Penyebab eritrosit rendah penting diketahui karena eritrosit adalah sel darah merah terbanyak dalam tubuh manusia dan hewan.
Sel darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan tempat pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida. Eritrosit memiliki bentuk seperti kepingan yang mengandung hemoglobin, zat penting untuk mengikat oksigen.
Namun, terkadang jumlah eritrosit dalam darah dapat menurun, yang jika tidak ditangani, bisa berdampak negatif pada kesehatan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan kadar eritrosit menjadi rendah agar dapat mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul.
Penjelasan lengkap mengenai penyebab eritrosit rendah, dampaknya, serta langkah-langkah penanganannya akan diuraikan secara rinci dalam artikel ini.
Pengertian Eritrosit
Eritrosit merupakan kepingan darah berbentuk bulat dengan cekungan di tengah, menyerupai donat. Proses pembentukannya terjadi di sumsum tulang melalui mekanisme yang disebut erythropoiesis.
Bentuknya sangat lentur sehingga dapat menyesuaikan diri saat melewati pembuluh darah kecil, memungkinkan eritrosit untuk bergerak cepat dan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Di dalam eritrosit terdapat hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen, membentuk struktur bulatan pada kepingan darah, dan memberi warna merah pada darah.
Selain itu, sel darah merah juga berperan dalam pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang berlangsung di paru-paru saat proses pernapasan.
Eritrosit bertugas membawa hemoglobin dan oksigen dari paru-paru menuju jaringan tubuh.
Jika hemoglobin terlepas ke dalam plasma, sekitar tiga persen dapat bocor melalui membran kapiler ke ruang jaringan atau melalui membran glomerulus di ginjal, kemudian masuk kembali ke filtrat glomerulus setiap kali darah melewati kapiler.
Oleh karena itu, agar hemoglobin tetap berada dalam darah, hemoglobin harus tetap terkandung dalam eritrosit.
Rasio volume sel darah merah terhadap total volume darah disebut hematokrit. Umur eritrosit biasanya sekitar empat bulan atau 120 hari.
Selama periode tersebut, tubuh secara terus-menerus memproduksi dan mengganti eritrosit yang lama dengan yang baru. Sel darah yang belum matang disebut retikulosit, jumlahnya biasanya mencapai sekitar satu sampai dua persen dari total eritrosit.
Fungsi Eritrosit pada Tubuh
Peran utama eritrosit dalam tubuh adalah mengangkut oksigen serta menjadi tempat terjadinya pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Selain itu, eritrosit juga melepaskan ATP yang berfungsi untuk membuat dinding jaringan rileks dan melebar.
Saat hemoglobin mengalami deoksigenasi, eritrosit melepaskan senyawa S-nitrosothiol yang membantu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke area tubuh yang kekurangan oksigen.
Selain fungsi tersebut, eritrosit juga berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh.
Ketika sel darah merah dihancurkan oleh patogen atau bakteri, hemoglobin yang terkandung di dalamnya melepaskan radikal bebas yang dapat merusak dinding serta membran sel patogen tersebut.
Batas Normal Eritrosit dalam Tubuh Manusia
Kadar eritrosit setiap individu bisa berbeda-beda, yang biasanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Berikut adalah rentang kadar eritrosit normal dalam tubuh berdasarkan usia dan jenis kelamin:
- Bayi baru lahir: 4,8-7,1 juta sel per mikroliter
- Bayi usia 2-8 minggu: 4-6 juta sel per mikroliter
- Bayi usia 2-6 bulan: 3,5-5,5 juta sel per mikroliter
- Bayi usia 6-12 bulan: 4,5-5,2 juta sel per mikroliter
- Anak usia 1-18 tahun: 4-5,5 juta sel per mikroliter
- Pria dewasa: 4,7-6,1 juta sel per mikroliter
- Wanita dewasa: 4,2-5,4 juta sel per mikroliter
Cara Meningkatkan Eritrosit
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kadar eritrosit dalam tubuh dan mencegah kondisi eritrosit rendah. Berikut cara-cara yang dapat membantu meningkatkan eritrosit:
Menambah Asupan Zat Besi
Zat besi berperan penting dalam meningkatkan produksi hemoglobin, yang pada gilirannya membantu pembentukan eritrosit lebih banyak.
Makanan kaya zat besi meliputi daging dan ikan, produk kedelai seperti tahu dan edamame, telur, buah kering seperti kurma dan buah ara, sayuran berdaun hijau seperti kale dan bayam, serta kacang-kacangan dan biji-bijian.
Menambah Asupan Folat
Folat, salah satu jenis vitamin B, sangat penting dalam produksi hemoglobin. Folat digunakan tubuh untuk membuat heme, komponen hemoglobin yang membawa oksigen.
Kekurangan folat dapat menyebabkan eritrosit tidak matang sempurna, yang berujung pada anemia defisiensi folat dan kadar hemoglobin rendah. Sumber folat yang baik meliputi nasi, daging sapi, kacang-kacangan, alpukat, dan selada.
