JAKARTA - Kecintaan terhadap budaya lokal kini kembali mendapat ruang yang luas di kalangan generasi muda. Salah satu wujudnya tampak dari antusiasme masyarakat dalam sebuah gelaran fashion show bertema batik yang diselenggarakan oleh Dewan Koordinasi Cabang (DKC) Garda Bangsa Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Acara yang berlangsung meriah di Stadion Gelora Merdeka Kraksaan pada Minggu malam itu menjadi momentum penting bagi perkembangan industri fashion berbasis kearifan lokal, khususnya batik Probolinggo. Tak sekadar ajang peragaan busana, kegiatan ini mencerminkan upaya serius dalam memajukan potensi kreatif daerah.
Rina Ranida, selaku Penanggung Jawab Fashion Show Batik Probolinggo, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu cara konkret untuk menjaga dan memperkenalkan batik sebagai warisan budaya. Ia menilai bahwa di tengah arus modernisasi yang begitu kuat, kesadaran untuk melestarikan budaya tradisional justru harus diperkuat.
“Ini salah satu cara DKC Garda Bangsa Kabupaten Probolinggo dalam mengenalkan batik daerah kepada masyarakat luas. Karena batik ini adalah warisan yang benar-benar harus dijaga bersama,” ujar Rina.
Ia juga menambahkan bahwa perkembangan teknologi digital yang pesat tidak jarang menggeser perhatian masyarakat, khususnya generasi muda, dari akar budaya mereka sendiri. Maka dari itu, gelaran semacam fashion show batik dinilai sangat penting untuk terus dilaksanakan di masa mendatang.
“Terlebih lagi, di zaman modern saat ini kekuatan teknologi bisa membuat siapapun lupa dengan budaya dan warisan daerah yang bahkan enggan hingga acuh tak acuh. Oleh karena itu, gelaran semacam ini harus terus diadakan kedepannya,” tambah Rina.
Fashion show ini tidak hanya mengusung unsur estetika, tetapi juga menjadi sarana untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Berbagai kreasi busana yang ditampilkan menunjukkan bagaimana batik lokal bisa tampil elegan, modern, sekaligus tetap mencerminkan nilai-nilai tradisional.
Ketua DKC Garda Bangsa Kabupaten Probolinggo, Mohammad Badrul Kamal, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk melestarikan budaya dan menghidupkan kembali sektor industri kreatif daerah.
“Melalui fashion show, kami ingin memperkenalkan sekaligus menumbuhkan kebanggaan terhadap batik khas Probolinggo, terutama kepada generasi muda. Terlebih rangkaian acara juga dimeriahkan pertunjukan seni tradisional dan UMKM,” ujar Badrul.
Pendekatan yang melibatkan berbagai unsur seni dan pelaku usaha mikro menjadi bukti nyata bahwa sektor fashion lokal memiliki kontribusi besar dalam membentuk ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif. Keterlibatan UMKM dan pelaku seni lokal dalam satu panggung dengan industri fashion modern menciptakan kolaborasi yang kuat dan menguntungkan semua pihak.
Tak hanya itu, hadirnya Wakil Bupati Probolinggo, Fahmi Abdul Haq Zaini, dalam acara tersebut turut memperkuat pesan bahwa pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap upaya pelestarian budaya serta pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal.
"Event seperti ini sangat positif, karena tidak hanya menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap batik, tapi juga membuka peluang ekonomi bagi pelaku UMKM dan industri kreatif kita. Pemerintah daerah tentu mendukung penuh agar kegiatan semacam ini bisa terus dilanjutkan bahkan diperluas," tutur Wabup Fahmi.
Menurutnya, kegiatan seperti fashion show batik bukan sekadar peragaan busana semata, namun juga representasi dari jati diri suatu daerah. Ia menilai bahwa keberlanjutan event semacam ini akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas produk lokal dan kemampuannya bersaing di kancah yang lebih luas.
“Batik adalah identitas budaya kita. Kalau digelar secara berkelanjutan, tentu akan berdampak besar bagi peningkatan kualitas batik lokal dan daya saingnya di pasar nasional,” pungkasnya.
Dari sisi pelaku industri kreatif, kehadiran acara ini dianggap sebagai peluang yang menjanjikan. Tidak hanya dari segi promosi produk, tetapi juga memperluas jejaring antar pelaku usaha, perancang busana, dan komunitas pecinta fashion lokal.
Semarak acara semakin terasa dengan hadirnya beragam pertunjukan seni tradisional, mulai dari tarian khas daerah hingga pertunjukan musik etnik yang mengiringi langkah para model di atas panggung. Sinergi antara seni dan fashion ini menciptakan nuansa yang hangat dan penuh semangat kebangsaan.
Dalam suasana yang penuh warna dan semangat, acara fashion show ini menjadi cerminan nyata bahwa warisan budaya seperti batik bukanlah sesuatu yang kuno atau tertinggal zaman. Sebaliknya, dengan pendekatan kreatif dan inovatif, batik mampu tampil sebagai simbol gaya hidup modern yang tetap berpijak pada akar budaya.
Ajang ini menjadi bukti bahwa ketika generasi muda diberi ruang untuk mengekspresikan kecintaan terhadap budaya lokal melalui medium seperti fashion, maka warisan budaya tak akan lekang oleh waktu. Fashion batik pun kini tak lagi identik dengan acara formal semata, tetapi juga bisa menjadi identitas kekinian yang membanggakan.
Dengan dukungan lintas sektor mulai dari organisasi kepemudaan, pemerintah daerah, hingga komunitas seni Probolinggo telah menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga nilai-nilai lokal melalui langkah yang kreatif dan inspiratif.
Ke depan, diharapkan akan lebih banyak lagi gelaran serupa yang tak hanya berfokus pada peragaan, namun juga edukasi budaya, pelatihan keterampilan, hingga program pemberdayaan UMKM berbasis fashion lokal. Semua ini bertujuan agar industri kreatif daerah semakin tumbuh dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas.