Barcelona

Barcelona Diuji Tantangan Finansial

Barcelona Diuji Tantangan Finansial
Barcelona Diuji Tantangan Finansial

JAKARTA - Barcelona dikenal sebagai salah satu klub sepak bola paling legendaris di dunia, dengan sejarah panjang penuh prestasi dan pemain-pemain bintang yang menorehkan catatan luar biasa. Namun, di balik gemerlap trofi dan permainan indah yang ditampilkan, klub ini juga menghadapi tantangan keuangan yang cukup kompleks. Mantan direktur Barcelona, Emili Rousaud, dalam pernyataannya baru-baru ini, memberikan pandangannya tentang sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap kondisi keuangan klub saat ini, termasuk peran para legenda klub yang selama bertahun-tahun menjadi pilar kejayaan Blaugrana.

Dalam wawancara yang dikutip dari biografi terbarunya berjudul The Faith of the Entrepreneur, Rousaud menyampaikan pendapatnya secara terbuka mengenai situasi internal yang dialami Barcelona, terutama pada masa pandemi dan pasca kepergian Lionel Messi. Ia menyoroti bagaimana struktur gaji di dalam tim berkontribusi terhadap tekanan finansial klub, yang kala itu sudah kehilangan sebagian besar pendapatan akibat pembatasan pertandingan tanpa penonton.

Menurut Rousaud, kehadiran pemain bintang seperti Gerard Piqué, Sergio Busquets, dan Jordi Alba memang memberikan kontribusi luar biasa terhadap keberhasilan tim. Trio ini mencatatkan total 1.719 penampilan untuk Barcelona, sebuah angka yang mencerminkan dedikasi dan peran besar mereka dalam sejarah klub, terutama di era emas bersama Pep Guardiola. Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas dan kesuksesan tim, struktur gaji para pemain pun mengalami lonjakan signifikan.

"Masalah Barca adalah mereka memiliki pemain terbaik di dunia, Lionel Messi, dan dialah satu-satunya yang menghasilkan gaji sebesar itu," jelas Rousaud. Menurutnya, para pemain lain secara tidak langsung ikut terdorong untuk menyesuaikan gaji mereka demi menjaga harmoni dan dinamika internal.

"Namun, ada tekanan dari rombongan pemain Leo seperti Jordi Alba, Piqué, dan Busquets, mereka semua harus menaikkan gaji, yang menekan presiden. Ini memenuhi kebutuhan Leo, dan itu menyebabkan inflasi yang absurd," tambahnya.

Meski begitu, Rousaud tidak mengabaikan kenyataan bahwa sistem tersebut berhasil selama Barcelona terus meraih kemenangan. Baginya, pendekatan itu masih relevan dalam konteks sportivitas dan prestasi, namun tetap perlu pengelolaan yang hati-hati agar tidak berdampak pada keberlanjutan finansial klub dalam jangka panjang.

"Piqué memang bek bagus, tetapi dia bukan bek terbaik di dunia, dan dia pemain dengan gaji tertinggi. Namun, model itu berhasil selama mereka menang," ujarnya. Ia menegaskan pentingnya keseimbangan antara penghargaan terhadap kontribusi pemain dan tanggung jawab keuangan klub.

Menurut Rousaud, setiap organisasi, termasuk klub sepak bola, harus menerapkan tingkat kesetaraan gaji tertentu. Ketidakseimbangan dalam struktur gaji bisa menjadi pemicu masalah keuangan yang sulit diatasi ketika situasi eksternal, seperti pandemi, tiba-tiba menurunkan pendapatan secara drastis.

"Setiap perusahaan harus memiliki tingkat kesetaraan gaji tertentu, dan itu pun gagal. Kemudian pandemi melanda, dan pendapatan turun drastis, tanpa tiket pertandingan," jelasnya.

Lebih lanjut, ia juga menyinggung tentang kurangnya kontribusi finansial dari sebagian pemain dalam situasi krisis tersebut. Menurut Rousaud, para pemain tidak bersedia menerima pemotongan gaji, padahal kondisi klub sangat membutuhkan solidaritas.

"Para pemain tidak mau menerima pemotongan gaji. Itu membuat saya sedikit malu sebagai penggemar, bukan sebagai direktur. Mereka tidak menyisihkan satu euro pun untuk Barcelona," katanya.

Situasi itu akhirnya memuncak ketika Lionel Messi terpaksa meninggalkan Barcelona pada musim panas, karena klub tak lagi mampu menawarkannya perpanjangan kontrak. Kepergian Messi menjadi momen yang emosional bagi banyak penggemar, tetapi juga menjadi titik balik dalam reformasi keuangan klub.

Tak lama setelah itu, sejumlah pemain senior seperti Piqué, Busquets, dan Alba diketahui menerima pengurangan gaji sebagai bentuk dukungan terhadap keberlangsungan klub. Langkah ini memungkinkan Barcelona untuk mendaftarkan pemain baru seperti Sergio Aguero.

"Itulah yang harus dilakukan," kata Piqué kala itu, menegaskan sikap profesional dan loyalitasnya terhadap klub. "Kami bangga dengan keputusan ini".

Hingga saat ini, Barcelona masih menjalani proses penataan ulang keuangan yang cukup menantang. Meski sudah ada beberapa langkah positif, seperti restrukturisasi kontrak dan penguatan akademi, sejumlah hambatan masih harus dihadapi. Pemerintah Spanyol bahkan sempat turun tangan untuk memastikan pemain seperti Dani Olmo dapat didaftarkan pada paruh kedua musim 2024/2025.

Adapun kekhawatiran pemain lain, seperti Nico Williams, soal kondisi keuangan klub, juga turut memengaruhi dinamika transfer musim panas ini. Meski demikian, Barcelona tetap menunjukkan komitmen untuk bangkit dan menata masa depan yang lebih stabil secara finansial.

Apa yang disampaikan Rousaud sesungguhnya adalah bagian dari refleksi yang sehat bagi klub sebesar Barcelona. Menghadapi tantangan secara terbuka, mengevaluasi kesalahan masa lalu, dan mendorong perbaikan di masa depan adalah langkah penting agar Blaugrana tetap menjadi kekuatan utama di dunia sepak bola, tidak hanya dalam hal permainan di lapangan, tetapi juga dalam tata kelola yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index