JAKARTA - Langkah strategis kembali ditunjukkan oleh Danantara, lembaga pengelola dana abadi energi milik Indonesia, dalam memperkuat transisi energi hijau. Kali ini, Danantara berhasil mengamankan komitmen investasi senilai US$10 miliar atau sekitar Rp162 triliun dari Kerajaan Arab Saudi. Komitmen tersebut menjadi momentum penting bagi kerja sama internasional dalam mendukung pembangunan proyek-proyek energi bersih di Tanah Air.
Penguatan kemitraan ini diumumkan usai pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman, di sela penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10. Pertemuan tersebut menandai keseriusan kedua negara dalam menjalin kerja sama konkret untuk sektor energi berkelanjutan.
“Ini merupakan milestone besar bagi Danantara dan menjadi wujud nyata kepercayaan internasional terhadap arah kebijakan transisi energi Indonesia,” ujar CEO Danantara, Dadan Kusdiana.
Dadan menjelaskan bahwa komitmen tersebut menjadi bentuk dukungan penuh dari Arab Saudi terhadap agenda transisi energi yang dicanangkan pemerintah Indonesia. Ia menambahkan, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung berbagai proyek strategis, termasuk energi baru terbarukan (EBT), jaringan transmisi, hingga konversi energi fosil ke sumber yang lebih ramah lingkungan.
Dalam pandangannya, kerja sama ini mencerminkan sinergi antara visi jangka panjang Indonesia dalam mencapai target nol emisi karbon (net zero emission) dan komitmen Arab Saudi melalui program Saudi Green Initiative (SGI). Keduanya memiliki pandangan yang sejalan dalam mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis energi bersih.
“Komitmen ini bukan hanya soal investasi finansial, tetapi juga transfer pengetahuan, teknologi, dan penguatan kapasitas lokal,” tambah Dadan.
Sebagai sovereign wealth fund (SWF) khusus untuk sektor energi, Danantara dirancang untuk mengelola dan mengakselerasi pembiayaan proyek-proyek energi yang membutuhkan pendanaan jangka panjang. Peran lembaga ini diharapkan menjadi pelengkap strategis bagi upaya pemerintah dalam menarik investasi sektor energi hijau, termasuk menjembatani kebutuhan pengembang, badan usaha, dan mitra internasional.
Melalui kolaborasi ini, Danantara tidak hanya mengandalkan model investasi konvensional, melainkan juga berupaya menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Pendekatan ini dilakukan melalui mekanisme investasi langsung maupun kemitraan strategis yang adaptif dengan berbagai pihak.
Dadan menekankan bahwa sinergi lintas negara sangat penting dalam mempercepat agenda dekarbonisasi global. Oleh karena itu, kerja sama dengan Arab Saudi dinilai akan menjadi contoh kolaborasi yang bisa direplikasi di berbagai sektor lainnya. Terlebih, kedua negara memiliki keunggulan sumber daya dan posisi strategis dalam peta energi dunia.
Tak hanya itu, dukungan dari Arab Saudi juga dinilai sebagai penanda kuat atas kepercayaan terhadap stabilitas dan potensi investasi jangka panjang di Indonesia. Hal ini tentu menjadi daya tarik tambahan bagi investor global lainnya yang ingin turut berkontribusi dalam agenda hijau Indonesia.
“Ekosistem energi bersih membutuhkan arsitektur pembiayaan yang inovatif dan berkelanjutan. Danantara hadir sebagai katalisator di tengah dinamika global yang menuntut transisi cepat dan efisien,” jelas Dadan.
Dengan adanya suntikan dana ini, sejumlah proyek energi bersih akan mendapatkan dorongan signifikan, mulai dari pembangunan pembangkit energi surya, pengembangan green hydrogen, hingga pemanfaatan potensi energi angin dan panas bumi di berbagai wilayah Indonesia.
Komitmen ini juga menjadi titik awal dari kerja sama jangka panjang antara Danantara dan mitra strategis global lainnya. Dalam waktu dekat, Dadan menyebut pihaknya tengah menjajaki peluang pendanaan tambahan dari beberapa negara lain yang memiliki visi serupa dalam mendukung transisi energi.
Ke depan, Danantara akan terus memperluas jejaring kerja sama internasional guna mempercepat transformasi sistem energi nasional. Dengan memperkuat peran sebagai pengelola dana abadi energi, lembaga ini ditargetkan menjadi pusat gravitasi investasi hijau di kawasan Asia Tenggara.
“Semua ini kami lakukan demi memastikan masa depan energi Indonesia yang mandiri, berkelanjutan, dan berdaya saing global,” tegas Dadan.
Langkah yang ditempuh Danantara ini sejalan dengan kebijakan nasional yang menempatkan sektor energi sebagai pilar penting pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah menargetkan bauran energi baru terbarukan mencapai 23% pada 2025 dan menuju net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
Dengan kerja sama yang semakin luas dan dukungan dari mitra global seperti Arab Saudi, Indonesia berada pada jalur yang semakin kokoh dalam membangun masa depan energi yang bersih dan inklusif. Danantara, dengan mandat dan perannya yang unik, menjadi ujung tombak dari semangat transformasi tersebut.