Beberapa Cara Mendidik Anak yang Sulit Diatur Paling Ampuh

Beberapa Cara Mendidik Anak yang Sulit Diatur Paling Ampuh
cara mendidik anak yang sulit diatur

Cara mendidik anak yang sulit diatur butuh kesabaran ekstra karena tiap anak punya karakter berbeda dan tak selalu mudah diarahkan.

Menanamkan nilai-nilai positif dan membentuk perilaku yang baik memang merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun, tidak semua anak mudah untuk diarahkan atau patuh terhadap aturan yang diberikan. 

Ada kalanya, anak menunjukkan sikap keras kepala, menentang, atau tidak mau mendengarkan, yang tentunya membutuhkan pendekatan khusus.

Menghadapi kondisi tersebut, orang tua perlu bersikap sabar dan konsisten dalam menerapkan pola pengasuhan. 

Dibutuhkan kesabaran ekstra, komunikasi yang baik, dan pendekatan yang tepat agar anak merasa dimengerti dan tetap bisa diarahkan ke perilaku yang lebih baik. 

Memberikan contoh melalui tindakan nyata dan menjalin kedekatan emosional dengan anak juga menjadi kunci penting agar mereka lebih terbuka dan mau mendengarkan.

Dengan strategi yang sesuai, tantangan ini dapat diatasi dan anak tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang positif. 

Oleh karena itu, memahami dan menerapkan cara mendidik anak yang sulit diatur sangat penting agar proses pengasuhan berjalan efektif dan harmonis.

Cara Mendidik Anak yang Sulit Diatur

Cara mendidik anak yang sulit diatur membutuhkan pendekatan yang sabar dan tepat agar perilaku anak dapat diarahkan dengan cara yang positif.

1. Menyusun Peraturan yang Tegas

Merancang aturan yang tegas dan mudah dipahami merupakan salah satu pendekatan efektif dalam membentuk perilaku anak. Berikut rincian langkah-langkah yang bisa diterapkan:

  • Sampaikan dengan Bahasa yang Mudah Dimengerti

Gunakan kalimat yang langsung ke poin utama dan tidak rumit. Contohnya, ungkapan seperti "Setelah bermain, rapikan mainanmu," lebih jelas ketimbang mengatakan "Jangan biarkan ruangan berantakan."

  • Terapkan Secara Konsisten

Keberhasilan aturan sangat tergantung pada seberapa konsisten penerapannya. Anak perlu melihat bahwa aturan tersebut berlaku setiap saat tanpa terkecuali. Ketika ada ketidakkonsistenan, mereka bisa jadi bingung dan mengabaikannya.

  • Sesuaikan dengan Usia dan Situasi

Peraturan yang berlaku sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan tingkat perkembangan anak. Misalnya, mengharuskan anak balita untuk merapikan semua sudut rumah adalah tidak masuk akal. 

Sebaliknya, meminta mereka untuk menyimpan mainan ke tempatnya adalah permintaan yang lebih sesuai.

  • Libatkan Anak dalam Diskusi Aturan

Mengajak anak berdiskusi ketika menetapkan aturan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab mereka. 

Mereka akan lebih menghargai kesepakatan yang mereka ikut ciptakan. Ajak bicara dengan cara yang menyenangkan mengenai alasan perlunya aturan tersebut.

  • Berikan Penjelasan Mengenai Akibat Pelanggaran

Anak perlu memahami bahwa setiap tindakan memiliki dampak. Oleh karena itu, jika mereka melanggar aturan, berikan penjelasan mengenai akibatnya secara logis dan relevan. 

Contoh, jika mereka menolak mengerjakan tugas sekolah, maka waktu bermain akan ditunda sampai tugas selesai.

  • Gunakan Visual untuk Anak Kecil

Anak-anak yang masih kecil lebih mudah memahami aturan jika ditunjukkan secara visual. Misalnya, dengan poster bergambar anak yang sedang menyusun mainan setelah bermain.

  • Ingatkan Secara Teratur

Untuk membantu anak membentuk kebiasaan, ingatkan mereka secara berkala dengan nada positif. Contohnya, “Yuk, kita rapikan mainannya dulu sebelum lanjut main lagi.”