Membantu Tubuh Menyerap Zat Besi Lebih Efektif
Mengonsumsi sumber zat besi baik dari makanan maupun suplemen memang penting, namun hal tersebut perlu diimbangi dengan usaha agar tubuh dapat menyerap zat besi secara optimal.
Asupan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, stroberi, dan sayuran hijau dapat mempercepat proses penyerapan zat besi dalam tubuh.
Selain itu, makanan dan suplemen yang memiliki kandungan vitamin A dan beta-karoten seperti hati, ikan, labu, kangkung, dan sawi juga bermanfaat dalam membantu tubuh dalam proses pemanfaatan zat besi.
Menggunakan Suplemen untuk Menambah Zat Besi
Dalam beberapa kondisi, seseorang yang memiliki kadar hemoglobin sangat rendah bisa saja disarankan oleh tenaga medis untuk mengonsumsi suplemen zat besi. Takaran suplemen ini biasanya disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.
Suplemen ini berfungsi untuk secara perlahan meningkatkan kadar zat besi selama beberapa minggu hingga bulan, sehingga tubuh memiliki cadangan zat besi yang cukup.
Penyebab Eritrosit Rendah
Banyak hal yang dapat memicu turunnya jumlah sel darah merah dalam tubuh. Salah satu faktor utamanya adalah kehilangan darah yang disebabkan oleh insiden seperti kecelakaan atau tindakan bedah.
Kondisi ini juga kerap dialami oleh ibu hamil karena adanya peningkatan volume cairan tubuh yang menyebabkan konsentrasi eritrosit tampak menurun.
Selain itu, terdapat sejumlah penyebab eritrosit rendah lainnya yang turut memengaruhi kondisi ini.
Kurangnya Asupan Gizi Penting
Tubuh membutuhkan berbagai jenis zat gizi untuk membentuk sel darah merah, termasuk zat besi, vitamin B6, B9, dan B12. Jika asupan nutrisi tersebut tidak mencukupi, produksi sel darah merah akan terganggu.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang, adanya gangguan pada saluran pencernaan yang menghambat penyerapan nutrisi, atau kebiasaan menghindari makanan hewani.
Gangguan Kesehatan Tertentu
Beberapa masalah medis juga dapat mengakibatkan turunnya jumlah sel darah merah dalam tubuh.
Beberapa contohnya adalah anemia, kondisi hemolisis seperti thalasemia dan anemia sel sabit, infeksi berat, gangguan pada kelenjar tiroid, kelainan pada sumsum tulang, jenis kanker darah seperti leukemia, kerusakan hati parah, gangguan fungsi ginjal, hingga paparan zat beracun seperti timbal.
Selain itu, kondisi ini juga kerap ditemukan pada orang lanjut usia serta individu yang baru saja menjalani prosedur bedah besar, terutama pada organ pencernaan.
Dampak Obat-obatan Terhadap Penurunan Sel Darah Merah
Penurunan jumlah sel darah merah dalam tubuh juga bisa dipicu oleh reaksi dari penggunaan obat-obatan tertentu.
Beberapa jenis obat yang diketahui dapat mengganggu produksi atau mempercepat kerusakan sel darah merah antara lain obat kemoterapi, quinidine yang biasa digunakan untuk gangguan irama jantung, obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin, serta beberapa jenis antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, dan kloramfenikol.
Selain itu, beberapa antivirus seperti zidovudine dan obat kejang tertentu seperti phenytoin juga termasuk dalam golongan yang berpotensi menyebabkan gangguan ini. Kondisi ini tidak selalu menunjukkan tanda-tanda yang jelas.
Namun, jika muncul gejala, biasanya menyerupai tanda-tanda kurang darah, seperti kulit tampak pucat, tubuh terasa lemah dan mudah lelah, detak jantung meningkat, hingga kesulitan bernapas.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis agar penyebabnya dapat diketahui dan diberikan perawatan yang sesuai sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.
Efek Eritrosit yang Terlalu Rendah
Tingginya penurunan sel darah merah dalam tubuh biasanya dapat dikenali melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan jumlah eritrosit dan kadar hematokrit yang berada di bawah normal.
Kondisi ini dikenal sebagai anemia. Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan penurunan tersebut, antara lain:
Kehilangan Darah dalam Jumlah Besar
Penurunan sel darah merah bisa disebabkan oleh hilangnya darah dalam jumlah besar akibat cedera atau kondisi medis tertentu.
Beberapa sumber perdarahan yang bisa bersifat kronis meliputi sistem pencernaan, misalnya karena polip, peradangan lambung, atau kanker usus besar.
Selain itu, perdarahan juga dapat berasal dari kandung kemih, rahim yang mengalami menstruasi berlebihan, maupun luka di permukaan tubuh.
