Dokter

Rahasia Dokter Bikin Anak Nyaman

Rahasia Dokter Bikin Anak Nyaman
Rahasia Dokter Bikin Anak Nyaman

JAKARTA - Membawa anak ke dokter gigi sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Bukan karena sulitnya mencari waktu atau tempat praktik, tetapi karena ketakutan dan kecemasan yang kerap muncul dari si kecil saat mendengar kata "dokter gigi".

Namun, rasa takut itu bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Menurut drg. Meuthia Zamzami, kuncinya ada pada bagaimana orang tua memperkenalkan pengalaman tersebut. “Anak-anak biasanya takut karena belum tahu apa yang akan mereka alami di ruang praktik. Maka yang paling penting adalah menciptakan kesan pertama yang menyenangkan,” ujarnya saat ditemui di kliniknya di Jl Bandung, Malang.

Menurut drg. Meuthia, orang tua memiliki peran penting dalam menciptakan suasana positif seputar kunjungan ke dokter gigi. Semakin dini anak dikenalkan, semakin kecil kemungkinan mereka merasa cemas atau trauma.

“Idealnya, anak dibawa ke dokter gigi sejak gigi pertama tumbuh. Ini bukan hanya untuk pemeriksaan, tapi juga untuk mengenalkan suasana klinik secara positif,” jelasnya.

Banyak orang tua baru membawa anak mereka ke dokter saat gigi sudah berlubang atau terasa sakit. Padahal, momen terbaik adalah ketika anak belum mengalami masalah sama sekali. Hal ini memungkinkan anak melihat kunjungan tersebut sebagai pengalaman biasa, bukan sesuatu yang menakutkan.

Untuk membantu menciptakan suasana positif itu, drg. Meuthia memberikan beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan di rumah sebelum anak dibawa ke klinik.

Pertama, gunakan bahasa yang menyenangkan. Hindari kata-kata yang bisa menimbulkan ketakutan seperti "dicabut", "disuntik", atau "sakit". Sebaliknya, gunakan kalimat positif seperti “dokter mau cek gigi kamu biar makin sehat”.

Kedua, orang tua bisa melakukan permainan peran di rumah. Bermain pura-pura menjadi dokter dan pasien dapat membantu anak memahami proses pemeriksaan gigi dan membuat mereka lebih familiar dengan suasananya.

“Anak akan merasa lebih nyaman jika mereka tahu apa yang akan terjadi. Permainan ini bisa menjadi sarana edukasi yang menyenangkan,” ujar drg. Meuthia.

Ketiga, memilih klinik yang ramah anak juga menjadi poin penting. Suasana ruang tunggu dan ruang praktik dengan warna cerah, mainan, atau hiasan menarik bisa membantu menenangkan anak. Selain itu, dokter yang komunikatif dan sabar juga sangat membantu mencairkan suasana.

“Kalau anak merasa disambut dengan hangat dan diajak ngobrol ringan dulu sebelum diperiksa, biasanya mereka akan lebih rileks,” tuturnya.

Keempat, teladan dari orang tua sangat menentukan. Sikap orang tua saat berada di klinik dapat langsung terbaca oleh anak. “Kalau orang tuanya tenang dan tidak menunjukkan ketakutan, anak juga akan merasa aman,” tambah drg. Meuthia.

Kelima, jangan lupakan penghargaan kecil. Setelah selesai diperiksa, beri pujian atau hadiah kecil seperti stiker, mainan mini, atau makanan favorit yang sehat. Ini bisa menjadi penguat positif agar anak tidak trauma dan bahkan menantikan kunjungan berikutnya.

Lebih lanjut, drg. Meuthia juga menekankan agar orang tua tidak menjadikan dokter gigi sebagai sosok menakutkan atau ancaman untuk mendisiplinkan anak. Kalimat seperti “kalau nakal disuntik dokter” sebaiknya dihindari. “Itu justru memperparah rasa takut mereka,” tegasnya.

Sebagai profesional di bidang kesehatan gigi anak, ia berharap para orang tua mulai menyadari bahwa pendekatan yang lembut, penuh dukungan, dan edukatif jauh lebih efektif untuk menjaga kesehatan gigi anak daripada menakut-nakuti mereka.

Pentingnya perawatan gigi sejak dini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kesehatan gigi yang baik bukan hanya soal penampilan, tapi juga berdampak langsung pada fungsi makan, bicara, hingga kepercayaan diri anak.

Anak-anak yang rutin memeriksakan giginya sejak dini juga cenderung lebih sadar menjaga kebersihan mulut. Mereka tidak hanya lebih paham tentang pentingnya menyikat gigi, tetapi juga lebih kooperatif dalam menjalani perawatan jika suatu hari diperlukan.

“Dokter gigi bukan tempat yang menyeramkan. Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa tumbuh dengan gigi sehat dan bebas trauma,” pungkas drg. Meuthia.

Dengan membangun kebiasaan yang baik sejak kecil, orang tua turut berkontribusi dalam menciptakan generasi yang tidak takut dokter, tetapi justru menghargai pentingnya menjaga kesehatan. Karena ketika dokter gigi bukan lagi menjadi momok, anak-anak pun akan lebih siap tumbuh sehat dengan senyum ceria yang terawat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index