Rekomendasi Berbagai Cara Mengatasi Anak Susah Makan

Rekomendasi Berbagai Cara Mengatasi Anak Susah Makan
cara mengatasi anak susah makan

Cara mengatasi anak susah makan penting diperhatikan sejak dini, terutama saat anak masuk masa golden age yang penuh tumbuh kembang pesat.

Masa ini sangat menentukan proses tumbuh kembang anak ke depannya, sehingga penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa asupan makanan yang dikonsumsi anak sudah mengandung nutrisi seimbang dan sesuai kebutuhan tubuhnya.

Asupan gizi yang tepat akan membantu menjaga kesehatan anak secara keseluruhan. 

Tubuh yang sehat akan mendukung fungsi biologis secara optimal, seperti memproduksi energi, membentuk jaringan tubuh, serta menjaga dan memperbaiki sistem yang ada dalam tubuh anak.

Sayangnya, tidak semua anak usia dini memiliki nafsu makan yang baik. 

Berdasarkan data dari cantik.tempo.co, sekitar 26,9% anak balita mengalami gangguan makan, dan sekitar 15% di antaranya termasuk dalam kelompok yang hanya mau makan jenis makanan tertentu atau picky eater. 

Kondisi ini bahkan bisa meningkat hingga 40–70% pada anak yang lahir prematur atau memiliki masalah kesehatan kronis. 

Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab di balik masalah tersebut dan mencari solusi terbaik sebagai cara mengatasi anak susah makan agar tumbuh kembang anak tetap optimal.

Apa Sih Kesulitan Makan Itu?

Berdasarkan pendapat Santoso (2009), kesulitan dalam makan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan anak untuk mengonsumsi makanan atau menolak jenis makanan tertentu. 

Kondisi ini tidak dikategorikan sebagai penyakit atau diagnosis medis, melainkan merupakan indikator awal adanya gangguan, kelainan, atau masalah kesehatan dalam tubuh anak.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang tua yang belum sepenuhnya memahami pentingnya asupan nutrisi bagi anak. Kondisi ini sering kali diabaikan dalam jangka waktu yang cukup panjang. 

Banyak di antara mereka belum melakukan langkah apapun untuk mencoba memberi suplemen atau vitamin yang dapat membantu meningkatkan selera makan anak. 

Bahkan, meskipun ada yang telah memberikan vitamin, mereka belum mengetahui secara pasti penyebab utama di balik sulitnya anak untuk makan. 

Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa penanganan yang tepat, maka akan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan dan hambatan dalam proses tumbuh kembang anak.

Faktor Apa Saja yang Menyebabkan Anak Susah Makan?

Beragam hal bisa menjadi penyebab anak mengalami kesulitan makan. Secara umum, hal ini bisa terjadi karena berkurangnya minat anak terhadap makanan, adanya gangguan di area mulut, atau faktor mental yang turut berpengaruh. 

Penyebabnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu dari dalam diri anak sendiri dan dari lingkungan sekitarnya.

Faktor dari Dalam Diri Anak

  • Masalah Pencernaan, seperti gangguan gigi dan area mulut, contohnya gigi berlubang, infeksi gusi, luka sariawan, atau peradangan pada amandel.
  • Masalah Psikologis, contohnya perlakuan orang tua yang terlalu mengatur atau memberlakukan aturan makan yang ketat, sering memaksa anak makan, hubungan keluarga yang kurang harmonis, dan alergi makanan yang tidak dikenali.

Faktor dari Luar Diri Anak

  • Preferensi Makanan, misalnya anak menolak makan karena merasa tidak suka dengan makanan yang disajikan, mengaku kenyang, atau hanya ingin memilih makanan tertentu yang dianggapnya menarik atau enak.
  • Kebiasaan Makan Anak, di mana anak cenderung menyukai variasi menu setiap hari, sementara orang tua masih terbiasa menyajikan hidangan yang itu-itu saja.
  • Pengaruh Sosial dan Lingkungan, misalnya anak terbiasa meniru kebiasaan makan orang-orang di rumah. 

Jika anggota keluarga tidak bersemangat saat makan, anak bisa saja ikut-ikutan tidak berminat makan. Selain itu, anak yang terlalu larut dalam aktivitas bermain juga cenderung mengabaikan rasa lapar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu lembaga riset pendidikan, diketahui bahwa penyebab dari dalam diri anak memiliki pengaruh paling besar terhadap kesulitan makan. 

Salah satu contohnya adalah ketika anak terpaksa mengikuti jadwal makan yang terlalu kaku, yang justru bisa membuatnya merasa tidak nyaman hingga mengalami tekanan secara emosional. 

