JAKARTA - Selama ini, banyak orang mengira bahwa jantung dan paru-paru adalah indikator utama dari panjang umur seseorang. Namun pendekatan ilmiah terbaru memperlihatkan bahwa dua organ yang sering terabaikan justru bisa memegang peran sentral dalam memperpanjang usia hidup secara berkualitas: otak dan sistem kekebalan tubuh.
Sudut pandang ini datang dari hasil riset berskala besar yang digagas oleh tim peneliti di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, New York, dan dipimpin oleh Hamilton Se-Hwee Oh. Penelitian tersebut menyelami ribuan data biologi manusia demi menjawab pertanyaan lama: organ tubuh mana yang paling menentukan harapan hidup seseorang?
Dengan pendekatan yang sangat mendalam, penelitian ini menganalisis sekitar 3.000 jenis protein dari sampel darah lebih dari 44.000 orang, berusia antara 40 hingga 70 tahun, yang terdaftar dalam proyek UK Biobank sebuah bank data medis berskala besar di Inggris.
Melalui pemetaan genetik, tim peneliti berhasil mengidentifikasi penyebaran protein di dalam tubuh. Mereka menemukan bahwa protein-protein tertentu sangat melimpah pada 11 bagian tubuh penting, mulai dari otak, sistem imun, jantung, hati, paru-paru, otot, pankreas, ginjal, usus, hingga jaringan lemak. Banyaknya kadar protein di area tersebut menjadi indikator penting bagi kinerja organ masing-masing.
Penelitian ini tidak berhenti di situ. Dengan memanfaatkan teknologi machine learning, para peneliti mencoba memprediksi usia biologis seseorang dari separuh data yang tersedia. Model prediksi ini disusun terpisah untuk masing-masing dari ke-11 bagian tubuh.
Hasil yang diperoleh cukup mengejutkan. Ternyata, setiap organ memiliki kecepatan penuaan yang berbeda, dan perbedaan ini dapat berdampak besar terhadap potensi umur panjang seseorang. Misalnya, bila seseorang memiliki satu bagian tubuh yang menua lebih cepat dari semestinya, seperti sistem imun atau otak, maka risiko kematian meningkat secara signifikan yakni 1,5 hingga 3 kali lipat selama periode pemantauan.
Sebaliknya, memiliki sistem kekebalan tubuh atau otak yang lebih muda secara biologis dibanding usia sebenarnya justru bisa memperpanjang umur. Bahkan, mereka yang otaknya lebih muda menunjukkan penurunan risiko kematian hingga 40%. Dan bila baik otak maupun sistem imun sama-sama lebih muda, risiko kematian dapat menurun hingga 56%, angka yang sangat mengesankan.
Mengapa dua bagian ini begitu penting? Jawabannya datang dari Alan Cohen, pakar Environmental Health Sciences dari Columbia University. “Otak dan sistem kekebalan tubuh mengoordinasikan banyak hal lain di seluruh tubuh, jadi jika keduanya bermasalah, tidak terlalu mengejutkan jika dampaknya terhadap harapan hidup menjadi sangat besar,” ujar Cohen.
Kedua bagian tersebut bertugas sebagai pengatur dan pelindung sistemik. Otak mengatur hampir semua fungsi vital tubuh, dari gerakan hingga emosi, sementara sistem imun menjaga tubuh tetap sehat dari serangan penyakit. Jika keduanya bekerja optimal lebih lama, maka tubuh secara keseluruhan pun akan lebih tahan menghadapi tantangan penuaan.
Meski begitu, para peneliti juga menekankan bahwa masih banyak yang perlu dikaji. Cohen, misalnya, mengingatkan bahwa penanda protein belum tentu mencerminkan keseluruhan proses penuaan, dan kadang asal-usul protein dari organ tertentu masih belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis.
Richard Siow dari King’s College London juga memberikan catatan penting. Menurutnya, data yang digunakan dalam penelitian ini mayoritas berasal dari partisipan keturunan Eropa dan kelompok ekonomi menengah ke atas. Dengan demikian, perlu ada studi lanjutan yang lebih inklusif untuk memverifikasi hasil ini, terutama dengan mempertimbangkan keragaman etnis dan sosial ekonomi.
Meski demikian, studi ini tetap menjadi titik terang penting dalam pemahaman mengenai penuaan. Pendekatan ilmiah seperti ini membantu masyarakat dan tenaga medis memahami bahwa usia biologis dan usia kronologis bisa berbeda, dan bahwa menjaga otak dan sistem kekebalan tubuh tetap sehat bisa menjadi investasi berharga bagi masa depan.
Penemuan ini juga membuka peluang baru dalam dunia medis dan gaya hidup. Orang kini bisa lebih sadar bahwa selain jantung dan paru-paru, kesehatan mental dan imunitas tubuh adalah dua aspek utama yang harus dijaga sejak dini.
Mendorong masyarakat untuk berinvestasi dalam kesehatan otak dan imun bisa dilakukan dengan langkah sederhana seperti menjaga pola tidur, mengelola stres, konsumsi gizi seimbang, serta aktif secara sosial dan intelektual. Teknologi baru bahkan memungkinkan analisis protein darah dilakukan lebih mudah di masa depan untuk mengetahui kondisi biologis seseorang secara lebih presisi.
Dalam konteks dunia yang semakin menua, di mana usia harapan hidup terus bertambah, hasil ilmiah ini memberikan optimisme baru bagi upaya memperpanjang usia hidup yang sehat dan produktif.