushi menjadi makanan cepat saji yang dijual di tenda kaki lima, dan berkembang menjadi berbagai jenis yang dikenal saat ini.
Peking Duck / Bebek Peking (Cina)
Bebek Peking pertama kali disiapkan oleh seorang koki pada masa Dinasti Ming (1368–1644), ketika hidangan istana biasanya berupa ayam bakar, angsa, dan bebek. Bebek Peking dianggap sebagai sajian mewah yang hanya dinikmati kalangan istana.
Sejak abad ke-16, Beijing menjadi pusat pemerintahan Cina, sehingga hidangan ini mulai dikenal luas oleh masyarakat. Dalam tradisi kuliner Cina, bebek melambangkan kesetiaan dan memiliki posisi penting dalam masakan.
Sebelum diolah, bebek peternakan diberi makan jujube atau buah kurma merah secara rutin setiap enam jam untuk memastikan dagingnya tetap empuk.
Bebek ideal memiliki berat sekitar 2,5 kg—terlalu kecil membuat daging keras, terlalu besar juga mempengaruhi tekstur. Bebek dipanggang di oven batu dan atas kayu kurma merah, yang memberikan aroma khas pada daging.
Di Beijing, tiap chef memiliki teknik berbeda dalam menyiapkan Bebek Peking, misalnya menambahkan aroma kopi atau apel. Daging dipanggang selama sekitar 70 menit agar lemak meleleh dan meresap ke kulit dan daging.
Hamburger (Jerman)
Hamburger tidak berasal dari kata “ham” dalam bahasa Inggris, melainkan dari Hamburg, Jerman, tempat potongan daging sapi disebut steak.
Hidangan ini populer di Jerman dan dibawa ke Amerika oleh imigran Jerman, kemudian dikenal dengan sebutan “Hamburger Steak.” Menu ini menjadi semakin terkenal di Amerika Serikat dan dikenal di seluruh dunia.
Ada versi yang menyatakan burger modern diciptakan oleh dua bersaudara, Frank dan Charles Menches dari Ohio, AS, yang menyesuaikan hidangan daging dengan gaya lokal.
Penam Assam Laksa (Malaysia)
Laksa memiliki banyak versi asal-usul nama. Menurut penelitian editor Asian Inspiration di Australia, kata “laksa” kemungkinan berasal dari bahasa Hindi atau Persia, yaitu “lakhshah,” jenis mie polos yang digunakan dalam sup.
Selain itu, kata “rukhshah” dianggap serapan dari Sansekerta “laksha” yang berarti “ratusan ribu,” melambangkan kekayaan rempah dalam sup.
Teori lain menyebutkan kata “laksa” berasal dari bahasa Kanton, yang berarti “pasir pedas,” merujuk pada kuah kaldu daun laksa berbasis udang kering dengan tekstur kental dan rasa pedas.
Ada pula yang mengaitkan kata “laksa” dengan bahasa Hokkien, yang berarti “kotor” atau “sup lup,” karena dibawa oleh imigran Hokkien yang menyebar ke Taiwan, Malaysia, dan Indonesia.
Di wilayah Melayu, keturunan Hokkien dikenal sebagai Peranakan, yang memperkenalkan dan menyebarkan laksa sebagai hidangan khas Asia Tenggara.
Laksa khas Melayu memiliki cita rasa pedas segar dari daun laksa atau Persicaria odorata, meski tanaman ini bukan termasuk genus mint.
Tom Yum Goong (Thailand)
Sup ini merupakan hidangan seafood dengan rasa asam segar yang dipadukan daun ketumbar dan rempah khas Thailand. Hidangan ini telah dikenal sejak akhir abad ke-19.
Nama Tom Yum berasal dari bahasa Thailand, di mana “Tom” berarti mendidih atau panas, dan “Yum” berarti pedas dan asam, sesuai dengan ciri khas sup yang biasanya disajikan panas.
Selain seafood, Tom Yum juga bisa berisi ayam, ikan, atau jamur, dan hadir dalam kuah bening maupun santan kental.
Bumbu utama sup ini meliputi serai, lengkuas, daun jeruk purut, dan air jeruk nipis, bumbu yang umum digunakan pada masakan Thailand.
Sejarah lokal menunjukkan bahwa hidangan ini berasal dari Thailand tengah, dekat Sungai Chao Phraya, di mana udang segar banyak tersedia. Penduduk setempat menggunakan udang sebagai bahan utama kaldu sup.
Menurut catatan, resep Tom Yum pertama kali ditulis pada tahun 1888 dengan nama Snakehead Fish Tom Yum, tanpa menyebut udang sebagai bahan utama.
Penyebutan udang baru muncul dalam buku masak yang diterbitkan misionaris Amerika pada 1897 berjudul “Tom Yum Goong dengan lauk pauk.” Resep Tom Yum yang dikenal saat ini berbeda dari versi aslinya.
Kebab (Turki)
Kebab adalah masakan Turki yang terkenal, meski namanya berasal dari kata Arab “kabab” yang berarti daging panggang. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, istilah kebab digunakan untuk menyebut daging yang dipanggang.
