Ilmiah

Ilmiah Tumbuh Lewat Kolaborasi Pelajar Yogyakarta

Ilmiah Tumbuh Lewat Kolaborasi Pelajar Yogyakarta
Ilmiah Tumbuh Lewat Kolaborasi Pelajar Yogyakarta

JAKARTA - Membangun generasi muda yang unggul dalam keilmuan tak cukup hanya lewat kegiatan belajar mengajar di kelas. Semangat kolaboratif dan pertukaran ide menjadi bagian penting dalam mencetak pelajar yang kreatif dan inovatif. Hal inilah yang tercermin dari kegiatan studi banding antara Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Ulil Albab MAN 1 Yogyakarta dan Teladan Science Club (TSC) SMAN 1 Yogyakarta.

Momentum pertemuan dua organisasi pelajar ini tidak hanya mempererat hubungan antar sekolah, tetapi juga menjadi ruang inspiratif untuk saling belajar dan berbagi. Diselenggarakan pada Senin, 21 Juli 2025, kegiatan berlangsung di ruang multimedia SMAN 1 Yogyakarta, diikuti oleh 24 anggota KIR LIBA dan 21 anggota TSC.

Sejak awal acara, atmosfer antusias begitu terasa. Para peserta tampak bersemangat menyambut agenda yang bertujuan untuk memperluas wawasan organisasi dan membangun jejaring antar pelajar pecinta dunia ilmiah.

Sambutan Penuh Keakraban

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kusyanto, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Yogyakarta. Dalam sambutannya, Kusyanto menuturkan rasa senangnya atas kunjungan dari siswa-siswi MAN 1 Yogyakarta. Ia bahkan mengenang kembali pengalamannya saat pernah mengajar di sekolah tersebut, yang menjadikan acara ini terasa personal dan hangat.

Tak kalah hangat, Isti Handayani, S.Pd., sebagai pembina KIR LIBA, turut menyampaikan harapannya bahwa kegiatan semacam ini bisa terus dilakukan untuk menginspirasi dan memajukan organisasi keilmuan di kalangan pelajar.

Presentasi dan Pertukaran Inspirasi

Sesi berikutnya diisi dengan presentasi profil dan program kerja dari masing-masing organisasi. Dimulai dari pemaparan Teladan Science Club yang menjelaskan struktur organisasi, aktivitas rutin, serta prestasi yang telah diraih. Kemudian, giliran KIR LIBA menyampaikan program unggulan dan semangat yang mereka bawa dalam setiap kegiatan ilmiah.

Pertemuan ini bukan sekadar formalitas, melainkan jadi ruang dialog terbuka. Dalam sesi tanya jawab, peserta dari kedua sekolah saling bertukar pandangan serta menyampaikan pertanyaan dan masukan yang membangun. Diskusi berkembang secara alami, menunjukkan kedewasaan para pelajar dalam memahami dan mengembangkan organisasi mereka masing-masing.

Focus Group Discussion: Menyatukan Gagasan

Salah satu agenda yang menjadi sorotan adalah sesi Focus Group Discussion (FGD). Dalam sesi ini, peserta dibagi berdasarkan divisi masing-masing, seperti divisi penelitian, publikasi, hingga pengembangan sumber daya anggota. Di dalam kelompok kecil inilah interaksi semakin intens. Mereka berdiskusi lebih dalam terkait tantangan, strategi, dan solusi yang bisa diterapkan di organisasi mereka masing-masing.

Sesi FGD menjadi bukti bahwa semangat gotong-royong dalam dunia ilmiah bisa ditumbuhkan sejak dini. Pelajar dari dua sekolah berbeda saling memberi gagasan, menciptakan peluang kerja sama di masa mendatang.

Harapan dari Ketua Pelaksana

Willman Arkana Zatari, ketua pelaksana kegiatan studi banding ini, menyampaikan rasa bahagianya atas suksesnya acara tersebut. Menurutnya, banyak pelajaran baru yang bisa dipetik selama berlangsungnya kegiatan.

"Saya merasa mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman baru. Semoga baik KIR LIBA maupun Teladan Science Club dapat terus berkembang dan memberi kontribusi positif di bidang keilmiahan remaja," ujarnya penuh harap.

Pernyataan Willman menggambarkan betapa kegiatan semacam ini memberikan pengalaman bermakna, tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan bisa menjadi pemantik semangat untuk kolaborasi jangka panjang.

Langkah Awal Sinergi Ilmiah

Kegiatan studi banding antara KIR LIBA dan TSC ini tidak hanya menjadi rutinitas kunjungan antarsekolah, melainkan menandai awal dari kerja sama dan pertumbuhan organisasi berbasis keilmuan yang lebih luas di wilayah Yogyakarta.

Dalam era informasi dan tantangan global seperti saat ini, kolaborasi menjadi kunci. Organisasi pelajar yang mampu membuka diri terhadap ide dan pengalaman dari luar akan memiliki daya tahan serta kemampuan beradaptasi yang lebih baik. Hal inilah yang coba diwujudkan oleh kedua organisasi pelajar ini.

Inspirasi untuk Gerakan Ilmiah Pelajar

Apa yang dilakukan oleh KIR LIBA dan Teladan Science Club patut menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia. Gerakan ilmiah pelajar harus dibangun bukan hanya berdasarkan kompetisi, tapi juga sinergi dan kerja sama.

Momen seperti ini bukan saja memperluas jaringan pelajar, tetapi juga menjadi media aktualisasi diri. Setiap peserta pulang dengan membawa semangat baru, ide segar, dan koneksi yang mungkin akan membuahkan proyek bersama di masa depan.

Lebih dari sekadar kunjungan, kegiatan ini menunjukkan bahwa ketika pelajar diberi ruang untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman, mereka mampu menciptakan ekosistem belajar yang sehat dan produktif.

Semangat ilmiah yang ditunjukkan oleh siswa-siswi MAN 1 Yogyakarta dan SMAN 1 Teladan Yogyakarta ini menunjukkan bahwa masa depan dunia pendidikan kita berada di tangan generasi yang siap belajar, berkolaborasi, dan berkembang bersama.

Dengan kegiatan seperti ini, harapan untuk membangun budaya ilmiah yang inklusif dan kolaboratif semakin mendekati kenyataan. Bukan tidak mungkin, dari ruang diskusi sederhana seperti ini, akan lahir inovator muda yang kelak membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index