Pengertian kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali, memahami, serta mengelola emosi diri sendiri dan orang lain dengan tepat.
Saat mendengar kata "kecerdasan," tentu hal ini sudah tidak asing lagi.
Berdasarkan definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kecerdasan merupakan intelegensi atau kondisi cerdas, yang juga dapat diartikan sebagai perkembangan akal dan budi menuju kesempurnaan.
Kecerdasan terbagi menjadi beberapa bentuk, di antaranya adalah kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Selama ini, IQ sering kali dianggap sebagai tolak ukur utama dalam meraih kesuksesan di masa depan.
Mereka yang memiliki tingkat IQ tinggi biasanya dinilai lebih mampu menyelesaikan persoalan secara efektif serta cepat beradaptasi terhadap perubahan dan kondisi baru.
Dalam dunia pendidikan formal, individu dengan IQ tinggi juga cenderung memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan yang lainnya.
Namun demikian, pandangan ini mulai bergeser. Kini, tidak hanya kecerdasan intelektual yang menjadi perhatian utama, melainkan juga pentingnya kemampuan untuk mengelola emosi secara sehat.
Kecerdasan emosional (EQ) mulai dianggap sebagai aspek penting yang harus dimiliki seseorang, karena IQ tinggi saja tidak cukup bila tidak dibarengi dengan kendali emosi yang baik.
Dengan memahami pengertian kecerdasan emosional, kita akan semakin menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan berpikir logis, tetapi juga oleh cara kita berinteraksi dan merespons emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Pengertian kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh dua psikolog, Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire.
Mereka menggunakan istilah ini untuk menggambarkan keterkaitan antara kemampuan merasakan empati, mengekspresikan dan memahami emosi seperti marah, mengendalikan amarah, menyelesaikan masalah secara mandiri, berdiskusi, bersikap ramah, hingga menunjukkan rasa hormat.
Kedua tokoh ini juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan jenis kecerdasan yang mencakup kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri dan orang lain.
Pemahaman ini penting sebagai acuan dalam mengambil langkah selanjutnya karena telah mengetahui situasi dan kondisi emosional yang sedang terjadi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan emosional adalah bentuk kecerdasan yang berhubungan erat dengan rasa peduli dan empati, baik terhadap sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun terhadap alam sekitar.
Sebagian peneliti berpendapat bahwa kemampuan ini bisa dipelajari dan ditingkatkan, sementara lainnya meyakini bahwa kecerdasan emosional merupakan sifat bawaan.
Namun, pada prinsipnya, kecerdasan emosional tidak bertentangan dengan kecerdasan intelektual. Justru keduanya idealnya dikembangkan secara seimbang.
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial karena dalam interaksi dengan orang lain, kemampuan mengelola emosi sangat dibutuhkan.
Penting untuk tahu kapan harus bersikap empati, kapan perlu memahami orang lain, saat yang tepat untuk marah, dan bagaimana bersikap hormat. Semua itu mencerminkan kualitas kecerdasan emosional seseorang.
Semakin baik kemampuan ini dikuasai, maka semakin besar pula peluang untuk diterima dengan baik dalam lingkungan sosial.
Komponen Kecerdasan Emosional
Setelah mengetahui lebih dalam tentang kemampuan dalam mengelola emosi, kita pun bisa memahami esensi dari kemampuan ini. Selanjutnya, penting untuk mengetahui unsur-unsur yang menjadi landasan terbentuknya kemampuan tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari bintangtrainer.com, kemampuan ini terbentuk dari beberapa elemen utama, antara lain:
1. Menyadari Keberadaan Emosi dalam Diri
Unsur pertama yaitu kesadaran terhadap diri sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran diri dijelaskan sebagai pemahaman seseorang terhadap keadaan dirinya secara menyeluruh.
Maksud dari pemahaman ini adalah kemampuan untuk mengenali serta menyadari perasaan dan emosi yang sedang dirasakan.
Kemampuan ini menjadi fondasi utama dari pengelolaan emosi secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang terhadap emosinya, maka semakin baik pula kemampuan tersebut terbentuk.
Namun, mengenali emosi dalam diri saja tidak cukup. Seseorang juga perlu menyadari dampak emosinya terhadap suasana hati, tindakan, dan cara ia berinteraksi dengan orang lain.
Memiliki kontrol terhadap emosi adalah bagian penting dari kesadaran ini. Selain mampu mengatur perasaan sendiri, individu juga harus memahami bahwa reaksi emosi setiap orang berbeda, serta mampu mengenali emosi yang sedang muncul saat itu.
Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memahami keterkaitan antara apa yang dirasakan dengan bagaimana mereka bertindak. Tidak hanya itu, mereka juga harus mengetahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki.
Para peneliti menyebutkan bahwa individu yang memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri biasanya memiliki beberapa ciri, seperti rasa percaya diri yang tinggi, mengenali dan mempercayai kemampuannya sendiri, serta memiliki selera humor yang baik.
Mereka juga sadar bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya.
2. Membangun Kemampuan Mengatur Emosi
Sebagai lanjutan dari kesadaran diri, komponen berikutnya adalah kemampuan dalam mengendalikan emosi.
Secara umum, regulasi dapat diartikan sebagai proses pengendalian. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah pengendalian perasaan dan emosi pribadi.
Setelah seseorang mampu mengenali dan menyadari emosinya, mereka perlu memahami dampaknya terhadap orang lain. Oleh sebab itu, kemampuan ini mencakup pengelolaan dan pengaturan perasaan dengan baik.
Penting untuk dicatat bahwa mengatur emosi bukan berarti menahan atau memendam perasaan hingga akhirnya meledak. Pandangan ini keliru. Menahan emosi hanya akan memperpanjang waktu untuk meluapkannya di situasi yang tidak tepat.
Yang dimaksud dengan pengendalian emosi di sini adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan secara wajar dan pada waktu yang sesuai.
Orang yang memiliki kemampuan mengatur emosi dengan baik biasanya lebih mampu beradaptasi dengan perubahan, lebih fleksibel dalam situasi yang tidak menentu, serta memiliki kemampuan menyelesaikan konflik dan meredakan ketegangan.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mampu mengendalikan dirinya secara efektif, apalagi bila dibarengi dengan kesadaran diri yang baik, akan memiliki tanggung jawab yang tinggi serta berpengaruh positif terhadap orang-orang di sekitarnya.
3. Mampu Menjalin Hubungan Sosial dengan Baik
Salah satu unsur utama dari kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam membangun relasi sosial yang positif. Pemahaman mengenai emosi tidak hanya terbatas pada emosi pribadi, namun juga mencakup pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Melalui interaksi sosial yang konsisten dan penerapan kesadaran emosi secara internal maupun eksternal, seseorang dapat meningkatkan kemampuan emosionalnya secara lebih mendalam.
4. Memiliki Rasa Empati yang Kuat
Empati menjadi bagian penting dalam membentuk kecerdasan emosi. Kemampuan ini merujuk pada kepekaan dalam mengenali dan merasakan emosi yang sedang dialami oleh orang lain.
Adanya empati membuat kita lebih peka terhadap suasana hati orang lain, termasuk lawan bicara atau lingkungan sekitar, sehingga bisa merespons mereka secara lebih bijak dan penuh pengertian.
5. Termotivasi oleh Dorongan Internal
Motivasi dari dalam diri sendiri merupakan salah satu fondasi utama dalam pengembangan kecerdasan emosional.
Individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi umumnya tidak bergantung pada penghargaan eksternal seperti popularitas, kekayaan, atau pengakuan, melainkan lebih terdorong oleh keinginan pribadi untuk berkembang dan memenuhi kebutuhan batin.
Orang yang memiliki dorongan internal ini biasanya menunjukkan kemampuan untuk tetap fokus, mengambil tindakan secara mandiri, serta menunjukkan komitmen dan inisiatif yang kuat dalam berbagai situasi.
Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
Setelah memahami berbagai unsur yang menyusun kemampuan emosional, langkah selanjutnya adalah mengenali karakteristik individu yang memilikinya.
Terdapat sejumlah tanda yang mencerminkan seseorang memiliki kecerdasan dalam mengelola emosi. Pertama, ia mampu menyadari dan memahami perasaannya sendiri. Kedua, ia juga memiliki kepekaan dalam merasakan emosi orang lain.
Ketiga, ia dapat mengidentifikasi keunggulan maupun kekurangan yang dimilikinya. Keempat, orang tersebut tidak mudah terbawa perasaan atau merasa tersinggung.
Kelima, ia memiliki kecenderungan untuk menjadi pendengar yang baik dalam setiap percakapan. Keenam, pikirannya terbuka dan mampu menerima sudut pandang dari orang lain.
Dan terakhir, ia tidak merasa gengsi untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf terlebih dahulu.
Tanda Kecerdasan Emosional Rendah
Setelah mengenal ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan emosional yang baik, mungkin timbul pertanyaan dalam diri: apakah kita termasuk dalam kelompok tersebut?
