Apa Itu Sloof: Fungsi, Cara Hitung, dan Metode Pengerjaan

Apa Itu Sloof: Fungsi, Cara Hitung, dan Metode Pengerjaan
apa itu sloof

Apa itu sloof? Ini penting diketahui siapa pun yang terlibat pembangunan, bahkan jika kamu hanya sebagai pemilik proyek konstruksi.

Mewujudkan bangunan yang kuat dan nyaman adalah impian banyak orang. Oleh karena itu, setiap tahap dalam proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga penyelesaian, selalu dilakukan dengan cermat dan penuh perhatian. 

Salah satu bagian penting dalam struktur bangunan yang tidak boleh diabaikan adalah sloof.

Bagi sebagian orang, istilah ini mungkin terdengar kurang familiar. Namun dalam bidang konstruksi, keberadaan sloof sudah sangat umum dan sering digunakan. 

Meski kamu bukan pekerja lapangan atau insinyur bangunan, memahami fungsi dan keberadaan sloof tetap penting karena berkaitan langsung dengan kekuatan bangunan secara keseluruhan. Sloof merupakan bagian dari sistem struktur yang sangat krusial. 

Karena posisinya berada di antara pondasi dan dinding, fungsinya adalah untuk menyalurkan beban dari atas ke pondasi secara merata, sekaligus memperkuat struktur dinding agar lebih kokoh dan tidak mudah retak atau roboh. Tanpa sloof, bangunan berisiko mengalami kerusakan struktural dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, penting untuk memahami peran dan fungsi sloof dalam konstruksi bangunan agar dapat memastikan bahwa rumah atau gedung yang dibangun memiliki kualitas struktural yang mumpuni. 

Mengetahui lebih dalam tentang sloof juga akan membantumu dalam mengambil keputusan yang tepat selama proses pembangunan berlangsung. 

Jadi, tak ada salahnya menambah wawasan seputar struktur ini meskipun kamu bukan orang teknik sekalipun.

Apa itu sloof bisa menjadi titik awal penting dalam memahami kekuatan dan keamanan bangunan yang akan kamu tempati atau bangun.

Apa Itu Sloof?

Apa itu sloof? Dalam dunia konstruksi, sloof adalah salah satu elemen penting yang tidak boleh diabaikan. Sloof secara umum merujuk pada struktur bangunan yang terletak tepat di atas pondasi. 

Walaupun biasanya berada di atas pondasi, tak jarang pula sloof ditanam di dalam tanah. Karena posisinya tersebut, ada kalanya pengerjaan sloof dilakukan secara sembarangan.

Padahal jika menilik fungsinya, sloof memiliki peran penting dalam mendistribusikan beban bangunan secara merata. 

Tak hanya itu, struktur ini juga berfungsi sebagai pengunci dinding bangunan agar tetap kokoh ketika terjadi pergerakan tanah. 

Kedua fungsi tersebut hanyalah sebagian dari banyak manfaat penting yang dimiliki oleh sloof dalam mendukung kestabilan bangunan.

Sayangnya, demi alasan efisiensi biaya, pembuatan sloof kerap dilakukan tanpa perencanaan yang matang. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat pentingnya peran sloof dalam menjaga kekuatan struktur bangunan secara keseluruhan.

Fungsi dari Struktur Sloof

Setelah memahami definisi sloof, kamu juga perlu mengetahui beragam peranan penting dari bagian struktur bangunan yang satu ini. 

Meski sebelumnya telah disinggung dua fungsi utamanya, pembahasan kali ini akan mengupas lebih rinci mengenai manfaat lainnya yang dimiliki struktur ini dalam konstruksi. 

Penjelasan pada poin-poin berikut akan membantumu memahami lebih dalam. Struktur ini berperan sebagai elemen penahan beban dari komponen lain yang ada di atasnya. 

Keberadaannya sangat krusial karena mendukung kekuatan pondasi yang menjadi dasar bangunan.

Selain itu, sloof juga berfungsi sebagai tempat untuk merekatkan material seperti bata maupun batako.

Elemen ini juga menjadi alas bagi berdirinya dinding. Jika sewaktu-waktu bagian sloof mengalami kerusakan, pondasi di bawahnya tetap dapat menopang struktur dinding tersebut.

Komponen ini bertindak sebagai penghubung antara dinding dan pondasi, menjembatani keduanya secara struktural.