Untuk itu, penting bagi orang tua untuk menjaga keseimbangan mental anak, agar suasana hatinya tetap terjaga dan ia bisa menikmati momen makan dengan perasaan yang lebih bahagia.

Bentuk Kesulitan Makannya Seperti Apa?

Anak umumnya memperlihatkan perilaku tertentu sebagai tanda bahwa dirinya tidak ingin makan. Berdasarkan penjelasan Maulana (2008), terdapat tiga kategori masalah makan pada anak.

Psikogenik Anoreksia

Jenis ini berbeda dari anoreksia biasa. Psikogenik anoreksia merupakan penurunan selera makan yang disebabkan oleh faktor kejiwaan, sedangkan anoreksia biasanya muncul akibat gangguan fisik yang terjadi secara tiba-tiba dan memengaruhi semua jenis makanan yang dikonsumsi.

Dawling

Dawling merupakan kebiasaan mengunyah makanan dengan sangat pelan. Anak memasukkan makanan ke dalam mulut, namun tidak segera menelannya dan membiarkannya berada di mulut dalam waktu yang lama.

Penolakan untuk Mengunyah

Bentuk ini menyerupai dawling, tetapi tingkatnya lebih berat. Dalam kondisi ini, anak tidak hanya enggan mengunyah makanannya, tetapi juga cenderung memuntahkannya kembali dan menolak untuk mengonsumsi makanan sama sekali.

Cara Mengatasi Anak Susah Makan

Setelah memahami berbagai penyebab serta jenis kesulitan makan pada anak, langkah selanjutnya adalah mencari cara yang tepat untuk mengatasinya. 

Berdasarkan panduan dari Your Kids Table, Firstcry Parenting, dan beberapa sumber lainnya, tersedia beragam informasi yang bisa kamu praktikkan di rumah sebagai cara mengatasi anak susah makan agar selera makannya bisa kembali meningkat secara perlahan namun efektif.

Jangan Menggunakan Pendekatan Memaksa

Sebagai orang dewasa saja, kamu tentu tidak nyaman jika dipaksa melakukan sesuatu. Hal yang sama berlaku ketika kamu menuntut anak untuk makan dalam jumlah yang telah kamu tentukan. 

Sebaiknya biarkan anak menentukan sendiri seberapa banyak ia ingin makan. Jika terus dipaksa, besar kemungkinan makanan justru akan dikeluarkan kembali oleh anak.

Prioritaskan Aktivitas Makan Tanpa Gangguan

Menurut Rini Hildayani MSi, seorang psikolog anak, sebaiknya jangan mengajak anak berjalan-jalan, menonton televisi, atau bermain gawai saat waktu makan tiba. 

Meskipun tampaknya cukup efektif karena anak bisa lebih mudah menghabiskan makanan, dari sisi psikologis hal ini kurang baik. Anak perlu dilibatkan secara penuh dalam setiap aktivitas yang dijalaninya. 

Jika makan disertai kegiatan lain seperti menonton atau bermain, maka perhatiannya akan teralihkan sepenuhnya. Bahkan, ia bisa saja tidak menyadari bahwa dirinya sedang makan.

Makan bersama keluarga menjadi pilihan yang jauh lebih baik karena tidak hanya mempererat hubungan, tetapi juga dapat mendorong anak untuk lebih berselera dalam mengonsumsi makanan.

Sajikan Makanan dalam Jumlah Kecil Namun Sering

Mochamad Aldis Ruslialdi, SKM, CNWC, selaku Head of Health Committee Nutrifood, menyarankan bahwa menyajikan makanan dalam porsi kecil namun lebih sering jauh lebih baik dibanding langsung memberikan dalam jumlah besar. 

Porsi besar bisa mengganggu keseimbangan kadar gula darah, membuat sistem pencernaan bekerja kurang maksimal, dan meningkatkan lonjakan glikemik. 

Bila ingin si kecil makan lebih banyak, beri waktu jeda antarsesi makan agar ia tetap merasa nyaman.

Jangan Memberi Camilan Sebelum Waktu Makan

Membiarkan anak mengonsumsi camilan sebelum waktu makan dapat menyebabkan rasa kenyang datang lebih dulu sebelum tubuhnya menerima nutrisi utama dari makanan pokok. 

Bila ingin memberikan camilan, sebaiknya dilakukan setelah ia selesai makan. Pastikan juga camilan yang diberikan tergolong sehat dan bukan sembarangan. 

Ajarkan anak sejak dini untuk terbiasa memilih makanan bergizi, termasuk dalam hal makanan ringan.