Jika kalian merasa penasaran, langkah berikutnya adalah mengenali tanda-tanda yang menunjukkan seseorang memiliki tingkat kemampuan emosional yang rendah.
Ini biasanya terjadi ketika seseorang tidak mampu mengenali serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain, yang akhirnya memengaruhi pola pikir dan perilakunya. Berikut ini beberapa ciri yang bisa menjadi indikatornya:
Selalu Merasa Paling Benar
Orang dengan kemampuan emosional rendah biasanya sulit menerima pendapat dari orang lain. Mereka kerap bersikeras mempertahankan pandangannya dan enggan mengakui jika ada kesalahan.
Bahkan ketika diberi fakta yang membantah pendapat mereka, mereka tetap berusaha membantah dengan menyalahkan fakta tersebut.
Mereka merasa harus selalu menang dalam diskusi, tanpa mempertimbangkan sudut pandang orang lain, yang menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Kurang Mampu Membaca Emosi Orang Lain
Individu dalam kategori ini sering tidak menyadari jika orang di sekitarnya merasa terganggu atau tidak nyaman dengan sikap mereka.
Mereka bisa saja merasa kaget ketika ada teman yang menjauh atau pasangan yang marah, karena mereka tidak peka terhadap isyarat emosi dari orang lain. Bahkan mereka merasa terbebani jika harus memahami perasaan orang lain.
Minim Kepekaan terhadap Situasi
Ciri lainnya adalah ketidakmampuan membaca konteks. Orang dengan kecerdasan emosi yang rendah cenderung tidak menyadari waktu atau situasi yang tepat untuk berbicara atau menunjukkan emosi.
Misalnya, membuat lelucon yang tidak pantas dalam suasana berduka. Jika reaksi orang lain negatif, mereka justru menyalahkan pihak lain dengan anggapan bahwa orang tersebut terlalu sensitif.
Suka Menyalahkan Pihak Lain
Mereka yang kurang memiliki kecerdasan emosional biasanya tidak menyadari bahwa emosi dan sikapnya dapat menimbulkan masalah.
Mereka sulit untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang terjadi, dan lebih memilih mencari kambing hitam saat dihadapkan pada situasi sulit. Mereka akan menyalahkan orang lain atau keadaan daripada mengevaluasi sikap dan pengaruh emosinya sendiri.
Kesulitan Mengelola Situasi yang Sarat Emosi
Individu dengan tingkat kecerdasan emosional yang rendah biasanya tidak mampu menangani kondisi yang melibatkan emosi secara efektif.
Mereka tidak terbiasa mengenali dan memahami emosi yang kuat, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain.
Umumnya, mereka akan memilih untuk menekan perasaan tersebut dan menghindar dari kondisi yang menuntut mereka menghadapi dampak emosional yang sedang terjadi.
Mudah Tersulut Emosi
Salah satu kemampuan dasar dalam kecerdasan emosional adalah mengatur emosi. Namun, mereka yang rendah dalam aspek ini cenderung kesulitan memahami dan mengendalikan perasaan mereka.
Ketika marah, mereka sering kali bereaksi secara impulsif dan menyerang tanpa lebih dulu menyadari penyebab pasti dari emosinya.
Reaksi yang berlebihan, meledak-ledak, dan tak terkendali menjadi ciri khas mereka. Bahkan peristiwa kecil pun bisa memicu luapan emosi yang besar.
Selalu Memusatkan Pembicaraan pada Diri Sendiri
Kecenderungan untuk terus-menerus membicarakan tentang dirinya sendiri menjadi indikasi lainnya. Meski tampak tertarik dan bertanya kepada orang lain, mereka sering membawa percakapan kembali pada pengalaman pribadi.
Dalam setiap masalah yang disampaikan lawan bicaranya, mereka akan menanggapi dengan cerita dari pengalaman pribadi, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka pernah mengalami hal yang serupa—baik dalam bentuk yang lebih buruk maupun lebih baik—sehingga percakapan akhirnya selalu kembali berpusat pada dirinya.
Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan dalam mengelola emosi. Berikut ini merupakan beberapa upaya yang bisa diterapkan guna meningkatkan kecerdasan emosional:
Belajar Menjadi Pendengar yang Baik
Jika kamu ingin memperkuat kecerdasan emosional, penting untuk memahami perasaan orang lain. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah memperhatikan dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Cobalah luangkan waktu untuk benar-benar menangkap apa yang dirasakan orang lain, baik melalui percakapan langsung maupun melalui bahasa tubuh.
Bahasa tubuh atau gesture bisa menyampaikan banyak hal yang tidak selalu terucap. Ketika kamu merasa seseorang sedang mengalami sesuatu, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek agar bisa memahami situasinya secara lebih akurat.
