JAKARTA - Kinerja keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus menunjukkan daya tahan dan ketangguhannya di tengah dinamika sektor perbankan nasional. Pertumbuhan kredit dan peningkatan dana murah menjadi dua pendorong utama yang menopang perolehan laba bersih kuartal II tahun ini.
Dengan hasil yang solid dan konsisten, BBCA menarik perhatian pelaku pasar, sekaligus menjadi bahan pertimbangan para analis untuk menyusun target harga terbaru saham bank swasta terbesar di Indonesia tersebut.
Laba Konsolidasi Tumbuh Positif
BBCA berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp14,9 triliun pada kuartal kedua. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,1% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq) dan 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dalam pandangan analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, yaitu Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, pencapaian tersebut sesuai dengan proyeksi awal. “Itu sesuai dengan estimasi kami sebesar 50,7% dari target 2025 dan sejalan dengan konsensus sebesar 49,7%,” tulis keduanya.
Pendapatan Bunga Jadi Andalan
Salah satu komponen utama yang menjadi motor penggerak kinerja BBCA adalah pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII). Pada periode ini, NII mencapai Rp21,4 triliun, meningkat sebesar 1,7% secara kuartalan dan 6,9% secara tahunan.
Pertumbuhan pendapatan bunga ini tidak lepas dari ekspansi kredit yang dilakukan perseroan. Kredit yang disalurkan BBCA tumbuh sebesar 12,9% yoy atau 1,9% qoq. Momentum ekspansi kredit ini sekaligus menunjukkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas dan reputasi BBCA di industri perbankan nasional.
Dana Murah Tetap Jadi Penopang
Faktor lain yang turut mendukung pencapaian BCA adalah pertumbuhan dana murah atau CASA (current account saving account) yang terus meningkat. Dana pihak ketiga BBCA tumbuh 5,7% yoy, sementara dana murah tumbuh lebih tinggi yaitu 7,3% yoy.
Dengan struktur pendanaan yang tetap efisien, net interest margin (NIM) BBCA mampu dipertahankan stabil di level 5,8% pada kuartal II. Hal ini mencerminkan kemampuan perseroan menjaga profitabilitas di tengah persaingan suku bunga dan tekanan pasar.
Kualitas Aset Tetap Terjaga
Meskipun secara umum kinerja keuangan BBCA membaik, tantangan tetap ada dalam hal biaya kredit atau cost of credit (CoC). Pada kuartal ini, CoC BBCA tercatat sebesar 0,5%, sedikit lebih tinggi dibandingkan panduan awal yang ditetapkan sebesar 0,3%.
Kenaikan CoC ini disebabkan oleh meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang kini berada di level 2,2%, naik dari posisi kuartal sebelumnya sebesar 2%. Namun demikian, perbaikan terlihat dari penurunan rasio loan at risk (LAR) menjadi 5,7%, lebih rendah dari 6% pada kuartal I.
“Meski demikian, loan at risk (LAR) BBCA membaik menjadi 5,7% dibandingkan kuartal I-2025 yang mencapai 6%,” terang Prasetya.
Tetap Optimistis Jalankan Panduan Kredit
Meskipun sempat menetapkan panduan pertumbuhan kredit secara moderat sebesar 7–8% untuk tahun ini, realisasi hingga pertengahan tahun menunjukkan capaian yang jauh lebih tinggi. Dalam enam bulan pertama, pertumbuhan kredit BBCA telah mencapai 13,8%.
“Kemungkinan itu akan terlampaui, mengingat ekspansi kredit selama Januari hingga Juni 2025 telah mencapai 13,8%,” jelas Prasetya. Fakta ini menjadi sinyal positif atas kekuatan portofolio pembiayaan yang dimiliki BCA dan peluang akselerasi bisnis di semester kedua.
Koreksi Panduan CoC Jadi Langkah Waspada
Di sisi lain, BBCA melakukan penyesuaian terhadap panduan biaya kredit, dari sebelumnya 30 basis poin (bps) menjadi 30 hingga 50 bps. Koreksi ini merupakan bentuk kewaspadaan perusahaan dalam merespons dinamika ekonomi serta menjaga kualitas aset yang sehat secara berkelanjutan.
Langkah ini juga mencerminkan kebijakan manajemen risiko yang konservatif dari BBCA, yang tetap mengedepankan kehati-hatian sambil menjaga momentum pertumbuhan.
Dengan kombinasi antara pertumbuhan laba yang konsisten, pengelolaan dana murah yang solid, serta kemampuan mempertahankan profitabilitas di tengah tantangan, kinerja BBCA pada kuartal II menjadi fondasi kokoh untuk melangkah ke semester berikutnya.
Target harga saham mungkin mengalami penyesuaian oleh sejumlah analis, namun sentimen fundamental perusahaan tetap positif. BBCA terus menunjukkan perannya sebagai bank yang adaptif, kuat, dan mampu menjaga pertumbuhan secara berkelanjutan.