Buatlah Menu yang Beragam untuk Anak

Ketika menu makanan yang disajikan terlalu itu-itu saja, anak bisa kehilangan minat untuk makan karena merasa bosan. Oleh karena itu, penting untuk mencoba membuat berbagai jenis hidangan yang bisa menarik perhatiannya. 

Misalnya, menyajikan menu berbeda setiap hari atau menambahkan dekorasi menarik pada makanan agar anak lebih tertarik untuk mencobanya.

Kurangi Konsumsi Makanan Cepat Saji

Meskipun makanan cepat saji memang disukai banyak anak, kandungan gizinya tidak baik bagi kesehatan. Makanan jenis ini umumnya tinggi kalori, lemak, dan gula, yang jika dikonsumsi terlalu sering dapat menyebabkan kelebihan berat badan. 

Padahal, batas kalori tambahan yang disarankan untuk anak usia 5 tahun hanya sekitar 130 kalori dan untuk anak usia 10 tahun hanya 290 kalori.

Tak hanya itu, konsumsi yang terlalu sering juga bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan akibat akumulasi zat yang tidak berguna di dalam lambung, bahkan berisiko meningkatkan kemungkinan munculnya penyakit serius. 

Meskipun tidak harus melarang sepenuhnya, ada baiknya jika makanan cepat saji diberikan dalam jumlah terbatas dan tetap dalam pengawasan. Bila memungkinkan, jauh lebih baik jika anak bisa sepenuhnya lepas dari jenis makanan ini.

Libatkan Anak dalam Aktivitas Fisik

Salah satu cara untuk membuat anak merasa lapar secara alami adalah dengan mengajaknya aktif bergerak. Berolahraga akan membantu tubuh membakar energi, sehingga memicu rasa lapar. 

Ketika tubuh membutuhkan asupan kembali, anak pun akan lebih mudah diajak makan karena merasa lapar secara alami.

Jangan Sajikan Susu Saat Waktu Makan

Seorang dokter anak bernama dr. Yulianto Santoso Kurniawan SpA dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan menjelaskan bahwa kandungan kalsium dalam susu memang baik bagi kesehatan tulang, namun bila diberikan saat anak sedang makan, kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan. 

Jika hal ini terjadi terlalu sering, dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan zat besi hingga berujung pada anemia.

Idealnya, anak cukup mengonsumsi susu sekitar 400 hingga 600 ml per hari. Susu lebih baik diberikan di waktu camilan, misalnya jika anak sarapan pukul 7 pagi, susu bisa diberikan sekitar pukul 10 saat waktunya snack. 

Di antara waktu makan utama tersebut, sebaiknya hindari pemberian susu dan lebih dianjurkan memberikan air putih atau produk olahan susu seperti yogurt.

Biarkan Anak Menentukan Urutan Makan

Memberikan keleluasaan kepada anak untuk memilih sendiri bagian makanan mana yang ingin ia santap lebih dulu, misalnya lauk, nasi, atau sayuran, bisa memberi pengalaman makan yang lebih menyenangkan. 

Dengan cara ini, anak dapat mengeksplorasi makanan yang ada di depannya tanpa merasa tertekan oleh aturan makan yang ditentukan orang tua. 

Selain mengenal jenis makanan yang ia konsumsi, ia juga merasa lebih santai karena tidak ada paksaan untuk mengikuti urutan makan tertentu.

Tetapkan Rutinitas Waktu Makan

Penting untuk membiasakan anak memiliki pola makan yang teratur. Contohnya, sarapan bisa dilakukan antara pukul 06.00 hingga 07.00 pagi, dilanjutkan makan siang sekitar pukul 12.00 hingga 13.00 siang, dan makan malam pada pukul 18.00 hingga 19.00 malam. 

Di antara waktu makan utama tersebut, selipkan dua kali waktu untuk makanan ringan. Camilan pertama bisa diberikan antara waktu sarapan dan makan siang, sedangkan camilan kedua diberikan antara makan siang dan makan malam.

Melihat sepuluh poin yang telah dijelaskan, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diterapkan, apalagi jika tujuannya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan si kecil. 

Beberapa kebiasaan positif juga bisa ditiru dari cara Laura Basuki mengatur pola makan anaknya agar tetap sehat dan berselera.

Langkah awalnya adalah membiasakan anak duduk di kursi khusus bayi saat makan. Bila memungkinkan, makan bersama seluruh anggota keluarga dapat membantu memperkuat kebiasaan baik. 

