Kesehatan

Kesehatan Santri Masa Depan Cerah

Kesehatan Santri Masa Depan Cerah
Kesehatan Santri Masa Depan Cerah

JAKARTA - Lingkungan pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu dan membentuk akhlak, tetapi juga menjadi ladang subur dalam upaya menciptakan generasi sehat dan berkualitas. Hal inilah yang tampak nyata dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis bagi ratusan santri putri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang berlangsung penuh antusias.

Diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), kegiatan ini menjangkau setidaknya 500 santri dari berbagai usia. Beragam layanan kesehatan diberikan, mulai dari pemeriksaan mata, telinga, tekanan darah, hingga kesehatan jiwa. Tak hanya itu, tes kebugaran juga disediakan bagi remaja usia 13 hingga 15 tahun.

Sekitar 100 tenaga medis dari sembilan puskesmas di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kota Kediri dilibatkan dalam kegiatan ini. Kehadiran mereka memastikan layanan yang diberikan berjalan optimal dan menjangkau seluruh peserta.

Menko PMK Prof. Dr. Pratikno menyampaikan bahwa menjaga kesehatan memiliki peran sentral dalam memperkuat sumber daya manusia di lingkungan pesantren. Ia menegaskan bahwa kecerdasan dan akhlak saja tidak cukup jika tidak disertai tubuh yang sehat.

“Santri harus cerdas dan berakhlak mulia, tapi juga wajib sehat. Kalau pintar tapi sakit, tidak akan maksimal kontribusinya,” kata Pratikno dalam keterangannya di lokasi kegiatan.

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya aspek sanitasi, air bersih, dan gizi yang baik dalam mendukung keberlanjutan hidup sehat di lingkungan pesantren. Menurutnya, perhatian terhadap faktor-faktor dasar ini menjadi fondasi kuat bagi kemajuan generasi mendatang.

Semangat yang sama turut disuarakan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi. Ia memuji atmosfer pembelajaran yang tumbuh di pesantren, yang dinilainya sarat dengan nilai keprihatinan, kemandirian, dan spiritualitas yang tinggi.

“Nilai-nilai keprihatinan dan kemandirian yang tumbuh di pesantren akan menjadi bekal kuat menghadapi tantangan global,” ujarnya. Arifatul juga mengapresiasi lingkungan Pondok Lirboyo sebagai tempat strategis dalam menyiapkan generasi emas Indonesia 2045.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang juga hadir, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk investasi jangka panjang. Ia meyakini bahwa sinergi antara pemerintah dan pesantren sangat penting untuk membangun masa depan bangsa.

“Ini bentuk investasi jangka panjang. Dampaknya mungkin tidak langsung terlihat, tapi akan sangat besar nanti,” jelas Emil. Ia menambahkan bahwa Jawa Timur saat ini menjadi provinsi dengan peringkat kedua secara nasional dalam hal penyediaan layanan kesehatan gratis.

Dalam kesempatan yang sama, Emil juga memaparkan sejumlah program pemerintah provinsi yang mendukung keberlangsungan pesantren, seperti BOSDA Madin, LPPD, dan BPOPP. Program-program tersebut difokuskan pada peningkatan mutu pendidikan serta kesejahteraan di lingkungan pesantren.

Dukungan dari berbagai pihak ini disambut hangat oleh para pimpinan pondok pesantren. KH An’im Falahuddin Mahrus, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, mengungkapkan bahwa jumlah santri mukim saat ini mencapai 16 ribu orang, dan jika digabung dengan cabang di berbagai daerah, termasuk di Ibu Kota Nusantara, totalnya mencapai 40 ribu santri.

Ia menyampaikan harapannya agar pemerintah semakin memperkuat dukungan terhadap dunia pesantren, termasuk dalam hal pengakuan ijazah Ma’had Aly dan rencana pembangunan rumah sakit pesantren.

“Ilmu tanpa akhlak bisa menyesatkan. Tapi akhlak yang memandu ilmu akan melahirkan pribadi yang bermanfaat,” ujar KH An’im.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan ini bukan hanya menjadi ajang deteksi dini dan pencegahan penyakit, tetapi juga simbol perhatian negara terhadap kesehatan para santri sebagai bagian penting dari pembangunan sumber daya manusia nasional.

Antusiasme yang ditunjukkan oleh para santri selama kegiatan berlangsung menegaskan bahwa edukasi kesehatan dapat diterima dengan baik jika dikemas dalam pendekatan yang sesuai dengan karakter lingkungan pendidikan pesantren. Kegiatan ini menjadi contoh nyata bagaimana aspek kesehatan dapat terintegrasi dengan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan karakter.

Kesehatan fisik, mental, dan lingkungan yang mendukung, akan melengkapi modal intelektual dan spiritual yang diperoleh para santri selama menimba ilmu di pesantren. Dengan sinergi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, daerah, maupun pengasuh pesantren, harapan mewujudkan generasi emas Indonesia bukanlah sekadar mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan yang dirajut sejak hari ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index