Awalnya menggunakan daging domba, kini kebab juga menggunakan daging sapi dan ayam. Hidangan ini menjadi salah satu makanan cepat saji populer di Timur Tengah dan Afrika.
Kebab modern mengalami transformasi ketika dibawa pedagang Turki ke Eropa pada abad ke-18, khususnya ke Berlin, Jerman.
Daging dicincang, dibumbui rempah, dipanggang, lalu disajikan dengan roti tortilla, salad, dan mayones mirip burger. Kepopulerannya di Jerman membuat kebab menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Amerika, Asia, dan Indonesia.
Rendang (Indonesia)
Rendang merupakan hidangan pedas berbahan dasar daging yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah halus seperti cabai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang merah, serta bumbu lainnya.
Keistimewaan rendang terletak pada bumbu alami yang bersifat antiseptik sehingga dapat berfungsi sebagai pengawet alami.
Rempah-rempah lain yang digunakan juga memiliki aktivitas antibakteri tinggi, memungkinkan rendang bertahan berbulan-bulan. Memasak rendang hingga kuahnya kering membutuhkan waktu sekitar delapan jam.
Sejarah rendang menelusuri asalnya ke Minangkabau, Sumatera Barat. Bagi masyarakat Minang, rendang telah menjadi bagian dari tradisi kuliner sejak zaman nenek moyang, meski bukti tertulis awalnya sangat sedikit.
Beberapa ulama menduga rendang sudah ada sejak perayaan adat pertama masyarakat Minang. Penyebaran rendang berkembang dari Riau, Mandailing, Jambi, hingga Negeri Sembilan di Malaysia, dibawa oleh perantau Minang.
Catatan awal rendang sebagai hidangan tradisional Minangkabau muncul pada awal abad ke-19, namun sejarawan Gusti Anan dari Universitas Andalas menduga rendang berasal dari abad ke-16.
Hal ini ia simpulkan dari catatan sastra abad ke-19 yang menyebut perjalanan orang Minang menyeberangi Selat Malaka ke Singapura menggunakan perahu selama sekitar satu bulan.
Karena tidak ada desa sepanjang perjalanan, mereka menyiapkan makanan tahan lama, dan rendang menjadi pilihan utama.
Gusti juga menduga bahwa pembukaan kampung baru di pesisir timur Sumatera, Singapura, Malaka, dan Malaysia oleh orang Minang pada abad ke-16 turut membawa rendang sebagai bekal.
Selain catatan sejarah, rendang Padang juga tercatat dalam buku harian Kolonel Stuers pada tahun 1827 yang menulis deskripsi makanan yang tersirat pada istilah hangus dan gosong.
Menurut Gusti, teknik ini adalah salah satu cara konservasi makanan oleh masyarakat Minang.
Kata “rendang” berasal dari “mendang”, yang berarti memasak santan perlahan hingga mengering, sesuai dengan teknik memasak rendang yang membutuhkan waktu lama hingga kuahnya menyusut.
Sejarah rendang juga dipengaruhi kehadiran bangsa Arab dan India di pesisir barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad pertama, banyak orang India menetap di Minang dan memperkenalkan berbagai rempah-rempah.
Ada pula yang berpendapat bahwa kari khas India yang diperkenalkan pada abad ke-15 menjadi dasar rendang, mengingat adanya kontrak perdagangan dengan India pada waktu itu.
Pewaris Kerajaan Pagaruyung juga membuka kemungkinan rendang adalah gulai yang dimasak lebih kering agar lebih tahan lama.
Hingga kini, keistimewaan rendang Padang tetap bertahan dan semakin populer dengan banyaknya rumah makan Padang di seluruh nusantara.
Meski berbahan dasar daging, rendang memiliki banyak variasi lain seperti ayam, bebek, hati, telur, paru-paru, tuna, dan rendang suir Payakumbuh, di mana daging diiris kecil-kecil untuk tekstur yang berbeda.
Poke (Amerika Serikat)
Poke merupakan hidangan berbahan dasar ikan tuna Ahi mentah atau gurita yang dipotong dadu.
Di Hawaii, poke dibumbui dengan kecap, minyak wijen, rumput laut, dan daun bawang, sedangkan di London hidangan ini sering disajikan dengan tambahan kacang macadamia atau kacang mete.
Selain itu, poke hadir dalam berbagai variasi dengan jenis ikan lain seperti salmon dan kerang. Di beberapa tempat, poke juga bisa diberi tambahan mayones, wasabi, atau sriracha mayones.
Poke berbeda dari sashimi dan sushi Jepang karena ikan yang digunakan tidak difermentasi, dan tidak disajikan bersama nasi khusus sushi.
Secara sederhana, poke hanyalah semangkuk ikan mentah yang dicincang, kemudian dipadukan dengan kacang, buah, dan sayuran, menciptakan hidangan segar dan fleksibel sesuai selera.
Sebagai penutup, makanan terenak di dunia selalu menawarkan pengalaman rasa unik, memadukan tradisi dan kreativitas kuliner dari berbagai belahan dunia.