Dengan posisi duduk yang tepat, kemampuan motorik anak akan terlatih sekaligus memberinya ruang untuk belajar mengenali makanan.

Kemudian, biasakan untuk memberikan camilan sehat sekitar pukul tiga atau empat sore, serta di antara waktu makan pagi dan makan siang. Pastikan pilihan camilannya bernutrisi dan mendukung kebutuhan gizinya.

Hal lain yang juga penting adalah tidak memaksa anak untuk langsung makan jika ia belum siap. 

Bila anak menolak makan, tunggulah kurang lebih satu jam, lalu coba kembali memberi makan. Selama waktu makan utama tidak terganggu, cara ini tetap aman untuk dilakukan.

Rekomendasi Vitamin Penambah Nafsu Makan

Setelah memahami penyebab dan solusi dari kesulitan makan pada anak, langkah selanjutnya yang disarankan adalah memberikan asupan vitamin guna membantu menambah selera makan dan mencukupi kebutuhan nutrisinya. 

Terdapat empat jenis vitamin yang bisa berperan penting dalam proses ini:

Vitamin A

Zat ini memiliki fungsi utama dalam menjaga kesehatan penglihatan dan kulit, sekaligus memperkuat pertumbuhan tulang serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. 

Untuk anak usia 1 hingga 9 tahun, kebutuhan hariannya berkisar antara 400 hingga 500 RE vitamin A.

Vitamin B Kompleks

Vitamin ini mendukung peningkatan energi dan selera makan anak. Tak hanya itu, B kompleks juga membantu perkembangan otak serta pertumbuhan fisik secara menyeluruh agar lebih optimal.

Vitamin C

Berfungsi sebagai antioksidan dan pendukung daya tahan tubuh, vitamin C juga membantu tubuh menyerap zat besi lebih baik. 

Kandungan zat besi tersebut penting dalam pembentukan sel darah merah yang berfungsi mencegah anemia dan dapat merangsang keinginan makan. Anak-anak di atas usia 1 tahun dianjurkan mendapatkan asupan sekitar 40–45 mg vitamin C setiap hari.

Vitamin D

Vitamin ini memiliki manfaat dalam memperkuat sistem imun serta membantu penyerapan kalsium yang dibutuhkan untuk perkembangan gigi dan tulang. 

Anak-anak di atas 1 tahun memerlukan sekitar 15 mcg vitamin D per hari. Sumber alami yang dapat diberikan meliputi telur, ikan, susu, dan keju.

Sebagai tambahan, kandungan zinc serta omega 3 dan 6 yang terdapat pada minyak ikan juga dipercaya dapat membantu meningkatkan selera makan pada anak.

Apa Dampaknya jika Kesulitan Makan tidak Diatasi?

Jika kamu tidak segera menerapkan berbagai cara untuk mengatasi anak yang sulit makan, ada sejumlah konsekuensi yang bisa terjadi. Berikut ini beberapa dampaknya:

Risiko Anak Mengalami Kekurangan Nutrisi

Asupan nutrisi penting seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral akan berkurang karena anak tidak memiliki selera makan. 

Hal ini berpotensi menyebabkan kondisi KKP (Kurang Kalori Protein), yaitu suatu masalah kesehatan yang cukup umum terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun di Indonesia. 

Untuk mengetahui apakah anak mengalami KKP, kamu bisa mencocokkan berat badan dan usianya dengan grafik pertumbuhan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Penurunan Kemampuan Kognitif

Masa balita dikenal sebagai masa pertumbuhan pesat dan perkembangan otak yang sangat penting. 

Jika selama periode ini anak tidak mendapatkan cukup nutrisi dari makanan sehari-hari, kemampuan berpikir dan daya tangkapnya bisa terganggu. Padahal, nutrisi sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan otak agar berjalan optimal. 

Kekurangan satu saja dari unsur nutrisi tersebut dapat berdampak besar pada perkembangan otaknya. Oleh karena itu, pemenuhan gizi harus seimbang.

Melemahnya Sistem Imun Tubuh Anak

Kesehatan tubuh anak sangat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan gizi. Jika nutrisi yang dibutuhkan tidak tercukupi, anak menjadi lebih mudah terserang penyakit. 

Zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan berfungsi sebagai benteng pertahanan tubuh dari berbagai infeksi dan gangguan kesehatan, sehingga sangat penting untuk memastikan anak mendapat asupan yang cukup setiap harinya.

Sebagai penutup, menerapkan cara mengatasi anak susah makan sejak dini penting agar tumbuh kembangnya optimal dan terhindar dari risiko kekurangan gizi dan daya tahan tubuh lemah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index