Saat terjadi pergeseran tanah, sloof berfungsi untuk menjaga kestabilan dinding yang berada di atasnya agar tetap aman.

Bagian ini juga membantu mendistribusikan beban bangunan secara merata ke pondasi, sehingga tidak ada bagian pondasi yang menerima tekanan berlebih.

Sloof juga berguna dalam menjaga posisi material seperti urugan tanah maupun keramik agar tetap berada di tempatnya, berfungsi layaknya penahan sisi.

Fungsi estetika juga hadir karena keberadaan sloof dapat memberikan tampilan bangunan yang lebih rapi dan terstruktur.

Tak kalah penting, sloof turut mengikat kolom dalam struktur bangunan. Dengan begitu, ketika terjadi gangguan seperti angin kencang atau gempa bumi, kestabilan bangunan tetap terjaga.

Dari penjelasan di atas, kamu tentu bisa melihat betapa besar kontribusi struktur ini terhadap kekuatan dan keindahan sebuah bangunan. 

Maka dari itu, dalam proses pembuatannya, sangat disarankan untuk melibatkan pekerja yang berpengalaman agar kualitas konstruksi tetap terjamin dan risiko kegagalan bisa diminimalkan.

Jenis-jenis Struktur Sloof

Setelah memahami arti serta peran penting dari sloof, akan lebih lengkap jika kamu juga mengenali macam-macam struktur sloof yang ada. 

Hingga saat ini, struktur sloof terbagi menjadi beberapa varian, yang umumnya dibedakan berdasarkan jenis material penyusunnya.

Secara garis besar, struktur sloof diklasifikasikan menjadi empat tipe utama, yaitu sloof dari beton bertulang, batu bata, kayu, dan besi. Masing-masing jenis tersebut memiliki keunggulan dan peran tersendiri dalam proses pembangunan. 

Namun penting untuk dicatat bahwa setiap tipe sloof berfungsi pada konteks konstruksi yang berbeda-beda.

Menarik, bukan, mengenal lebih jauh tentang sloof? Supaya kamu lebih memahami berbagai tipe sloof, berikut ini beberapa penjelasan yang bisa memperluas wawasanmu:

1. Struktur Sloof dari Beton Bertulang

Jenis pertama adalah sloof dari beton bertulang. Umumnya, tipe ini digunakan di atas pondasi bangunan seperti rumah atau gedung tanpa lantai tambahan. Artinya, sloof beton bertulang biasanya diterapkan pada bangunan satu lantai.

Komponen yang diperlukan meliputi kolom praktis, yang biasanya dipasang dengan jarak sekitar tiga meter dari dinding. Untuk dimensinya sendiri, tinggi dan lebar sloof umumnya berkisar antara 15 hingga 20 cm.

Selain sebagai elemen struktural utama, sloof dari beton bertulang juga berfungsi sebagai pengikat antara pondasi dan tiang bangunan.

2. Struktur Sloof dari Batu Bata

Tipe berikutnya adalah sloof yang terbuat dari batu bata, yang juga dikenal dengan istilah rolag. Proses pembuatannya melibatkan penyusunan batu bata secara melintang, dilengkapi dengan adukan pengikat agar batu bata tetap kokoh.

Perlu diperhatikan bahwa campuran adukan tidak boleh asal-asalan. Umumnya, adukan tersebut menggunakan perbandingan satu bagian semen untuk empat bagian pasir.

Namun demikian, sloof dari batu bata memiliki kelemahan, yakni tidak mampu menyalurkan beban secara optimal. Hal ini disebabkan sifat batu bata yang cenderung lembab, sehingga struktur ini kurang mampu menopang dinding secara maksimal.

3. Struktur Sloof dari Kayu

Selanjutnya, ada jenis sloof yang menggunakan material kayu. Biasanya tipe ini ditemukan pada rumah adat atau rumah tradisional yang bahan utamanya juga dari kayu, seperti rumah panggung.

Struktur sloof dari kayu memerlukan elemen tambahan berupa balok penjepit. Bila sloof kayu diletakkan di atas pondasi lajur yang terbuat dari batu atau beton, maka balok tunggal bisa menjadi pilihan yang sesuai.

4. Struktur Sloof dari Besi

Terakhir, ada sloof berbahan dasar besi. Seperti namanya, struktur ini dibentuk dari berbagai elemen seperti besi tulangan, cincin, dan batang utama. Seluruh bahan yang digunakan harus dirancang dengan komposisi yang akurat agar fungsinya maksimal.

