JAKARTA — Dunia sepak bola kerap dipandang sebagai jalur karier yang mengorbankan pendidikan. Banyak orang tua merasa khawatir ketika anaknya memutuskan mengejar mimpi di lapangan hijau. Kekhawatiran ini wajar, sebab pendidikan selama ini dianggap sebagai jalan paling aman menuju masa depan yang cerah.
Namun, ada cerita berbeda yang membalikkan anggapan tersebut. Sejumlah pesepakbola membuktikan bahwa mereka bisa bersinar di lapangan dan tetap unggul di dunia akademik. Tidak hanya sukses menggiring bola, mereka juga mampu menorehkan prestasi gemilang di bangku kuliah hingga jenjang pascasarjana.
Belajar dan Bertanding: Giorgio Chiellini
Salah satu contoh nyata datang dari Italia. Giorgio Chiellini bukan hanya dikenal sebagai benteng kokoh Juventus dan Timnas Italia, tapi juga sosok yang cerdas dan disiplin dalam pendidikan. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan status cum laude, meraih dua gelar di bidang ekonomi dan perdagangan. Tak berhenti di situ, Chiellini bahkan melanjutkan studi hingga tingkat S2 di bidang manajemen dan administrasi negara.
Kisahnya menjadi inspirasi bahwa konsistensi bisa membuka banyak pintu keberhasilan. Ia tidak sekadar menjadi juara di lapangan, tapi juga menunjukkan bahwa otak dan fisik bisa dilatih bersamaan.
Cerdas di Lapangan dan Kampus: Juan Mata
Juan Mata, gelandang Spanyol yang dikenal dengan visi bermain yang cerdas, juga tidak kalah membanggakan. Di balik kepiawaiannya memberikan umpan akurat, Mata adalah seorang mahasiswa yang tekun. Ia tercatat menempuh dua program akademik sekaligus: ilmu olahraga dan pemasaran, di Politeknik Madrid.
Gaya bermainnya yang elegan di lapangan mencerminkan kecerdasan yang juga diasah di bangku kuliah. Mata menjadi simbol bahwa pesepakbola profesional tidak hanya bisa mengandalkan insting, tetapi juga logika dan strategi yang diasah lewat pendidikan.
Frank Lampard: Jago Bola, Jago Bahasa Latin
Di Inggris, Frank Lampard adalah nama yang lekat dengan prestasi dan dedikasi. Mantan bintang Timnas Inggris ini sejak muda sudah menunjukkan ketertarikan kuat pada pendidikan. Ia menempuh pendidikan di Brentwood School dan dikenal sebagai siswa unggulan.
Salah satu hal yang menonjol adalah kemampuannya dalam bahasa Latin, yang bahkan memberinya nilai A. Kemampuannya itu menjadi bukti bahwa pemain sepak bola juga bisa menjadi akademisi dengan prestasi luar biasa.
Boaz Solossa: Ilmu dan Prestasi dari Papua
Dari dalam negeri, Boaz Solossa menjadi contoh nyata bahwa mimpi di dunia olahraga dan pendidikan bisa diwujudkan bersamaan. Striker legendaris Timnas Indonesia ini tidak hanya dikenal karena gol-gol indahnya di lapangan, tetapi juga karena pencapaiannya di dunia akademik.
Boaz meraih gelar Magister Sains (MSi) dari Universitas Cendrawasih, Jayapura, pada 2022. Gelar tersebut memperkuat pencapaian lain yang ia raih di lapangan, termasuk penghargaan sebagai pemain terbaik di kompetisi Indonesia pada tahun 2009, 2011, dan 2013. Prestasi ini menunjukkan bahwa pendidikan tetap bisa dijalani, meski karier di sepak bola telah menuntut fokus penuh.
Ali Baba: Dosen yang Tetap Setia pada Sepak Bola
Satu lagi kisah inspiratif datang dari Makassar. Ali Baba, mantan gelandang bertahan PSM Makassar, menunjukkan bahwa sepak bola dan dunia pendidikan tidak harus berjalan berseberangan. Meski tidak terlalu menonjol di tim nasional, dedikasinya pada klub dan pendidikan membuahkan hasil luar biasa.
Ali Baba tidak hanya mengabdi pada sepak bola, tetapi juga dunia pendidikan. Ia menjadi dosen di sejumlah kampus di Makassar dan menyandang gelar doktor Ilmu Manajemen Pasca Sarjana dari UMI Makassar. Sosoknya adalah bukti bahwa kontribusi pemain bola bisa melampaui stadion dan masuk ke ruang kelas, mendidik generasi baru.
Sepak Bola, Ilmu, dan Harapan Masa Depan
Lima nama tersebut hanyalah sebagian kecil dari deretan pesepakbola yang berhasil menyeimbangkan karier dan pendidikan. Masih banyak nama lain yang juga menunjukkan dedikasi serupa. Mereka membuktikan bahwa berlatih keras di lapangan tidak serta-merta menutup peluang untuk berprestasi di ruang kuliah.
Mereka adalah teladan bagi generasi muda, bahwa mimpi untuk menjadi atlet tidak harus mengorbankan pendidikan. Justru, ketika ilmu dan disiplin di dunia akademik bertemu dengan semangat di dunia olahraga, hasilnya bisa menciptakan individu yang lengkap dan berpengaruh.
Kisah-kisah seperti ini layak menjadi sorotan karena memberikan harapan baru. Sepak bola bukan hanya tentang menang dan kalah di lapangan, tapi juga tentang bagaimana membentuk karakter, mental, dan visi hidup. Dengan pendidikan, pemain bisa memiliki bekal lebih setelah masa aktif mereka di lapangan usai.
Sebagai orang tua, penting untuk melihat potensi anak-anak dengan lebih terbuka. Tidak semua perjalanan harus mengikuti pola yang sama. Mungkin anak-anak kita punya bakat di bidang olahraga, dan itu tidak berarti mereka akan gagal dalam pendidikan. Dengan bimbingan yang tepat, semangat yang kuat, serta teladan dari para pemain seperti Chiellini, Mata, Lampard, Boaz, dan Ali Baba, masa depan mereka justru bisa lebih berwarna.