JAKARTA - Persaingan kendaraan listrik (EV) di Indonesia makin semarak dengan kehadiran merek-merek besar asal Tiongkok, salah satunya adalah BYD. Produsen mobil listrik ini hadir bersama rival senegaranya, Wuling, yang lebih dulu meraih perhatian publik lewat lini EV mungilnya. Keduanya kini menjadi perhatian dalam geliat elektrifikasi otomotif Tanah Air.
Pergerakan BYD semakin terasa sejak meluncurkan tiga model sekaligus yaitu Dolphin, Seal, dan Atto 3. Ketiganya langsung menyasar segmen yang berbeda dan mempertegas ambisi perusahaan untuk memperluas pengaruhnya di pasar kendaraan listrik Indonesia.
Sementara itu, Wuling masih mengandalkan Air ev sebagai ujung tombaknya. Kendaraan berdimensi mungil ini terbukti mampu menarik minat pasar lokal, termasuk digunakan sebagai armada resmi pada beberapa event besar seperti KTT G20 dan KTT ASEAN di Indonesia.
Kendati berasal dari negara yang sama, pendekatan kedua merek ini cukup berbeda dalam menaklukkan pasar. Hal tersebut justru menunjukkan bahwa konsumen Indonesia kini memiliki lebih banyak opsi dan segmen kendaraan listrik yang tersedia pun semakin luas.
“Kalau bicara EV di Indonesia, tentunya Wuling dan BYD sekarang sama-sama jadi pemain dominan yang menarik,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa.
BYD memilih langsung masuk ke pasar Indonesia dengan portofolio produk yang relatif lengkap. Model Seal, misalnya, hadir sebagai sedan berdesain sporty, Dolphin tampil dengan desain kompak yang cocok untuk pemakaian harian, dan Atto 3 tampil sebagai SUV futuristik.
Strategi ini menunjukkan bahwa BYD tidak hanya ingin dikenal sebagai pemain baru, tetapi juga berupaya membangun persepsi merek yang kuat dan premium di mata konsumen.
Sementara itu, Wuling, meski terkesan lebih konservatif dengan satu model EV, justru menekankan pada penetrasi pasar lewat harga terjangkau dan efisiensi pemakaian.
Hingga saat ini, Wuling Air ev telah menjadi salah satu mobil listrik terlaris di Indonesia. Hal ini menunjukkan keberhasilan strategi Wuling dalam memperkenalkan EV sebagai kendaraan yang bisa diakses oleh kalangan yang lebih luas.
Namun, BYD tampaknya tidak ingin terlalu lama tertinggal. Dalam berbagai ajang otomotif dan pameran, BYD aktif memamerkan fitur-fitur unggulan mereka, seperti teknologi baterai Blade Battery yang diklaim lebih aman, tahan lama, dan efisien.
Selain itu, jaringan dealer dan layanan purna jual mulai diperkuat, sebagai bagian dari kesiapan infrastruktur BYD untuk mendukung kehadiran mereka secara menyeluruh di Indonesia.
“Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya mobil listriknya, tetapi juga kepastian layanan jangka panjang, suku cadang, serta dukungan teknis. BYD menyadari itu dan mereka berusaha menjawabnya,” kata Fabby.
Hal serupa juga menjadi perhatian pemerintah dan pelaku industri. Hadirnya berbagai merek EV, termasuk dari Tiongkok, menjadi indikator penting bahwa Indonesia dilirik sebagai pasar strategis. Ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission pada 2060 dan elektrifikasi transportasi menjadi bagian penting dari roadmap tersebut.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik terus menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun. Wuling masih mendominasi penjualan, namun BYD kini mulai mengejar dengan peningkatan eksposur dan kehadiran produknya di berbagai kota besar.
Masyarakat Indonesia pun semakin terbuka terhadap kendaraan listrik. Dukungan insentif dari pemerintah serta ketersediaan infrastruktur seperti stasiun pengisian daya turut mendorong minat konsumen.
Selain Wuling dan BYD, merek lain seperti Hyundai, MG, dan Tesla juga turut meramaikan pasar EV di Indonesia. Namun, dominasi dua merek Tiongkok ini tetap menjadi sorotan karena mereka menawarkan keseimbangan antara fitur, harga, dan daya jangkau.
“Bagi konsumen, pilihan makin luas. Bagi industri, ini mendorong kompetisi yang sehat dan inovasi yang lebih cepat,” kata Fabby.
Dengan pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi, BYD dan Wuling mampu menunjukkan bahwa pasar Indonesia siap untuk transisi kendaraan listrik dalam berbagai lapisan masyarakat. Dari mobil perkotaan berukuran kecil hingga SUV premium, semua kini tersedia untuk menjawab kebutuhan mobilitas ramah lingkungan.
Di masa depan, pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring peningkatan kesadaran akan pentingnya transisi energi bersih dan efisiensi kendaraan. Peran BYD dalam ekosistem ini semakin menonjol, terlebih dengan ambisi mereka untuk memproduksi secara lokal jika pasar menunjukkan skala ekonomi yang menjanjikan.
“Investasi BYD ke Indonesia bisa saja terjadi dalam waktu dekat. Jika pasar tumbuh sehat dan infrastrukturnya kuat, maka produksi lokal bukan mustahil,” tambah Fabby.
Dengan berbagai strategi yang dijalankan dan respon positif dari pasar, BYD kini menjadi salah satu pilar penting dalam era baru otomotif Indonesia. Bersama Wuling, mereka menciptakan dinamika baru yang membangun optimisme terhadap masa depan mobilitas listrik di negeri ini.