Dari keempat jenis sloof di atas, kamu bisa melihat betapa krusial peran sloof dalam mendukung stabilitas konstruksi bangunan. 

Di samping itu, kamu juga jadi paham bahwa tiap jenis sloof memiliki karakteristik, keunggulan, dan kelemahan tersendiri. 

Dengan memahami hal ini, kamu bisa lebih bijak dalam menentukan tipe sloof yang paling tepat sesuai kebutuhan proyek konstruksi yang akan dijalankan.

Cara Menghitung Struktur Sloof

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan struktur sloof sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan, karena berfungsi sebagai penopang utama yang diletakkan di atas pondasi dan berguna untuk menahan beban dari struktur lainnya seperti dinding bangunan.

Dalam pelaksanaannya, sloof dihitung menggunakan satuan meter kubik. Namun, perhitungan tersebut tidak bisa dilepaskan dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) yang menjadi acuan penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. 

Mengingat perannya yang berkaitan langsung dengan alokasi dana, maka setiap detail perhitungan harus dilakukan dengan teliti. 

Kesalahan sedikit saja dalam penghitungan—khususnya dalam menyusun anggaran struktur sloof—dapat menyebabkan pemborosan biaya yang cukup besar.

Perhitungan struktur sloof sendiri terdiri dari beberapa tahapan. Mulai dari menghitung jumlah material besi yang diperlukan, menentukan volume dari sloof ukuran 15/20, hingga memperhitungkan kebutuhan bekisting yang diperlukan. 

Meski ada beberapa aspek teknis, penjelasan kali ini akan difokuskan pada rumus-rumus dasar yang bisa digunakan untuk menghitung sloof agar mempermudah proses penyusunan anggaran.

Berikut ini adalah penjabaran langkah-langkah perhitungan struktur sloof yang dapat kamu pelajari:

1. Menghitung Kebutuhan Besi untuk Struktur Sloof

Tahap pertama yaitu menentukan jumlah besi berdasarkan ukuran serta diameter besi pokok yang akan digunakan. 

Perhitungan ini juga mencakup panjang keseluruhan pondasi, jumlah besi sengkang atau cincin, serta jarak antar pemasangan sengkang satu dengan yang lainnya.

2. Menghitung Volume Struktur Sloof 15/20

Langkah kedua adalah menghitung volume sloof ukuran 15/20. Proses ini termasuk yang paling sederhana, di mana satuannya adalah meter. Rumus yang digunakan adalah:

Volume = lebar x tinggi x panjang

3. Menghitung Bekisting untuk Struktur Sloof

Bekisting biasanya dipasang pada kedua sisi sloof secara memanjang. Dalam hal ini, satuan yang digunakan adalah meter persegi. Rumus perhitungannya yaitu:

Bekisting = 2 x panjang x tinggi

Dengan memahami metode perhitungan seperti di atas, kamu akan lebih mudah menyusun RAB secara akurat dan efisien, tanpa risiko pengeluaran biaya berlebih.

Metode Pengerjaan Struktur Sloof

Setelah tahu semua hal mengenai struktur sloof mulai dari pengertian, fungsi, jenis, hingga cara perhitungan, kini saatnya memahami tahapan membangunnya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang umum dilakukan dalam pembangunan struktur sloof.

  • Hal pertama yang bisa Anda lakukan dalam membuat struktur sloof adalah menyiapkan papan bekisting, besi beton, job mix design sekaligus job mix formula.
  • Jika semua sudah tersedia lanjutkan dengan menyiapkan sepatu kolom. Penggunaan sepatu kolom adalah agar bekersting tetap berada di titik awal sesuai dengan gambar perencanaan. 

Pembuatan sepatu kolom kebanyakan terbuat dari besi stek yang menggunakan sistem pengeboran pada lantai.

  • Selanjutnya Anda bisa melakukan proses perakitan pada besi yang sudah tersedia. Perakitan besi ini akan disesuaikan dengan soft drawing.
  • Berikutnya Anda bisa mulai memasang bekisting sloof. Pada proses ini diperlukan sebuah beton penyangga atau beton decking. 

Tujuan adanya beton penyangga adalah agar jarak yang dimiliki oleh selimut beton tidak mengalami perubahan ketika proses pengecoran sedang dilakukan.