  • Tekankan Sikap Positif daripada Melarang

Fokuslah pada sikap atau tindakan yang diinginkan, bukan hanya apa yang tidak boleh dilakukan. Daripada mengatakan “Jangan berlari di dalam rumah,” akan lebih baik jika dikatakan “Ayo, kita jalan pelan-pelan di rumah.”

  • Lakukan Evaluasi Berkala

Sesekali, tinjau kembali aturan yang sudah berlaku untuk melihat apakah masih relevan. Bisa juga mengajak anak untuk berbicara tentang mana aturan yang mereka rasa sulit dan apa yang ingin mereka ubah.

  • Berikan Apresiasi saat Anak Patuh

Saat anak mematuhi aturan, jangan ragu memberikan pujian. Bisa berupa ucapan sederhana, pelukan hangat, atau tambahan waktu bermain. Ini akan memperkuat sikap baik mereka.

2. Memberikan Konsekuensi secara Bijak

Memberikan konsekuensi yang tepat merupakan bagian penting dalam membentuk perilaku anak. Strategi ini membantu mereka memahami hubungan sebab-akibat dari tindakan yang dilakukan. Berikut penjabaran mendalamnya:

  • Terkait Langsung dengan Perilaku yang Dilakukan

Hukuman atau akibat yang diberikan harus selaras dengan kesalahan yang dilakukan. Misalnya, jika anak meninggalkan mainannya berserakan, maka ia perlu merapikannya terlebih dahulu sebelum bisa menggunakannya kembali.

  • Gunakan Dua Jenis Konsekuensi

Terapkan konsekuensi yang bersifat positif dan negatif. Penguatan positif seperti pujian atau hadiah diberikan saat anak menunjukkan sikap baik. 

Sebaliknya, pengurangan hak istimewa seperti tidak boleh menonton televisi bisa diterapkan ketika mereka melanggar kesepakatan.

  • Pastikan Konsistensi dalam Pelaksanaan

Jangan berubah-ubah dalam menegakkan aturan dan konsekuensinya. Jika aturan dilanggar, maka dampaknya harus selalu diterapkan. Inkonsistensi hanya akan membuat anak kurang menghormati aturan.

  • Beri Konsekuensi Tanpa Menunda

Waktu pemberian konsekuensi sangat mempengaruhi efektivitasnya. Idealnya, segera setelah perilaku negatif terjadi. Memberi konsekuensi terlalu lama setelah kejadian membuat anak kesulitan memahami apa kesalahannya.

  • Proporsional dan Tidak Berlebihan

Pilih hukuman yang sesuai dengan tingkat kesalahan. Tindakan yang terlalu keras terhadap pelanggaran kecil hanya akan menimbulkan rasa tidak adil, sementara konsekuensi yang terlalu ringan untuk kesalahan besar bisa membuat anak mengulanginya lagi.

  • Jelaskan Alasan di Balik Setiap Konsekuensi

Anak perlu mengerti kenapa mereka menerima hukuman tersebut. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk menjelaskan bahwa setiap perilaku membawa dampak, dan penting bagi mereka untuk belajar dari kesalahan itu.

  • Hindari Hukuman Fisik

Alih-alih menggunakan pendekatan kekerasan, lebih baik gunakan pendekatan yang membangun kesadaran dan tanggung jawab. Hukuman fisik tidak hanya berbahaya, tapi juga bisa merusak hubungan emosional anak dan orang tua.

  • Berikan Kesempatan untuk Memperbaiki Diri

Selain memberikan dampak negatif, bantu anak belajar bagaimana caranya memperbaiki kesalahan. Misalnya, jika mereka menyakiti temannya, minta mereka untuk meminta maaf dan berbuat baik sebagai bentuk penebusan.

  • Gabungkan dengan Penguatan Perilaku Positif

Selain menegur, jangan lupa memberikan penghargaan atas perubahan sikap anak ke arah yang lebih baik. Ini bisa memotivasi mereka untuk terus meningkatkan perilakunya.

