Cara Membuat Plastisin untuk Anak-anak, Alat, dan Bahannya

Cara Membuat Plastisin untuk Anak-anak, Alat, dan Bahannya
cara membuat plastisin

Cara membuat plastisin bisa menjadi kegiatan seru yang bermanfaat bagi anak-anak maupun orang tua. 

Mainan ini, yang juga dikenal dengan nama lilin malam atau playdough, tentu sudah tak asing lagi. 

Banyak anak-anak menggunakan plastisin sebagai sarana bermain, bahkan para pendidik pun sering memanfaatkannya sebagai media untuk mendorong perkembangan kreativitas murid-murid mereka.

Tidak mengherankan jika mainan ini masih populer sampai sekarang karena terbukti memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak. 

Namun, dalam proses bermain, sering kali anak-anak mencampur berbagai warna plastisin yang mereka miliki. 

Campuran warna tersebut membuat plastisin jadi sulit untuk dikembalikan ke warna semula dan mengurangi nilai edukatifnya, terutama dalam hal pengenalan warna dan bentuk.

Sebenarnya, membeli plastisin baru bukanlah hal yang sulit mengingat harganya yang cukup terjangkau dan tersedia luas di pasaran. Namun, alangkah lebih menyenangkan jika plastisin itu dibuat sendiri di rumah. 

Apalagi jika kamu sebagai ibu atau kakak melibatkan anak dalam proses pembuatannya, plastisin buatan sendiri akan terasa lebih bermakna dan spesial.

Lalu, seperti apa cara membuat plastisin yang aman dan cocok digunakan oleh anak-anak? 

Apakah benar plastisin dapat memberikan kontribusi besar dalam mengasah kreativitas si kecil? Mari simak penjelasan selengkapnya untuk mengetahuinya!

Penggunaan Plastisin

Material sintetis menyerupai tanah liat, seperti clay buatan, merupakan elemen penting dalam berbagai praktik seni, termasuk memahat, menciptakan topeng, membuat cetakan, efek visual, hingga animasi berbasis tanah liat. 

Kelebihan utama dari bahan ini adalah sifatnya yang tidak mudah mengering, memungkinkan pengguna untuk membentuk ulang atau menggunakannya kembali kapan pun dibutuhkan.

Jenis clay ini sangat disukai oleh para animator karena kemudahan penggunaannya. 

Sifatnya yang lentur memungkinkan pembuatan karakter yang ekspresif, cukup elastis untuk bergerak ke berbagai arah, namun tetap kokoh untuk mempertahankan bentuk jika dilengkapi dengan rangka kawat. 

Keunggulan lainnya, material ini tidak mencair meski terpapar suhu tinggi dari pencahayaan studio.

Dalam bidang desain dan kerajinan, clay buatan juga memiliki peran yang besar. Salah satu contohnya adalah penggunaannya di studio desain kendaraan, di mana tanah liat khusus industri digunakan untuk membentuk model. 

Produk terkenal dalam kategori ini antara lain diproduksi oleh Chavant. Biasanya, tanah liat tipe ini memiliki kandungan belerang di dalamnya.

Di sisi lain, bahan ini juga dimanfaatkan sebagai media bermain anak-anak. Clay buatan tersedia dalam berbagai bentuk dan warna yang menarik bagi anak-anak serta aman digunakan sebagai mainan edukatif.

Selain itu, clay semacam ini digunakan dalam dunia olahraga, khususnya dalam cabang lompat jauh dan lompat tiga langkah. Fungsinya membantu ofisial menentukan apakah peserta melakukan lompatan yang sah. 

Tak hanya itu, material ini juga menjadi bagian dari permainan berbasis aktivitas kelompok seperti dalam permainan pesta komersial seperti Barbarossa.

Adapun sejarah penciptaannya dimulai pada tahun 1897 oleh William Harbutt, seorang pengajar seni asal Bath, Inggris. 

Ia berusaha menemukan jenis tanah liat yang tidak mengeras agar dapat digunakan oleh murid-muridnya dalam belajar membuat patung. Hasil eksperimennya adalah tanah liat yang aman, higienis, lembut, dan dapat dibentuk tanpa mengering di udara terbuka.

