Bank Indonesia

Bank Indonesia Perkuat Ketahanan Eksternal

Bank Indonesia Perkuat Ketahanan Eksternal
Bank Indonesia Perkuat Ketahanan Eksternal

JAKARTA - Di tengah pergerakan pasar keuangan global yang dinamis, Bank Indonesia kembali menunjukkan perannya dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Salah satu indikator yang mencerminkan kondisi tersebut adalah pergerakan aliran modal asing yang terjadi pada pekan kedua bulan Juli 2025.

Berdasarkan laporan terbaru, Bank Indonesia mencatat terjadinya aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik yang mencapai angka Rp 7,90 triliun. Angka ini merupakan hasil pantauan yang memperlihatkan adanya penyesuaian oleh investor nonresiden terhadap kondisi pasar yang sedang berlangsung.

Secara lebih rinci, aliran dana keluar tersebut terdiri atas Rp 5,41 triliun dari instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta Rp 2,34 triliun dari transaksi di pasar saham. Selain itu, terdapat pula outflow sebesar Rp 160 miliar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Hal ini disampaikan oleh Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, dalam keterangan resmi yang dikeluarkan. Ia menegaskan bahwa data yang dipublikasikan merupakan hasil monitoring Bank Indonesia terhadap arus transaksi di pasar keuangan domestik yang terjadi selama pekan tersebut.

Meskipun terjadi capital outflow, Bank Indonesia menilai kondisi risiko investasi tetap berada pada level yang terjaga. Hal ini terlihat dari premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun yang tercatat stabil pada angka 73,03 basis poin (bps). Angka ini tidak berbeda jauh dibandingkan posisi yang sebesar 73,74 bps, menandakan persepsi risiko Indonesia masih positif di mata investor global.

Kestabilan premi CDS tersebut menjadi sinyal bahwa meskipun terjadi tekanan dari sisi aliran modal, namun persepsi pelaku pasar terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik. Hal ini menjadi cerminan atas upaya berbagai pihak, khususnya Bank Indonesia, dalam menjaga kredibilitas dan kepercayaan terhadap perekonomian nasional.

Sementara itu, jika ditinjau secara kumulatif sepanjang tahun 2025, tercatat bahwa investor nonresiden telah melakukan jual neto sebesar Rp 56,24 triliun di pasar saham. Selain itu, di instrumen SRBI, juga terdapat pelepasan dana sebesar Rp 35,08 triliun. Namun demikian, terdapat pula sisi positif dari aktivitas pasar yakni pembelian bersih (beli neto) oleh nonresiden di pasar SBN yang mencapai angka Rp 59,27 triliun.

Angka-angka tersebut mencerminkan dinamika pasar yang wajar dalam sistem keuangan terbuka, di mana aliran modal sangat dipengaruhi oleh faktor global maupun domestik. Pergerakan dana asing yang masuk dan keluar merupakan bagian dari siklus ekonomi dan menjadi bahan pertimbangan penting dalam pengambilan kebijakan moneter dan fiskal.

Menghadapi situasi ini, Bank Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung penguatan ketahanan eksternal. Denny menyampaikan bahwa lembaga otoritas moneter ini akan terus menjalin koordinasi erat dengan Pemerintah serta otoritas terkait lainnya untuk menyinergikan berbagai kebijakan strategis.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” tegas Denny.

Strategi bauran kebijakan yang dimaksud mencakup berbagai aspek seperti kebijakan suku bunga, stabilisasi nilai tukar rupiah, intervensi di pasar valuta asing, serta langkah-langkah dalam pengelolaan likuiditas di sektor perbankan. Semuanya dilakukan secara terukur dan adaptif terhadap perkembangan global maupun domestik.

Peran aktif Bank Indonesia juga terlihat dari berbagai upaya komunikasi yang dilakukan untuk menjaga ekspektasi pasar tetap terarah. Dalam kondisi seperti ini, kejelasan informasi dan transparansi menjadi kunci penting dalam menciptakan stabilitas pasar yang berkelanjutan.

Di sisi lain, penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dengan lembaga-lembaga lain seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), juga menjadi fondasi dalam menjaga soliditas kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Melalui sinergi yang terus diperkuat, Bank Indonesia memastikan bahwa setiap langkah kebijakan yang diambil bukan hanya bertujuan jangka pendek, melainkan juga memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Penting pula dicatat bahwa fenomena aliran modal keluar yang terjadi selama satu pekan tersebut bukanlah indikasi pelemahan, melainkan bagian dari fluktuasi alami pasar keuangan. Sebagai negara dengan sistem keuangan terbuka, Indonesia senantiasa terhubung dengan dinamika global, termasuk perubahan arah kebijakan moneter di negara maju maupun sentimen geopolitik internasional.

Dengan komitmen kuat dan pengelolaan yang hati-hati, Bank Indonesia terus menjalankan tugasnya sebagai penjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan. Dalam situasi penuh tantangan seperti saat ini, langkah-langkah preventif dan responsif dari otoritas moneter menjadi sangat krusial bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index