Kesehatan

Kesehatan Tumbuh Lewat Aksi Kolaboratif

Kesehatan Tumbuh Lewat Aksi Kolaboratif
Kesehatan Tumbuh Lewat Aksi Kolaboratif

JAKARTA - Suasana hangat menyelimuti Balai Desa Sekarputih, Kecamatan Balongpanggang, saat sekelompok mahasiswa dari Program Studi S1 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) berbaur bersama warga dalam kegiatan Posyandu. Mereka datang bukan sekadar menjalankan kewajiban Kuliah Kerja Nyata (KKN), melainkan membawa semangat kolaboratif untuk memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan ibu dan anak.

Kegiatan tersebut menjadi bukti nyata bahwa pengabdian mahasiswa tak hanya berhenti di ruang kuliah. Berbekal ilmu dan kepedulian, para mahasiswa menggandeng tenaga kesehatan lokal seperti bidan desa dan kader Posyandu untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih inklusif dan edukatif bagi masyarakat pedesaan.

Balai desa yang biasanya tenang, hari itu berubah menjadi pos layanan kesehatan terpadu. Ada penimbangan dan pengukuran tinggi badan balita, pemberian vitamin A, imunisasi, serta distribusi makanan tambahan (PMT). Namun yang paling mencolok bukan hanya kegiatan fisik semata, melainkan interaksi penuh empati antara mahasiswa dan masyarakat.

Bidan desa yang telah lama mengabdi, Musrifah, Amd. Keb., menyambut baik kehadiran para mahasiswa. Ia merasa terbantu, sekaligus bangga melihat generasi muda turut ambil bagian dalam upaya membangun budaya sehat sejak dini. “Mahasiswa KKN ini luar biasa. Mereka tidak hanya membantu teknis, tapi juga bisa menjelaskan materi kesehatan kepada ibu-ibu dengan bahasa yang mudah dipahami,” ungkapnya.

Kegiatan Posyandu kali ini memang lebih dari sekadar pelayanan kesehatan rutin. Ada nilai edukasi yang kuat di dalamnya. Mahasiswa KKN secara aktif menyampaikan informasi tentang gizi seimbang, pentingnya imunisasi, hingga cara mengasuh anak secara sehat dengan pendekatan yang menyenangkan dan mudah dimengerti.

Menurut Ricky Affandi selaku Koordinator KKN, kegiatan ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Ia menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan hanya untuk menjalankan program, tetapi juga sebagai sarana belajar langsung dari lapangan. “Kami belajar bagaimana pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan desa yang sehat. Terima kasih kepada Bu Bidan, para kader, dan warga atas sambutannya,” ucapnya penuh antusias.

Nabila Dwi Firnanda, salah satu mahasiswa, mengungkapkan pengalaman yang menyentuh hatinya. Ia merasa bahwa interaksi langsung dengan masyarakat memberikan pelajaran yang tak tergantikan. “Kegiatan ini seperti laboratorium nyata bagi kami. Di sinilah teori diuji, dan empati menjadi alat utama. Rasanya senang bisa langsung menyentuh masyarakat,” katanya.

Sinergi yang terbangun antara mahasiswa, tenaga kesehatan desa, dan warga menjadi kekuatan utama dari kegiatan ini. Bukan hanya mahasiswa yang belajar, masyarakat pun mendapatkan manfaat langsung dari interaksi ini. Edukasi yang disampaikan dengan pendekatan kekeluargaan terbukti mampu menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, terutama ibu-ibu muda yang datang bersama anak mereka.

Bukan perkara mudah mengubah pola pikir masyarakat tentang kesehatan. Namun lewat pendekatan yang penuh rasa hormat dan kepedulian, perubahan kecil mulai terlihat. Ibu-ibu yang awalnya hanya datang untuk menimbang anak, kini mulai bertanya soal gizi, pola makan, dan cara menjaga kebersihan rumah tangga. Diskusi kecil yang muncul dari kegiatan ini adalah awal yang baik menuju desa yang lebih sehat.

Tak hanya itu, kehadiran mahasiswa juga memberi warna baru bagi kader Posyandu yang selama ini menjadi tulang punggung layanan kesehatan dasar di desa. Mereka merasa diperkuat secara moral dan teknis. Melihat generasi muda terlibat aktif membuat semangat mereka semakin terpacu.

Program ini juga menjadi pengingat bahwa layanan kesehatan dasar tidak bisa hanya bergantung pada fasilitas atau tenaga medis saja. Diperlukan kerja sama antar elemen masyarakat dari mahasiswa, tenaga kesehatan, pemerintah desa, hingga warga — untuk membentuk budaya sadar kesehatan yang berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini, terlihat jelas bahwa pembangunan di bidang kesehatan bukan hanya tugas institusi besar. Langkah kecil seperti yang dilakukan mahasiswa UMG di desa Sekarputih memiliki dampak yang besar bila dilakukan dengan konsisten dan hati.

Keterlibatan aktif mahasiswa juga memperkuat pesan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang teori, tapi juga pengabdian dan aksi nyata. Mereka hadir sebagai jembatan pengetahuan yang membumi, menghubungkan dunia akademik dengan realita masyarakat sehari-hari.

Harapannya, kolaborasi seperti ini dapat direplikasi di daerah lain. Dengan pendekatan yang personal dan partisipatif, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan, terutama pada ibu dan anak, dapat ditanamkan sejak dini.

Melalui gotong royong yang hangat dan penuh semangat, mahasiswa UMG membuktikan bahwa kontribusi nyata bisa dimulai dari desa. Mereka membawa harapan, menyebarkan ilmu, dan merajut masa depan yang lebih sehat bagi generasi berikutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index