Harbutt memperoleh hak paten atas penemuannya pada tahun 1899 dan mulai memproduksi secara massal di Bathampton pada tahun 1900. Awalnya, clay tersebut hadir dalam warna abu-abu. 

Namun, kemudian empat varian warna ditawarkan ke pasar saat produk ini diluncurkan untuk umum. Clay buatan ini langsung menjadi favorit di kalangan anak-anak dan digunakan secara luas di sekolah sebagai alat bantu pembelajaran seni. 

Tak hanya untuk pendidikan, bahan ini juga digunakan sebagai media cetak untuk bahan plester maupun plastik.

Pada tahun 1915, Harbutt mengembangkan formula baru dengan menambahkan serat wol ke dalam campurannya agar lebih kuat. 

Clay versi ini ditujukan untuk keperluan medis, seperti penyumbat telinga serta sebagai perban steril bagi luka atau luka bakar.

Cara Membuat Plastisin untuk Anak-anak

Berikut adalah cara membuat plastisin untuk anak-anak yang aman, mudah, dan menyenangkan untuk dimainkan di rumah.

1. Membuat Plastisin dari Bahan yang Ada di Rumah

Peralatan dan Bahan yang Dibutuhkan:

  • Mangkuk
  • Permukaan datar seperti meja
  • 8 sendok makan tepung terigu
  • 2 sendok makan garam
  • 60 ml air hangat
  • 1 sendok makan minyak goreng
  • Pewarna makanan sesuai selera

Langkah Pembuatan:

  • Satukan tepung terigu dan garam ke dalam mangkuk pertama.
  • Di wadah terpisah, larutkan pewarna makanan ke dalam air hangat.
  • Tuangkan larutan berwarna ke campuran tepung dan garam, lalu aduk hingga tercampur merata.
  • Siapkan permukaan datar dan taburi sedikit tepung terigu, lalu tuangkan adonan ke atasnya.
  • Uleni campuran hingga memiliki tekstur kalis.
  • Bila warna belum mencolok, tambahkan lagi pewarna makanan secukupnya.
  • Plastisin siap dimainkan.

2. Plastisin dengan Tekstur Kenyal

Peralatan dan Bahan:

  • Mangkuk
  • Wajan atau loyang
  • Kompor
  • 2 cangkir baking soda
  • 1,5 cangkir air
  • 1 cangkir tepung maizena

Cara Pembuatan:

  • Aduk seluruh bahan dalam mangkuk menggunakan garpu atau tangan hingga tercampur sempurna.
  • Pindahkan adonan ke dalam wajan atau loyang dan panaskan di atas kompor dengan api sedang.
  • Aduk terus-menerus selama proses pemanasan hingga adonan mengental dan teksturnya menjadi kenyal.
  • Setelah matang, angkat dari kompor dan biarkan hingga benar-benar dingin.
  • Pastikan suhu plastisin sudah aman sebelum diberikan kepada anak untuk dimainkan.

3. Plastisin dari Campuran Oatmeal

Karena berbahan dasar oatmeal, plastisin ini tergolong aman apabila tidak sengaja tertelan anak. Namun, kekurangannya adalah daya simpannya yang lebih pendek dibandingkan jenis plastisin lainnya.

Alat dan Bahan yang Diperlukan:

  • Mangkuk
  • Alas datar atau meja
  • 1 cangkir tepung terigu
  • 1 cangkir air matang
  • 2 cangkir oatmeal
  • Pewarna makanan secukupnya

Langkah-Langkah Pembuatan:

  • Campurkan seluruh bahan ke dalam satu mangkuk dan aduk hingga adonan merata.
  • Siapkan alas datar, lalu taburi permukaannya dengan sedikit tepung.
  • Tuangkan adonan ke atas alas tersebut dan uleni hingga teksturnya menyatu dengan baik.
  • Tambahkan pewarna makanan sesuai selera agar tampilannya lebih menarik untuk anak.

Penelitian Terkait Manfaat Plastisin untuk Meningkatkan Kreativitas Anak

Sebenarnya, plastisin bukan sekadar mainan untuk anak-anak, tetapi juga memiliki nilai edukatif yang tinggi dalam merangsang daya cipta mereka. 

