JAKARTA - Di tengah tekanan ekonomi global dan penurunan daya beli masyarakat, sejumlah pelaku usaha kecil hingga menengah terus beradaptasi agar tetap bisa bertahan. Salah satunya adalah selebgram sekaligus pengusaha muda, Dewi Lin, yang membagikan pengalaman dan strateginya dalam menghadapi tantangan finansial yang semakin kompleks.
Melemahnya daya beli masyarakat berdampak langsung pada sektor perdagangan, baik barang maupun jasa. Namun, bagi Dewi Lin, situasi ini bukan alasan untuk menyerah, melainkan momentum untuk memperkuat loyalitas pelanggan dan menjaga stabilitas usaha melalui pendekatan yang lebih humanis.
“Dalam berbisnis, saya tidak hanya fokus mencari keuntungan besar. Kepuasan pelanggan jauh lebih penting. Karena itu, saya sering memberikan diskon atau potongan harga, terutama saat daya beli masyarakat sedang lesu. Kebahagiaan pelanggan adalah kebahagiaan saya juga,” ungkap Dewi Lin saat berbincang dengan awak media.
Langkah tersebut bukan tanpa risiko. Namun Dewi Lin menilai bahwa strategi jangka panjang akan lebih berdampak dibandingkan mengejar laba instan. Menurutnya, pendekatan empatik terhadap pelanggan justru menjadi nilai lebih yang membedakan bisnisnya di tengah persaingan.
Tak hanya itu, selebgram cantik ini juga membagikan tips pengelolaan keuangan pribadi yang bisa diterapkan siapa pun, terutama di masa sulit seperti sekarang. Dewi Lin menggunakan metode sederhana namun disiplin dalam mengatur finansialnya sehari-hari.
“Saya menggunakan sistem 25 persen untuk menabung, 10 persen untuk amal, 25 persen untuk investasi dan dana darurat, serta 50 persen untuk kebutuhan harian. Yang terpenting, potongan untuk tabungan harus dilakukan di awal bulan, bukan di akhir,” jelasnya.
Metode ini terbukti membantu dirinya tetap memiliki cadangan keuangan yang sehat dan tidak kewalahan saat menghadapi kebutuhan mendadak. Ia menyarankan agar siapa pun yang memiliki penghasilan tetap, sekecil apa pun, mulai menerapkan pembagian alokasi tersebut agar keuangan lebih terkendali.
Sebagai pengusaha muda yang bergerak di sektor perdagangan dan jasa, Dewi Lin juga menekankan pentingnya konsistensi dalam memberikan pelayanan terbaik. Menurutnya, layanan yang optimal dan sesuai kebutuhan pelanggan adalah modal utama untuk mempertahankan bisnis, bahkan saat situasi ekonomi sedang tidak bersahabat.
“Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik, bukan hanya dari sisi produk, tapi juga pelayanan. Komunikasi yang responsif, pengiriman tepat waktu, dan perhatian pada detail menjadi prioritas saya. Saya ingin setiap pelanggan merasa diperlakukan secara personal, bukan sekadar pembeli,” katanya.
Dewi Lin juga rajin menyusun strategi promosi yang tidak hanya menarik, tetapi juga disesuaikan dengan tren pasar. Ia mengakui bahwa promosi yang tepat waktu dan kreatif mampu menjadi solusi ampuh menjaga keberlangsungan bisnis di masa sulit. Tidak jarang ia merancang penawaran bundling, flash sale, hingga program loyalitas pelanggan demi menjaga ketertarikan pasar.
Lebih lanjut, Dewi Lin yang juga seorang ibu rumah tangga, mengajak para perempuan, khususnya para ibu, untuk tidak takut belajar soal instrumen finansial. Ia menyarankan agar kaum ibu mulai memahami investasi sederhana yang bisa dikelola sembari mengurus rumah tangga.
“Saya selalu mendorong ibu rumah tangga untuk belajar tentang saham. Tapi kalau itu terasa sulit, bisa mulai dari reksadana atau menabung emas. Kedua instrumen ini bisa dipantau sambil tetap menjalankan peran di rumah. Yang penting, jangan sampai buta finansial,” ujarnya.
Menurutnya, literasi finansial sangat penting, bukan hanya untuk kalangan profesional, tetapi juga untuk ibu rumah tangga yang memiliki peran strategis dalam mengelola keuangan keluarga. Dengan pemahaman yang baik tentang produk keuangan, mereka bisa lebih bijak dalam merencanakan masa depan.
Dalam situasi ekonomi global yang penuh tantangan, Dewi Lin membuktikan bahwa dengan kedisiplinan, empati, dan kreativitas, bisnis tetap bisa berkembang. Ia meyakini bahwa pelaku usaha harus fleksibel dan terus belajar agar tidak tertinggal.
“Ekonomi bisa naik turun, tapi mental dan semangat jangan ikut goyah. Kita harus adaptif, kreatif, dan tetap fokus pada pelayanan terbaik. Jangan hanya memikirkan keuntungan, tapi pikirkan bagaimana kita bisa memberi nilai tambah pada konsumen,” tuturnya.
Perjalanan Dewi Lin sebagai selebgram yang terjun ke dunia usaha sekaligus ibu rumah tangga menunjukkan bahwa kemampuan mengelola keuangan dan membangun bisnis tidak harus berasal dari latar belakang ekonomi formal. Yang dibutuhkan adalah komitmen, keinginan belajar, dan kemauan untuk mendengarkan kebutuhan pasar.
Dalam penutupnya, Dewi Lin menyampaikan harapannya agar semakin banyak generasi muda dan perempuan Indonesia yang berani terjun ke dunia usaha serta membekali diri dengan literasi finansial yang memadai. “Saya yakin, dengan pengelolaan keuangan yang tepat dan pendekatan yang penuh kepedulian, kita semua bisa bertahan bahkan berkembang di masa sulit,” pungkasnya.