JAKARTA - Maraknya turnamen sepak bola lokal di Kabupaten Sintang menjadi bukti nyata antusiasme masyarakat terhadap olahraga ini. Namun, semangat tersebut perlu diimbangi dengan perangkat pertandingan yang profesional, khususnya wasit. Menjawab kebutuhan tersebut, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Sintang menggelar Pelatihan Wasit Sepak Bola C3 bagi 35 peserta dari 14 kecamatan.
Kegiatan ini dilaksanakan selama enam hari, sejak 7 hingga 12 Juli 2025, di Aula Hotel Cika, Sintang. Disporapar bekerja sama dengan Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Sintang dan menghadirkan dua instruktur berpengalaman dari PSSI Pusat. Para peserta dibekali materi teknis dan etik kepemimpinan pertandingan demi mencetak wasit-wasit bersertifikat yang mampu menjalankan tugasnya secara profesional di lapangan.
Purwanto, perwakilan dari Disporapar Sintang, menyampaikan bahwa pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kualitas serta integritas wasit lokal. Ia menekankan pentingnya keberadaan wasit yang mumpuni untuk memastikan jalannya pertandingan berlangsung secara sportif dan berimbang.
“Kegiatan ini kami laksanakan untuk meningkatkan kualitas wasit sepak bola di Kabupaten Sintang. Dengan memiliki wasit yang profesional, pertandingan yang diselenggarakan pun akan semakin berkualitas,” ujar Purwanto.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini bukan satu-satunya upaya pengembangan SDM di bidang olahraga yang akan dilakukan oleh pihaknya. Ke depan, penguatan kompetensi akan diperluas ke sektor pelatih dan juri di berbagai cabang olahraga.
“Ke depan, kita tidak hanya fokus pada wasit, tapi juga akan memperkuat pelatih dan juri di semua cabang olahraga,” imbuhnya.
Pelatihan ini juga disambut antusias oleh Askab PSSI Sintang. Menurut Eko Bambang Hartowo, perwakilan dari Askab, momentum pelatihan ini sangat tepat. Ia melihat lonjakan aktivitas kompetisi sepak bola di berbagai desa dan kecamatan menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI sebagai momen penting yang membutuhkan kehadiran wasit profesional.
“Turnamen lokal di Sintang sangat hidup, apalagi menjelang Agustusan. Maka dari itu, kehadiran wasit bersertifikat sangat dibutuhkan,” kata Eko.
Lebih lanjut, ia berharap peserta pelatihan tidak sekadar hadir secara fisik, tetapi benar-benar menyerap dan memahami seluruh materi yang diajarkan oleh para instruktur dari PSSI. Pasalnya, para wasit inilah yang akan menjadi rujukan utama panitia pertandingan di wilayah masing-masing.
“Ilmu yang diberikan harus dikuasai dan diterapkan secara profesional, karena mereka akan menjadi rujukan panitia di berbagai pertandingan,” tegasnya.
Kebutuhan akan wasit bersertifikat tak hanya mendesak dari sisi jumlah, tetapi juga kualitas. Diharapkan, para wasit yang telah mengikuti pelatihan ini akan menjadi garda terdepan dalam menciptakan suasana kompetisi yang adil dan penuh sportivitas.
Bukan hanya sekadar pelengkap pertandingan, kehadiran wasit yang berkompeten dapat mencegah konflik antar tim, menghindari keputusan sepihak, serta menjaga semangat fair play yang menjadi esensi dari olahraga itu sendiri. Karena itu, Disporapar dan Askab PSSI Sintang tak ingin setengah hati dalam pelaksanaan pelatihan ini.
Secara teknis, pelatihan berlangsung intensif dengan menggabungkan materi teori dan praktik di lapangan. Instruktur dari PSSI memberikan pemahaman mengenai peraturan permainan terbaru, simulasi kepemimpinan pertandingan, hingga studi kasus situasi lapangan yang kompleks.
Selama enam hari, peserta dituntut aktif berpartisipasi, menyimak secara saksama, dan menunjukkan keseriusan mengikuti pelatihan. Bagi peserta yang dinyatakan lulus, akan diberikan sertifikat resmi dari PSSI sebagai pengakuan atas kompetensi mereka.
Pelatihan ini diharapkan tidak berhenti sebagai agenda tahunan semata, tetapi menjadi langkah awal dalam menciptakan sistem regenerasi wasit sepak bola di Kabupaten Sintang. Dengan pelatihan yang rutin dan pembinaan berkelanjutan, potensi para wasit lokal diyakini akan berkembang lebih jauh.
Langkah ini sekaligus menjadi bentuk nyata dari komitmen pemerintah daerah dalam mendukung ekosistem sepak bola yang sehat. Sebab, keberhasilan sebuah pertandingan tidak hanya ditentukan oleh para pemain, tetapi juga oleh kualitas perangkat pertandingan seperti wasit, pelatih, hingga panitia penyelenggara.
Di tengah meningkatnya euforia sepak bola lokal, peningkatan kapasitas SDM menjadi keharusan. Dalam konteks ini, peran pemerintah daerah melalui Disporapar dan sinergi dengan Askab PSSI menjadi kunci penting untuk menciptakan ekosistem kompetisi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Melalui pelatihan ini, harapannya adalah terbentuk wasit-wasit lokal yang tidak hanya memiliki sertifikat, tetapi juga berintegritas, berwibawa, dan mampu menjadi pengadil yang adil dalam setiap pertandingan yang mereka pimpin. Dengan demikian, kemajuan sepak bola di Sintang bisa terus melaju, tidak hanya dari sisi jumlah kompetisi, tetapi juga kualitas penyelenggaraannya.