Industri

Industri Tumbuh Hijau dan Inklusif Lewat Sektor TPT

Industri Tumbuh Hijau dan Inklusif Lewat Sektor TPT
Industri Tumbuh Hijau dan Inklusif Lewat Sektor TPT

JAKARTA - Transformasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus menunjukkan geliat positif. Di tengah tantangan global dan transisi menuju ekonomi hijau, sektor ini berhasil memperlihatkan performa yang membanggakan, menjadi salah satu tulang punggung penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

Sepanjang triwulan pertama tahun 2025, industri TPT mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,64 persen. Performa ini tidak hanya menunjukkan kekuatan sektor tersebut secara ekonomi, tetapi juga menandai arah yang lebih progresif dalam upaya membangun ekosistem industri yang inklusif, berkelanjutan, dan kompetitif.

Dari sisi ekspor, kinerja industri TPT juga menunjukkan tren menggembirakan. Periode ini mencatat nilai ekspor sebesar USD3,38 miliar atau naik 3,57 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka ini menjadi indikasi nyata bahwa produk tekstil Indonesia semakin diminati pasar global.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menegaskan bahwa industri TPT merupakan salah satu sektor prioritas dalam peta jalan pembangunan industri nasional. Selain sebagai penggerak ekonomi, sektor ini juga memiliki dampak sosial yang luas dengan menyerap lebih dari 3,76 juta tenaga kerja, atau setara dengan 19,18 persen dari total tenaga kerja di sektor manufaktur.

“Guna semakin meningkatkan daya saing industri TPT nasional yang berkelanjutan, Kemenperin telah menyiapkan lima kebijakan strategis,” ujar Faisol dalam sambutannya saat acara peletakan batu pertama PT Xinhai Knitting Indonesia di Brebes, Jawa Tengah.

Kelima strategi tersebut diarahkan untuk menjawab tantangan zaman dan menyiapkan industri TPT menghadapi masa depan berbasis ekonomi hijau dan digital. Pertama, adalah penggunaan bahan baku ramah lingkungan serta pemisahan pasar untuk produk tekstil hasil daur ulang. Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen global yang kini lebih selektif terhadap produk-produk berkelanjutan.

Kedua, efisiensi penggunaan air, energi, dan bahan kimia menjadi fokus utama agar proses produksi lebih hemat dan bersih. Ketiga, penguatan praktik ekonomi sirkular melalui sistem pengelolaan limbah tekstil yang berkelanjutan.

Keempat, pemerintah mendorong pemberian insentif bagi pelaku industri yang telah menerapkan prinsip-prinsip industri hijau. Dan kelima, implementasi proyek percontohan untuk mendaur ulang tekstil pasca-konsumsi. Kebijakan ini diarahkan untuk mendorong perubahan perilaku industri dan konsumen dalam penggunaan produk tekstil.

Tidak hanya fokus pada keberlanjutan, pemerintah melalui Kemenperin juga terus mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif dan ramah investasi. Salah satu bentuk konkret dari upaya ini adalah penguatan sinergi antara pemerintah daerah, investor, dan lembaga pendidikan vokasi.

Wilayah seperti Brebes, Jawa Tengah, kini menjadi kawasan industri baru yang berkembang pesat. Dalam kawasan ini, kehadiran pabrik tekstil seperti PT Xinhai Knitting Indonesia tidak hanya membuka lapangan pekerjaan, tetapi juga menjadi katalisator dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten.

“Saya bangga karena pabrik ini sudah menunjukkan komitmen nyata terhadap penerapan energi baru terbarukan, dan telah merancang sistem pengolahan limbah sesuai standar industri hijau,” ungkap Faisol dengan penuh optimisme. “Ini menjadi langkah penting dalam menciptakan industri tekstil berdaya saing dan berkelanjutan.”

Kebanggaan itu bukan tanpa alasan. Komitmen terhadap standar industri hijau menunjukkan bahwa industri tekstil tidak lagi semata-mata berorientasi pada keuntungan, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.

Seiring waktu, sektor TPT tidak hanya dituntut untuk mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan ekspor, tetapi juga ditantang untuk meningkatkan daya saing melalui inovasi teknologi dan keberlanjutan lingkungan. Karena itu, sinergi antara semua pemangku kepentingan pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan dunia pendidikan menjadi faktor penentu dalam menciptakan ekosistem industri yang kokoh dan inklusif.

Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, masa depan industri TPT Indonesia terlihat semakin menjanjikan. Tidak hanya sebagai motor pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai pionir dalam transformasi industri menuju era yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif.

Kinerja positif ini sekaligus menjadi bukti bahwa investasi yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan akan memberikan hasil optimal, baik secara ekonomi maupun sosial. Semangat kolaboratif yang terbangun di kawasan industri seperti Brebes menjadi contoh inspiratif bahwa pembangunan industri dapat selaras dengan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index