  • Sesuaikan dengan Kapasitas Anak

Harapan terhadap perilaku anak perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat kematangan mereka. Jangan menuntut hal yang belum bisa mereka capai. Pandulah mereka secara bertahap agar mampu memenuhi harapan tersebut.

3. Pentingnya Memberikan Apresiasi dan Pengakuan

Memberikan penghargaan dan pujian merupakan metode yang efektif dalam membentuk perilaku anak, terutama jika mereka termasuk yang sulit diarahkan. 

Teknik ini mendorong munculnya kebiasaan baik dan memberikan dorongan bagi anak untuk terus menunjukkan sikap positif. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

  • Apresiasi Verbal dan Penghargaan Nyata

Ucapan seperti “Kamu luar biasa!” atau “Ibu senang kamu sudah membereskan mainanmu,” merupakan bentuk pujian verbal yang sangat berharga. 

Sementara itu, penghargaan dapat berbentuk hal-hal konkret seperti stiker, tambahan waktu bermain, atau kegiatan menyenangkan bersama keluarga.

  • Mendorong Penguatan Tindakan Positif

Ketika anak mendapatkan respons positif terhadap perilaku tertentu, mereka akan lebih termotivasi untuk mengulanginya. 

Hal ini menjadi dasar dalam teori psikologi perilaku, di mana penguatan positif terbukti mampu membentuk kebiasaan baik secara konsisten.

  • Gunakan Ucapan yang Spesifik dan Tulus

Pujian yang terlalu umum cenderung kurang efektif. Lebih baik memberikan komentar spesifik terhadap tindakan anak, seperti, “Kamu sangat bertanggung jawab karena sudah menyusun buku setelah belajar,” dibanding hanya mengatakan, “Kamu anak baik.”

  • Terapkan Secara Teratur

Sebagaimana halnya dalam penerapan konsekuensi, pemberian pujian juga harus dilakukan secara konsisten. Bila anak menunjukkan sikap positif, pastikan mereka selalu mendapat pengakuan. 

Konsistensi ini membantu mereka mengerti bahwa perilaku baik tidak luput dari perhatian.

  • Sesuai dengan Tingkat Usaha

Berikan penghargaan yang sebanding dengan upaya anak. Untuk tindakan kecil, pujian sederhana sudah cukup. 

Namun jika anak melakukan hal besar atau menunjukkan perubahan signifikan, penghargaan tambahan dapat menjadi bentuk apresiasi yang layak.

  • Perhatikan Karakter dan Kebutuhan Anak

Tidak semua anak memiliki reaksi yang sama terhadap bentuk penghargaan. Ada yang merasa cukup hanya dengan pujian, sementara lainnya lebih termotivasi oleh hadiah atau kegiatan menyenangkan. Kenali karakter anak agar pendekatannya tepat.

  • Bangun Rasa Percaya Diri

Pujian dan penghargaan membantu memperkuat rasa yakin anak terhadap kemampuannya. Ketika mereka merasa dihargai, rasa percaya diri mereka tumbuh, dan ini akan memengaruhi cara mereka menghadapi berbagai tantangan ke depan.

  • Membentuk Kebiasaan Positif

Jika dilakukan secara rutin, pemberian pujian akan membantu anak membentuk pola perilaku yang baik secara berkelanjutan. Mereka akan lebih terbiasa bertindak positif tanpa harus diingatkan.

  • Hindari Pujian yang Terlalu Sering dan Tidak Tepat

Terlalu banyak memberikan hadiah atau pujian bisa membuat anak hanya bersikap baik jika ada imbalannya. Gunakan penghargaan sebagai alat bantu, bukan sebagai satu-satunya alasan anak untuk bertindak positif.

  • Jadikan Bagian dari Aktivitas Sehari-hari

Cobalah menjadikan pemberian apresiasi sebagai hal yang rutin. Pujian kecil untuk tindakan sederhana, seperti mencuci tangan sebelum makan, akan membuat anak merasa diapresiasi sepanjang hari dalam konteks yang ringan namun bermakna.

4. Luangkan Waktu Eksklusif Bersama Anak

Memberikan waktu berkualitas kepada anak merupakan metode penting untuk mendidik dan mempererat ikatan emosional. 