Mengembangkan Empati
Kemampuan untuk memahami emosi orang lain merupakan bagian penting dari kecerdasan emosional.
Salah satu cara melatihnya adalah dengan mencoba menempatkan diri pada posisi orang tersebut untuk bisa melihat dari sudut pandangnya.
Sebagai sesama manusia, kita perlu belajar membayangkan bagaimana rasanya berada dalam kondisi yang sedang mereka alami.
Cara ini akan sangat membantu dalam membangun pemahaman emosional terhadap berbagai situasi dan secara perlahan meningkatkan kemampuan untuk merespons dengan lebih bijaksana dalam jangka panjang.
Tahapan-tahapan Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosional bukanlah konsep yang rumit. Justru sebaliknya, menyenangkan untuk dipahami dan sangat bisa dipelajari serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini bukan sekadar teori yang hanya bisa dimengerti melalui bacaan, tetapi sesuatu yang perlu dipraktikkan langsung.
Menurut Mayer dalam karyanya berjudul What is Emotional Intelligence, terdapat beberapa tahapan dalam proses berkembangnya kecerdasan emosi, yaitu:
Mengenali Emosi
Langkah awal adalah mengenali emosi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi perasaan yang muncul, baik dari ekspresi wajah maupun bahasa tubuh seseorang.
Emosi seperti senang, marah, sedih, atau takut dapat dikenali dengan lebih mudah bila seseorang telah terbiasa merasakannya.
Kemampuan ini menjadi landasan penting dalam interaksi emosional yang sehat, terutama bila bisa membaca ekspresi, gerakan, atau nada suara dengan baik.
Mengaitkan Emosi dengan Pikiran
Setelah seseorang mampu merasakan emosi, langkah berikutnya adalah memahami bagaimana emosi bisa membantu dalam proses berpikir. Pada tahap ini, emosi dimanfaatkan untuk memperkuat alur pemikiran.
Misalnya, suasana hati yang positif dapat meningkatkan kreativitas. Dengan kata lain, informasi emosional digunakan untuk memperkaya pola pikir seseorang.
Memahami Perasaan
Tahap selanjutnya adalah mengerti arti dan perubahan dalam emosi itu sendiri. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana satu emosi dapat berkembang menjadi emosi lainnya, serta makna dari emosi yang dirasakan dalam konteks sosial.
Misalnya, perasaan bahagia biasanya mendorong seseorang untuk lebih terbuka pada orang lain, sedangkan marah bisa melahirkan dorongan untuk menyerang. Rasa takut, di sisi lain, memunculkan keinginan untuk menghindar atau melarikan diri.
Mengendalikan Emosi
Tahapan akhir adalah kemampuan dalam mengelola perasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan ketika seseorang telah mampu mengenali dan memahami emosinya dengan baik.
Kemampuan ini sangat penting agar emosi tidak menguasai tindakan secara negatif dan justru bisa diarahkan untuk mendukung keputusan yang sehat dan produktif.
Manfaat dari Kecerdasan Emosional
Peter Salovey serta John D. Mayer dalam tulisannya yang berjudul "Emotional Intelligence" menjelaskan bahwa perasaan dan suasana hati memiliki kontribusi sistematis terhadap proses pemecahan masalah.
Perubahan emosi pada dasarnya bisa menjadi sarana yang mempermudah penyusunan berbagai rencana untuk masa yang akan datang.
Itu merupakan poin pertama. Sedangkan untuk poin kedua, emosi positif berperan dalam mengorganisasi ingatan, sehingga materi kognitif dapat lebih terstruktur dan menghasilkan berbagai gagasan yang relevan.
Emosi juga berfungsi membantu seseorang keluar dari suatu proses berpikir yang stagnan, lalu mengarahkan perhatian kepada kebutuhan yang sifatnya lebih prioritas.
Kecerdasan emosional juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung kinerja yang berhubungan dengan kecerdasan tingkat lanjut.
Menurut para peneliti, emosi dan suasana hati dapat memberi pengaruh positif, terutama saat individu merasakan kebahagiaan. Hal tersebut dapat memicu kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan.
Orang yang tengah berada dalam suasana hati yang baik biasanya juga lebih mampu menentukan skala prioritas terhadap masalah-masalah yang dihadapi, dengan mendahulukan hal-hal yang lebih penting untuk diselesaikan.
Sebagai penutup, dengan memahami pengertian kecerdasan emosional, seseorang dapat mengelola emosi secara lebih efektif dalam menghadapi tantangan dan mengambil keputusan penting.