Minyak

Minyak Stabil Meski Tekanan Pasar Mengintensif

Minyak Stabil Meski Tekanan Pasar Mengintensif
Minyak Stabil Meski Tekanan Pasar Mengintensif

JAKARTA - Harga minyak mentah berakhir pada level yang relatif stabil pada saat para pelaku pasar menanti pertemuan puncak yang akan mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump. Meski demikian, sepanjang pekan ini harga minyak mencatat penurunan terbesar, menandakan kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global akibat adanya tarif impor baru dan ketidakpastian geopolitik.

Pergerakan Harga Brent dan WTI Terpantau Berbeda

Pada Jumat, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 naik tipis sebesar 0,2% menjadi US$ 66,59 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2025 bertahan di level US$ 63,88 per barel tanpa perubahan signifikan.

Meskipun begitu, dalam skala mingguan, Brent mencatat penurunan sebesar 4,4%, dan WTI mengalami penurunan yang lebih dalam, yakni 5,1%. Penurunan ini menunjukkan reaksi pasar yang berhati-hati di tengah ketidakpastian situasi global.

Harapan Diplomasi Pengaruhi Pasar Minyak

Dilaporkan bahwa upaya Washington dan Moskow untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan konflik di Ukraina menjadi sorotan. Kesepakatan tersebut berpotensi mengunci penguasaan Rusia atas wilayah yang direbut selama invasi, sekaligus membuka peluang pelonggaran sanksi yang selama ini membebani perdagangan minyak.

Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, negosiasi terkait wilayah pertemuan puncak antara Trump dan Putin sedang berjalan, dengan kemungkinan acara tersebut akan terlaksana paling cepat minggu depan.

Kondisi ini menimbulkan harapan bagi pasar bahwa perang di Ukraina dapat berakhir secara diplomatik, yang tentunya akan mempengaruhi dinamika harga minyak dan stabilitas pasokan global.

Dampak Tarif Impor AS Terhadap Permintaan Minyak

Selain geopolitik, ketegangan perdagangan turut membebani harga minyak. Presiden Trump mengancam akan menaikkan tarif impor terhadap India dan Tiongkok sebagai respons atas pembelian minyak Rusia. Kebijakan ini menambah ketidakpastian mengenai permintaan minyak global.

Neil Crosby, analis pasar energi di Sparta Commodities, menyampaikan, “Berbagai pertimbangan non-minyak sedang dipertimbangkan, termasuk kekhawatiran atas dampak tarif dan berita utama yang beredar selama beberapa hari terakhir mengenai pertemuan Trump dan Putin.”

Kekhawatiran terhadap dampak tarif tersebut tercermin dalam harga minyak yang mengalami tekanan, di samping faktor lain seperti pasokan yang meningkat.

OPEC+ dan Produksi Minyak yang Meningkat

Dalam konteks pasokan, OPEC+ telah memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak sebanyak 547.000 barel per hari pada bulan September. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya pemulihan pangsa pasar setelah beberapa kali melakukan peningkatan produksi secara bertahap.

Di sisi lain, jumlah rig minyak di AS juga meningkat menjadi 411 minggu ini, menandakan kesiapan untuk menambah pasokan minyak di masa mendatang.

Hal ini berkontribusi pada sentimen bearish yang terlihat di pasar, terutama saat tarif impor AS mulai berlaku terhadap sejumlah negara.

Kebijakan Ekonomi AS dan Pengaruhnya Terhadap Minyak

Selain faktor global, kebijakan ekonomi AS juga menjadi perhatian pasar. Pengumuman pencalonan Stephen Miran sebagai anggota Federal Reserve memberikan indikasi kemungkinan kebijakan moneter yang lebih longgar (dovish).

Suku bunga yang lebih rendah berpotensi menurunkan biaya pinjaman konsumen, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya meningkatkan permintaan minyak.

Namun, penguatan dolar AS yang tercatat pada hari Jumat memberikan tekanan terhadap minyak mentah, mengingat minyak diperdagangkan dalam denominasi dolar dan menjadi lebih mahal bagi pembeli asing.

Posisi Investor Mengikuti Pergerakan Harga

Berdasarkan data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC), para pengelola dana mengurangi posisi net long (posisi beli) minyak berjangka dan opsi AS pada pekan yang berakhir. Perubahan posisi ini mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.

Pasar minyak saat ini tengah menghadapi dinamika yang kompleks antara harapan diplomasi, kebijakan perdagangan, serta penyesuaian produksi oleh negara-negara produsen. Meski harga minyak masih menunjukkan stabilitas dalam jangka pendek, faktor-faktor eksternal yang terus berubah menuntut kewaspadaan para pelaku pasar dan investor.

Dengan berbagai sentimen positif dari potensi pertemuan antara Presiden AS dan Rusia, serta kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan, pasar minyak masih menyimpan peluang untuk rebound ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index