Kekurangan Asupan Gizi
Beberapa jenis anemia disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan gizi tertentu yang penting untuk pembentukan sel darah merah. Jenis anemia tersebut mencakup anemia akibat kekurangan zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Kerusakan Sel Darah Merah
Jika sel darah merah mengalami kerusakan atau hancur secara berlebihan, jumlahnya dalam tubuh akan menurun dan dapat menimbulkan anemia.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai gangguan, seperti anemia hemolitik, kekurangan enzim G6PD, serta kelainan bentuk sel darah seperti yang terjadi pada anemia sel sabit.
Kelainan Darah Turunan
Salah satu gangguan darah yang menyebabkan berkurangnya pembentukan hemoglobin adalah thalasemia.
Kondisi ini memengaruhi kemampuan tubuh dalam memproduksi hemoglobin secara normal, sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah sel darah merah.
Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik, dan seseorang bisa mengalaminya apabila memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
Masalah pada Sumsum Tulang
Penurunan jumlah sel darah merah juga bisa disebabkan oleh gangguan yang terjadi di bagian sumsum tulang.
Beberapa di antaranya adalah anemia aplastik, sindrom myelodysplasia, serta kanker darah seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma.
Selain itu, kerusakan sumsum tulang juga bisa terjadi akibat paparan bahan beracun, infeksi tertentu, radiasi, pengobatan kemoterapi, atau efek samping dari konsumsi obat-obatan tertentu.
Penyakit Kronis dan Peradangan
Beberapa gangguan kesehatan jangka panjang seperti gagal ginjal dapat memengaruhi produksi eritropoietin, yaitu hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah, sehingga jumlahnya menurun.
Dalam banyak kasus, dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk memastikan penyebab turunnya sel darah merah karena hasil dari tes darah saja belum tentu cukup.
Beberapa penyakit jangka panjang lainnya yang dapat menurunkan jumlah sel darah merah di antaranya adalah gangguan autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis, infeksi berat seperti HIV atau tuberkulosis, serta jenis kanker seperti multiple myeloma dan leukemia.
Ketika ada masalah pada sistem darah, hal tersebut dapat berdampak pada keseluruhan kondisi tubuh dan membutuhkan penanganan segera agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Cara Mengatasi Eritrosit Rendah
Bagaimana cara menangani jumlah sel darah merah yang menurun? Penanganan kondisi ini bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan jumlah sel darah merah:
Memenuhi Asupan Gizi yang Dibutuhkan
Ketika jumlah sel darah merah menurun akibat kekurangan nutrisi, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memperbaiki pola makan.
Beberapa jenis makanan yang baik dikonsumsi untuk mendukung pembentukan sel darah merah antara lain:
- Makanan tinggi zat besi, seperti daging tanpa lemak, unggas, kacang-kacangan, makanan laut, dan buah-buahan kering seperti kismis.
- Sumber makanan kaya folat, misalnya hati, bayam, kubis, asparagus, roti, dan sereal.
- Makanan yang mengandung vitamin B12, termasuk susu, telur, daging, ikan, dan produk olahan susu lainnya.
- Sumber vitamin A, seperti tomat, telur, sayuran hijau, hati, dan ikan.
Selain dari makanan, kebutuhan gizi harian juga bisa dilengkapi dengan mengonsumsi suplemen yang direkomendasikan oleh tenaga medis agar tubuh tetap mendapatkan asupan nutrisi penting secara optimal.
Menerapkan Pola Hidup Sehat
Mengubah kebiasaan sehari-hari juga turut membantu memperbaiki jumlah sel darah merah. Beberapa perubahan yang dapat dilakukan meliputi:
- Memilih makanan yang bergizi seimbang dalam menu harian.
- Menghindari kebiasaan merokok dan memperbaiki pola makan yang menyebabkan kekurangan vitamin.
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol agar tidak berlebihan.
- Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Penanganan Melalui Tindakan Medis
Dalam beberapa situasi, penurunan jumlah sel darah merah dapat terjadi akibat gangguan kesehatan yang bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan intervensi medis guna menangani kondisi tersebut secara tepat.
Beberapa bentuk penanganan yang bisa diberikan kepada pasien dengan masalah ini antara lain:
- Pada pasien yang mengalami kelainan pada sumsum tulang, biasanya akan diberikan obat-obatan tertentu yang disesuaikan dengan kondisinya.
Jika pengobatan tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dokter mungkin akan menyarankan prosedur transplantasi sumsum tulang sebagai alternatif.
- Jika masalah yang terjadi berkaitan dengan produksi hormon EPO, maka pengobatan akan difokuskan pada penyebab utama gangguan tersebut untuk membantu menormalkan kembali fungsi tubuh.
- Pasien yang mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar akibat kondisi tertentu dapat memerlukan prosedur transfusi darah untuk mengembalikan jumlah sel darah merah yang hilang.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sel darah merah merupakan komponen terbanyak dalam darah manusia.
Menjaga keseimbangan jumlahnya sangat penting agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari komplikasi serius, termasuk gangguan jantung hingga risiko kematian.
Sebagai penutup, mengetahui berbagai penyebab eritrosit rendah penting agar langkah penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.