  • Ketika proses pemasangan bekisting sloof sudah dilakukan. Maka Anda bisa melanjutkan ke proses pemasangan sabuk sloof. 

Pemasangan sabuk sloof ini adalah pada material bekisting kolom. Tujuan penggunaan sabuk sloof adalah agar bekisting kolom menjadi lebih kuat.

Sementara itu, pembuatan struktur sloof harus mengacu pada soft drawing yang telah dirancang sebelumnya. 

Untuk menjaga kekuatan struktur sloof, diperlukan tambahan material berupa tie rod. Komponen tie rod ini dapat dibuat secara manual atau dibeli dalam bentuk siap pakai.

Jika kamu memilih untuk merakit tie rod sendiri, maka diperlukan beberapa bahan utama, seperti as drat berukuran 10 mm, besi ulir dengan diameter 10 mm, serta plat besi dengan ketebalan sekitar 5 mm.

Penentuan jarak antar sloof sangat dipengaruhi oleh jarak antar kolom. Misalnya, jika jarak antar kolom berkisar antara 3 hingga 4 meter, maka jumlah sabuk sloof yang dipasang biasanya dua buah, dengan jarak yang dibagi secara merata.

Namun, penting juga untuk diketahui bahwa semakin lebar jarak antar kolom (lebih dari 4 meter), maka jarak antar sabuk sloof pun harus dikurangi. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan peningkatan beban yang harus ditopang oleh sloof tersebut.

  • Ketika proses pemasangan bekisting sloof sudah selesai. Lanjutkan kembali dengan pemasangan support. Dimana pemasangan pipa support ini diharapkan menjaga sisi horizontal pada sloof untuk kolom.

Agar bisa mendapatkan bentuk sloof yang sempurna dan presisi. Maka pemasangan bekisting sloof tidak boleh mengalami kemiringan. Bahkan dalam proses pengecoran juga tidak boleh ada goyangan pada bekisting sloof.

Karena adanya kondisi tersebut bisa dibilang jika pemasangan pemasangan pipa support adalah suatu hal penting ketika melakukan pembuatan struktur sloof.

  • Ketika semua komponen bekisting, celah bekisting dan juga sudah selesai tahap pemasangan sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Maka bisa dilanjutkan dengan proses pengecoran beton. Proses pengecoran ini akan disesuaikan dengan bentuk beton yang diinginkan.
Selain itu Anda juga perlu tahu jika proses pengecoran struktur sloof bisa mendapatkan hasil terbaik harus menggunakan bantuan concrete vibrator.

Struktur sloof tidak hanya diterapkan pada bangunan berskala besar, tetapi juga tetap menjadi bagian penting dalam pembangunan rumah tinggal. 

  • Untuk membuat sloof pada konstruksi rumah, ada beberapa tahapan yang harus dijalankan agar struktur tersebut dapat berfungsi secara optimal dan mampu menopang beban bangunan dengan baik.
  • Ketika proses pembuatan pondasi rumah sudah selesai. Maka Anda bisa melanjutkan dengan proses pembuatan anyaman struktur sloof pada bagian atas pondasi.
  • Selanjutnya jika proses pembuatan anyaman struktur sloof sudah selesai. Anda bisa mencoba untuk membuat papan bekisting untuk struktur sloof. Untuk jarak papan bekisting akan disesuaikan dengan ukuran batu bata yang digunakan.
  • Ketika papan bekisting sudah selesai. Maka letakkan papan bekisting tersebut di atas pondasi yang sudah dibuat. 

Letakkan juga besi struktur sloof pada bagian tengah, dengan begitu besi bisa tertutupi jika proses pengecoran sedang dijalankan.

  • Agar setelan papan bekisting bisa diatur menggunakan material papan kaso. Sedangkan untuk menutupi kemungkinan kebocoran pada saat proses pengecoran. 

Maka gunakanlah kertas semen yang bisa diletakkan pada semua celah yang ada.

  • Buat adukan coran yang digunakan.
  • Lakukan proses pengecoran secara merata. Pastikan semua bagian struktur sloof bisa terisi dengan pengecoran yang dilakukan.
  • Ketika semua cara sudah dilakukan, terakhir Anda hanya perlu mendiamkan struktur sloof selama satu hingga tiga hari agar bisa kering dengan sempurna.

Sebagai penutup, dengan memahami apa itu sloof dan fungsinya, kamu bisa memastikan struktur bangunan tetap kuat dan aman sejak tahap awal pembangunan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index