Gadget

Waspadai Dampak Gadget pada Anak

Waspadai Dampak Gadget pada Anak
Waspadai Dampak Gadget pada Anak

JAKARTA - Dalam era digital saat ini, penggunaan gadget dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menyampaikan kekhawatirannya mengenai pengaruh negatif yang dapat timbul dari pemanfaatan teknologi ini, terutama terkait meningkatnya kasus kekerasan di kalangan anak-anak.

Menteri Arifatul memaparkan bahwa gadget dan media sosial menjadi faktor utama yang memicu kekerasan, termasuk kekerasan seksual dan bullying. Salah satu penyebabnya adalah anak-anak usia 14 sampai 16 tahun yang menonton konten tidak senonoh bersama teman-temannya dan kemudian mencoba mempraktekkan apa yang mereka lihat. "Lagi masa puber rasa ingin tahunya tinggi, rasa coba-cobanya tinggi, begitu selesai nonton, dia praktekkan gitu," ujarnya pada sebuah konferensi pers Hari Anak Nasional.

Kisah nyata yang diungkap Menteri PPPA semakin mempertegas persoalan ini. Ia bercerita tentang sebuah kasus tragis di sebuah sekolah dasar, di mana seorang siswa kelas 5 mendorong adik kelasnya yang masih kelas 3 ke tembok hingga meninggal dunia. Pelaku mengaku terinspirasi dari aksi kekerasan yang dilihat melalui gadget. Kejadian ini bermula saat pelaku meminta uang pada korban, namun ditolak. "Nah si adik kelas ini lagi makan di lorong antar kelas itu... kepala si adik kelasnya itu diambil, posisi dia berdiri, kemudian dibenturkan ke tembok," jelas Menteri Arifatul.

Selain kekerasan, penggunaan gadget yang berlebihan juga berdampak pada kesehatan anak. Dalam kunjungannya ke puskesmas, Menteri menemukan banyak anak mengalami gangguan penglihatan dan balita mengalami keterlambatan berbicara. Ia menyoroti pola asuh yang kurang optimal, di mana ibu-ibu muda memberikan gadget agar anak tidak rewel, sehingga komunikasi antara anak dan ibu menjadi berkurang. "Anak gak mau makan dikasihnya gadget, anak biar gak nangis dikasihnya gadget. Sehingga tidak ada komunikasi antara si anak dengan ibu," ujarnya.

Kementerian PPPA tidak hanya menyoroti risiko-risiko di atas, namun juga mendorong upaya preventif melalui edukasi dan regulasi. Kementerian bersama berbagai pihak pendukung berusaha menciptakan ekosistem digital yang sehat dan aman bagi anak-anak. Kesadaran orang tua serta pembatasan akses konten negatif menjadi kunci penting dalam menjaga anak dari paparan dampak negatif gadget dan media sosial.

Dalam konteks ini, perlu juga digarisbawahi perlunya literasi digital yang tinggi di kalangan anak dan keluarga untuk memperkuat benteng proteksi terhadap potensi bahaya. Tingkat literasi digital yang baik memungkinkan anak-anak dan orang tua memahami risiko sekaligus memanfaatkan teknologi secara bijak.

Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan agar anak tidak hanya menjadi pengguna gadget pasif, tetapi juga bisa menjadi pengguna yang cerdas dan sehat. Pendidikan digital sejak dini serta perhatian serius dari orang tua dapat meminimalisir risiko perundungan, kekerasan, dan gangguan kesehatan akibat penyalahgunaan gadget.

Dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat, diharapkan dunia digital bisa menjadi ruang yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, tanpa menghilangkan kesempatan bagi mereka untuk belajar dan berinteraksi secara positif.

Penggunaan gadget dan media sosial memang menawarkan banyak manfaat, tetapi juga memiliki dampak negatif yang serius jika tidak diawasi dengan baik. Para pemangku kepentingan perlu berupaya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan perlindungan anak agar masa depan generasi muda tetap cerah dan sehat. Menteri PPPA mengingatkan pentingnya peran aktif semua pihak dalam mewujudkan lingkungan digital yang aman bagi anak-anak Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index