Korea

Korea Tunjukkan Semangat Belajar Lewat Cerita Xaviera

Korea Tunjukkan Semangat Belajar Lewat Cerita Xaviera
Korea Tunjukkan Semangat Belajar Lewat Cerita Xaviera

JAKARTA - Ketika banyak siswa di berbagai negara tengah mempersiapkan diri menyambut tahun ajaran baru, cerita tentang sistem pendidikan di Korea Selatan menjadi sorotan menarik. Tidak hanya dikenal dengan budaya populer dan teknologi canggih, Korea juga memiliki pendekatan pendidikan yang berbeda dan unik, terutama di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Salah satu yang pernah merasakan langsung bagaimana belajar di Korea adalah Xaviera Putri Ardianingsih Listyo. Melalui berbagai platform kreatif seperti YouTube, podcast, dan media sosial, Xaviera membagikan kisahnya menempuh pendidikan di negeri ginseng, sekaligus membuka wawasan banyak orang tentang bagaimana siswa Korea menjalani kesehariannya di sekolah.

Xaviera sendiri merupakan seorang content creator, penulis, Youtuber, serta salah satu peserta dari ajang Clash of Champions yang diadakan oleh Ruangguru musim pertama. Dengan latar belakang sebagai pelajar internasional, ia sempat bersekolah di Korea Science Academy of KAIST, sebuah SMA khusus yang berada di bawah naungan kampus ternama Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST). KAIST sendiri dikenal sebagai salah satu institusi pendidikan teknologi terbaik, tidak hanya di Korea Selatan, tetapi juga di dunia.

Dalam sebuah podcast bersama Raditya Dika, Xaviera dengan lugas dan semangat menceritakan pengalamannya selama bersekolah di sana. Salah satu hal yang paling membekas baginya adalah budaya belajar yang sangat kompetitif di Korea Selatan, yang begitu terasa bahkan sejak masa anak-anak.

Menurut Xaviera, banyak siswa Korea sudah terbiasa mengikuti pelajaran tambahan di luar sekolah formal sejak usia dini. Ini menjadi bagian dari budaya pendidikan yang disebut hagwon semacam lembaga bimbingan belajar yang sangat populer di sana.

“Di Korea itu ada culture yang namanya hagwon. Hagwon itu kayak sekolah kedua. Jadi kamu selesai sekolah biasa, langsung ke situ sampai malam,” jelas Xaviera.

Pengalaman hari pertama di sekolah pun menjadi momen yang mengejutkan. Xaviera mengaku sempat kesulitan karena mayoritas siswa Korea tampak sangat cepat memahami pelajaran, jauh berbeda dengan kebiasaannya selama bersekolah di Indonesia. Ia menyadari bahwa persiapan akademik yang matang dan kebiasaan belajar sejak kecil telah membuat siswa di sana berada satu atau dua langkah lebih maju.

Hal ini menggambarkan betapa seriusnya pendekatan Korea Selatan terhadap pendidikan. Orang tua di negara itu, kata Xaviera, kerap memberikan dukungan besar pada anak-anak mereka, terutama dalam hal pendidikan tambahan. Dari Taman Kanak-Kanak hingga tingkat SMA, bimbingan belajar menjadi hal umum yang diberikan untuk menunjang prestasi akademik.

“Anak-anak di sana terbiasa belajar dari pagi sampai malam. Bahkan ada yang sampai tidur di hagwon,” ujar Xaviera sambil tersenyum.

Meski begitu, Xaviera tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang negatif. Justru ia merasa beruntung bisa menyaksikan secara langsung bagaimana dedikasi tinggi terhadap pendidikan mampu membentuk karakter dan ketekunan pada siswa-siswi Korea. Ia pun mengambil banyak pelajaran berharga dari pengalaman tersebut, termasuk soal manajemen waktu, kedisiplinan, serta pentingnya ketekunan dalam mencapai tujuan akademik.

Pengalaman belajar di Korea Selatan juga memberinya inspirasi untuk terus berkarya di bidang pendidikan dan konten kreatif. Ia kini aktif menyuarakan berbagai isu seputar pendidikan dan motivasi belajar melalui konten-konten positif di media sosial. Dengan latar belakang sebagai pelajar internasional, ia berharap bisa memberikan pandangan yang lebih luas kepada pelajar di Indonesia tentang pentingnya memiliki semangat belajar yang tinggi, tanpa harus merasa terbebani.

“Setiap negara punya cara masing-masing dalam mendidik generasi mudanya. Yang penting kita bisa ambil sisi positifnya dan menyesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri,” tambah Xaviera.

Momen menjelang tahun ajaran baru menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan kembali sistem belajar yang dijalani, baik oleh siswa maupun orang tua. Perbandingan dengan negara lain seperti Korea Selatan bukan untuk menghakimi, melainkan sebagai sarana inspirasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di dalam negeri.

Pengalaman Xaviera menunjukkan bahwa globalisasi dalam pendidikan tidak hanya soal pertukaran pelajar atau kurikulum internasional, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memahami dan menghargai perbedaan budaya belajar. Ia meyakini bahwa sistem pendidikan terbaik adalah yang mampu membentuk generasi muda menjadi pembelajar sepanjang hayat, bukan semata-mata pencetak nilai tinggi.

Sebagai penutup, Xaviera menekankan bahwa semangat belajar bukan soal tempat atau sistem, melainkan tentang keinginan untuk berkembang. “Selama ada niat dan usaha, siapa pun bisa jadi pelajar yang hebat, di mana pun berada,” tuturnya dengan penuh keyakinan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index