Hal ini bukan hanya opini semata, karena sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa plastisin punya peran penting dalam mendukung kreativitas anak usia dini.

Oleh karena itu, tak mengherankan bila banyak orang tua kerap mencari tutorial seputar pembuatan plastisin melalui internet. 

Berikut ini merupakan rangkuman dari berbagai penelitian yang menunjukkan kaitan antara penggunaan plastisin dan perkembangan kreativitas anak kecil.

Sebuah jurnal yang ditulis oleh Siti Arlina dan Rohita berjudul Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Bermain Plastisin Pada Kelompok A di PAUD Plus Al-Fattah Jarak Kulon Kabupaten Jombang, menyimpulkan bahwa aktivitas bermain dengan plastisin benar-benar mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. 

Dalam studi ini, awalnya hanya 50% anak yang menunjukkan kreativitas tinggi pada tahap pertama. Namun setelah dilakukan tindakan kedua, angkanya melonjak hingga 85%. 

Peningkatan ini terjadi karena guru menyediakan plastisin dengan warna yang menarik dan aroma yang menyenangkan, sehingga memicu minat anak untuk lebih aktif membentuk berbagai objek.

Penelitian lain dilakukan oleh Kartini dan Sujarwo melalui jurnal berjudul Penggunaan Media Pembelajaran Plastisin Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini. 

Dalam studi tersebut, ditemukan perbedaan signifikan antara anak-anak yang menggunakan media plastisin dan kelompok lain yang memakai balok saat bermain di TK ABA 5 Mataram. 

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group design.

Sementara itu, penelitian oleh Dynna Wahyu Perwita Sari yang berjudul Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Usia 5–6 Tahun Ditinjau Dari Bermain Secara Individu dan Kelompok, melibatkan 56 anak sebagai sampel yang dipilih secara acak. 

Menariknya, hasil penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan plastisin tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kreativitas, karena sebagian besar anak sudah terbiasa bermain plastisin sebagai bagian dari aktivitas rutin mereka.

Selanjutnya, riset yang dilakukan oleh Rewinda Avin Pangestika dan Erni Setiyorini dalam jurnal Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Pra Sekolah, menggunakan pendekatan pra-eksperimen dengan desain pre-post test. 

Penelitian tersebut melibatkan 85 peserta didik di TK Al-Hidayah Tawangsari GARUM. Hasilnya menunjukkan bahwa bermain plastisin memiliki pengaruh positif terhadap keterampilan motorik halus anak di sekolah tersebut.

Namun perlu diingat, keberhasilan dalam menstimulasi kemampuan motorik anak juga sangat bergantung pada peran aktif dari orang tua serta guru. 

Orang tua diharapkan sadar bahwa setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, dan pembinaan motorik halus perlu dilakukan sejak dini.

Kemudian, dalam skripsi karya Sariyem berjudul Efektivitas Bermain Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak, dijelaskan bahwa hasil pengamatan menunjukkan peningkatan kreativitas anak dari siklus ke siklus. 

Pada siklus pertama, tingkat kreativitas rata-rata anak berada di angka 55%, kemudian meningkat menjadi 90% di siklus kedua. 

Bahkan, saat memasuki siklus ketiga, anak-anak mulai menunjukkan ciri khas kreativitas seperti kelancaran berpikir, fleksibilitas, keaslian ide, elaborasi, hingga kepekaan terhadap sesuatu.

Dalam kajian tersebut juga dijelaskan bahwa plastisin merupakan bahan mainan yang berbentuk lunak dan tersedia dalam berbagai warna cerah, yang bisa dibentuk sesuai imajinasi anak. 

Kegiatan seperti menggulung, menekan, dan mencetak plastisin menjadi bentuk tertentu bukan hanya menyenangkan, tetapi juga mampu melatih koordinasi sensorimotor, mengasah persepsi visual, serta pemahaman tentang bentuk dan kekekalan benda.

Dengan banyaknya manfaat yang ditawarkan, tak ada alasan untuk ragu mengenalkan plastisin sebagai salah satu media bermain dan belajar bagi si kecil.

Sebagai penutup, mengenalkan cara membuat plastisin sejak dini bisa jadi langkah seru untuk mendukung kreativitas anak melalui kegiatan bermain yang aman dan menyenangkan di rumah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index