JAKARTA - Upaya pengembangan wisata lokal terus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kalangan legislatif. Komisi B DPRD DIY menunjukkan komitmennya terhadap kemajuan pariwisata daerah dengan melakukan kunjungan kerja ke Desa Wisata Hutan Bambu Bulaksalak di Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Cangkringan. Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 24 Juli 2025 ini menjadi bagian dari langkah konkret dalam menggali potensi ekonomi berbasis masyarakat di kawasan lereng Merapi.
Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari, menyampaikan bahwa kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk perhatian terhadap potensi wisata lokal yang berkembang secara organik dari masyarakat. Dalam kesempatan tersebut, ia menyatakan keinginan untuk menyaksikan langsung perkembangan destinasi yang menawarkan kekayaan alam dan budaya.
“Kami datang untuk melihat langsung seperti apa potensi-potensi wisata yang ada di daerah. Intinya kami ingin belanja aspirasi dari masyarakat agar bisa kami tindak lanjuti bersama OPD terkait,” ujar Andriana.
Desa Wisata Hutan Bambu menjadi salah satu contoh destinasi yang berhasil menggabungkan pelestarian alam dengan kekuatan budaya lokal. Tak hanya keindahan vegetasi bambu yang ditawarkan, desa ini juga dikenal karena pasar tradisional Minggu Kliwon, ragam kuliner khas, serta berbagai aktivitas masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal.
“Saya mengajak seluruh warga masyarakat untuk datang dan merasakan langsung keindahan dan kearifan lokal yang ditawarkan di sini,” sambung Andriana, mengundang publik untuk berkunjung dan mendukung sektor wisata berbasis komunitas.
Sementara itu, Lurah Wukirsari, Handung Tri Rahmawan, menyambut baik kedatangan rombongan Komisi B DPRD DIY. Dalam sambutannya, Handung menegaskan bahwa wilayah Kalurahan Wukirsari memiliki potensi wisata yang kaya dan sangat layak dikembangkan.
Menurutnya, kawasan ini tidak hanya menyimpan keindahan hutan bambu, tetapi juga memiliki zona konservasi, spot bumi perkemahan, serta berbagai aktivitas yang melibatkan warga secara langsung. Ia menaruh harapan besar terhadap hasil dari kunjungan ini, terutama dalam bentuk dukungan kebijakan dan sinergi lintas instansi.
“Potensi wisata kami berbasis masyarakat. Harapannya, kunjungan ini bisa membuka jalan untuk lebih banyak kolaborasi dari berbagai instansi, baik dalam bentuk program maupun kebijakan,” ucap Handung.
Kegiatan tersebut juga melibatkan banyak pihak dari lintas sektor. Hadir dalam kesempatan itu perwakilan dari Dinas Pariwisata DIY, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, Dinas Koperasi Sleman, serta perwakilan dari Kapanewon Cangkringan. Keterlibatan banyak pihak ini menunjukkan semangat kolaborasi yang kuat dalam mendorong pengembangan wisata berkelanjutan.
Melalui kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan pihak legislatif, kawasan wisata seperti Hutan Bambu Bulaksalak diharapkan mampu tumbuh lebih kuat sebagai destinasi unggulan di lereng Merapi. Tidak hanya menarik dari sisi pesona alamnya, tetapi juga menjadi ruang edukatif tentang pentingnya konservasi lingkungan dan penguatan budaya lokal.
Kunjungan kerja ini juga dinilai menjadi sarana dialog yang efektif antara warga desa dan para pemangku kebijakan. Warga bisa langsung menyampaikan kebutuhan, tantangan, hingga ide-ide kreatif dalam mengelola pariwisata secara berkelanjutan. Sementara pihak DPRD dapat merumuskan langkah konkret yang berpihak pada pengembangan sektor wisata berbasis komunitas.
Lebih jauh, Andriana juga menilai pentingnya strategi pemasaran dan dukungan infrastruktur agar potensi desa wisata seperti Bulaksalak dapat dikenal lebih luas. Ia menyebut bahwa pembangunan pariwisata daerah tidak hanya soal destinasi, tetapi juga menyangkut pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Kami juga ingin mendorong agar desa-desa wisata memiliki akses yang lebih baik, termasuk pelatihan SDM dan dukungan promosi. Ini penting untuk keberlanjutan ekonomi lokal,” jelasnya.
Dukungan dari DPRD ini menjadi angin segar bagi desa-desa wisata di sekitar kawasan Merapi. Keberadaan Hutan Bambu Bulaksalak yang unik dan sarat dengan nilai lokal menjadi model yang bisa diadopsi oleh daerah lain. Melalui pendekatan partisipatif dan sinergis, desa wisata dapat berkembang tidak hanya sebagai tujuan liburan, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi alternatif bagi masyarakat.
Pengembangan sektor wisata lokal seperti ini juga sejalan dengan semangat pelestarian lingkungan. Hutan bambu yang dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata memberi dampak positif pada ekosistem, sekaligus menjadi ruang edukasi tentang pentingnya menjaga alam.
Dengan kunjungan kerja ini, diharapkan pemerintah daerah, dinas-dinas terkait, dan lembaga legislatif dapat merumuskan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan lapangan. Tidak hanya mendukung dari segi anggaran, tetapi juga mendorong pembangunan pariwisata yang berbasis potensi lokal, berkelanjutan, dan inklusif.
Desa Wisata Hutan Bambu Bulaksalak kini menjadi salah satu simbol bagaimana kekuatan komunitas mampu menciptakan ruang wisata yang lestari dan bernilai. Diharapkan, langkah serupa bisa diterapkan di desa-desa lain di DIY, sehingga wajah pariwisata Yogyakarta ke depan makin kuat, merakyat, dan membawa kesejahteraan.