Waktu ini ditujukan khusus untuk membangun komunikasi yang positif tanpa gangguan dari aktivitas lain. Berikut adalah uraian lengkapnya:

  • Apa Itu Waktu Berkualitas

Waktu ini adalah momen di mana orang tua menghabiskan waktu bersama anak dengan penuh perhatian, fokus pada aktivitas yang menyenangkan bagi anak, tanpa terganggu oleh pekerjaan, gadget, atau urusan rumah tangga.

  • Menguatkan Hubungan Emosional

Saat anak merasa mendapatkan perhatian penuh, mereka akan merasa lebih dekat dengan orang tua. Ini membangun kepercayaan, rasa aman, dan hubungan emosional yang kuat dalam keluarga.

  • Meningkatkan Kualitas Komunikasi

Waktu berkualitas membuka ruang bagi anak untuk berbicara lebih bebas tentang perasaan atau pengalamannya. Orang tua bisa mendengarkan lebih baik dan memahami kebutuhan atau kekhawatiran anak melalui interaksi ini.

  • Mengurangi Sikap Negatif

    Anak yang merasa diperhatikan akan cenderung lebih tenang dan patuh. Mereka tidak merasa perlu mencari perhatian dengan cara yang negatif, karena tahu bahwa mereka punya momen khusus bersama orang tuanya.

  • Ajarkan Nilai dan Sosialiasi Secara Alami

Melalui kegiatan bersama, orang tua dapat menunjukkan cara menyelesaikan masalah, bersikap empati, atau bekerja sama. Anak belajar nilai-nilai tersebut secara langsung dari contoh nyata.

  • Tumbuhkan Kemandirian dan Keyakinan Diri

Anak yang mendapat dukungan emosional secara penuh akan lebih percaya diri. Mereka merasa diperhatikan dan berani mengeksplorasi minatnya dengan bimbingan orang tua.

  • Deteksi Masalah Sejak Dini

Waktu berkualitas bisa menjadi momen untuk melihat tanda-tanda adanya masalah emosional atau sosial yang mungkin tidak terlihat di hari-hari biasa. Dari sinilah orang tua bisa melakukan tindakan pencegahan atau pendekatan lebih awal.

  • Aktivitas yang Bisa Dilakukan

Kegiatan bersama tidak perlu rumit atau mahal. Bisa berupa bermain, membaca, menggambar, memasak, atau bahkan ngobrol santai. Yang penting bukan apa yang dilakukan, tapi bagaimana interaksinya.

  • Buat Jadwal yang Teratur

Cobalah mengatur waktu tetap agar anak bisa menanti momen ini. Bisa setiap hari selama 15–30 menit atau sesi lebih panjang di akhir pekan. Kepastian ini memberi rasa aman bagi anak.

  • Sesuaikan dengan Usia dan Ketertarikan Anak

Untuk anak kecil, bermain adalah pilihan terbaik. Untuk anak lebih besar, diskusi atau kegiatan hobi bisa lebih relevan. Poin pentingnya adalah menyesuaikan aktivitas dengan usia dan kesukaan anak agar tetap menyenangkan.

5. Hindari Kekerasan Fisik dalam Mendisiplinkan Anak

Memberikan hukuman fisik, seperti memukul atau mencubit, bisa meninggalkan luka secara emosional maupun fisik, dan juga bisa merusak kepercayaan anak terhadap orang tua. 

Selain itu, tindakan seperti ini cenderung membuat anak takut, bukan belajar. Sebagai alternatif, pendekatan yang mengandalkan penguatan perilaku positif, pemberian konsekuensi logis, serta komunikasi terbuka lebih dianjurkan. 

Pendekatan ini mengajarkan anak untuk mengenali dampak dari setiap tindakannya, membangun disiplin dari dalam, dan memperkuat hubungan emosional antara anak dan orang tua. 

Hal ini juga mendukung tumbuh kembang emosional yang lebih sehat serta membantu anak membangun kemampuan sosial yang lebih baik di masa depan.

Sebagai penutup, menerapkan cara mendidik anak yang sulit diatur dengan pendekatan yang konsisten, positif, dan penuh kasih bisa membentuk karakter anak jadi lebih baik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index