JAKARTA - Langkah strategis kembali diambil Bank Indonesia guna memperluas dan memperkuat kerja sama perdagangan internasional, khususnya dengan Tiongkok. Melalui kebijakan yang inklusif, Bank Indonesia membuka peluang bagi seluruh bank devisa di Tanah Air untuk menyalurkan mata uang renminbi (yuan) tanpa harus melalui penunjukan khusus sebagai agen resmi.
Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya mendorong pemanfaatan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan bilateral, serta mendukung perjanjian kerja sama mata uang yang telah disepakati antara Indonesia dan Cina.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono, menyampaikan bahwa mekanisme terkait penyaluran renminbi telah dirancang secara matang. Semua bank devisa yang memiliki hubungan korespondensi dengan institusi perbankan di Cina dipersilakan untuk terlibat langsung dalam proses ini.
“Selama bank devisa itu memiliki koresponden di Cina dan mempunyai nasabah maka bank itu bisa langsung mengeksekusi transaksi menggunakan renminbi,” ujar Hartadi saat menyampaikan penjelasan di gedung parlemen.
Fasilitas Terbuka untuk Perdagangan yang Lebih Luas
Kebijakan ini tidak hanya memperluas ruang gerak sektor perbankan nasional, tetapi juga menandai perubahan pendekatan Bank Indonesia yang lebih terbuka dan dinamis dalam mendukung transaksi lintas negara. Tidak adanya penunjukan bank khusus sebagai agen penyalur yuan memberi sinyal kuat tentang semangat pemerataan dan pemberdayaan institusi keuangan domestik.
Dengan semua bank devisa berhak terlibat, maka persaingan sehat dapat tumbuh dan layanan terhadap nasabah semakin variatif serta efisien. Ini juga membuka peluang bagi bank kecil hingga menengah untuk berpartisipasi dalam transaksi global dengan mata uang renminbi.
Langkah ini mendukung iklim usaha dan perdagangan yang semakin kompetitif dan berorientasi internasional, khususnya bagi pelaku ekspor-impor yang menjalin hubungan dagang dengan mitra dari Tiongkok.
Memperkuat Kerja Sama Lewat Bilateral Currency Swap Arrangement
Latar belakang dari dibukanya akses ini tak lepas dari perjanjian Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) yang telah disepakati oleh Bank Indonesia dan otoritas moneter Tiongkok. Melalui kerja sama ini, kedua negara berkomitmen untuk menyediakan fasilitas pertukaran mata uang lokal senilai 100 miliar renminbi atau setara dengan US$ 15 miliar.
Tujuan utama dari BCSA adalah untuk mengurangi ketergantungan pada dolar Amerika Serikat dalam transaksi perdagangan antara Indonesia dan Cina, sekaligus memperkuat kestabilan sistem keuangan di kawasan. Dengan memanfaatkan mata uang lokal, efisiensi transaksi juga meningkat, terutama dalam hal biaya dan waktu penyelesaian pembayaran.
Hartadi menyebut bahwa kerja sama tersebut menjadi salah satu pilar penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika ekonomi global. Ketersediaan fasilitas swap ini memungkinkan dunia usaha untuk melakukan transaksi dagang secara langsung dengan mata uang lokal, tanpa harus terlebih dahulu menukarkannya ke dolar AS.
Transaksi Dagang Meningkat, Solusi Inovatif Diperkenalkan
Dalam beberapa tahun terakhir, volume perdagangan antara Indonesia dan Cina terus menunjukkan peningkatan signifikan. Hubungan dagang kedua negara berkembang pesat, terutama dalam bidang komoditas, manufaktur, dan teknologi.
Namun demikian, transaksi antar negara masih didominasi oleh penggunaan dolar AS. Padahal, penggunaan dolar dalam transaksi lintas negara sering kali menghadapi tantangan, seperti volatilitas nilai tukar dan biaya konversi yang tinggi.
Melalui inisiatif BCSA dan kebijakan terbuka Bank Indonesia, pelaku perdagangan kini memiliki opsi yang lebih efisien dan strategis. Bank devisa di Indonesia bisa langsung melakukan transaksi dalam renminbi selama memiliki hubungan koresponden dengan bank di Cina. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi sektor keuangan dan perdagangan.
Peluang untuk Bank Nasional dan Pelaku Usaha
Kebijakan ini membuka jendela kesempatan yang luas bagi bank-bank nasional untuk memperluas jangkauan bisnis internasionalnya. Dengan tidak adanya batasan berupa penunjukan resmi, bank dapat menyiapkan infrastruktur, membangun kerja sama koresponden dengan lembaga keuangan Cina, serta memberikan layanan yang lebih kompetitif kepada nasabah korporat maupun individu.
Bagi pelaku usaha, khususnya eksportir dan importir, adanya fasilitas ini berarti efisiensi dalam pengelolaan keuangan internasional. Peluang untuk menghindari fluktuasi nilai tukar dolar, serta kemungkinan biaya transaksi yang lebih rendah, menjadikan transaksi dengan Cina semakin mudah dan menguntungkan.
Mendorong Dedolarisasi Secara Bertahap
Inisiatif ini juga selaras dengan upaya global untuk mengurangi ketergantungan berlebih pada dolar AS dalam sistem keuangan dunia. Dalam jangka panjang, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara akan memperkuat posisi ekonomi domestik dan menjadikan sistem moneter lebih tahan terhadap gejolak eksternal.
Melalui kerja sama strategis ini, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan global. Bank Indonesia tampil sebagai lembaga yang responsif, tidak hanya menjaga stabilitas makroekonomi, tetapi juga membuka jalan bagi transformasi sektor keuangan menuju level yang lebih tinggi.