Gadget

Gadget Bukan Solusi Utama

Gadget Bukan Solusi Utama
Gadget Bukan Solusi Utama

JAKARTA - Di tengah maraknya kecanduan gadget pada anak-anak, sebagian orang tua mulai mencari alternatif yang lebih sehat untuk mengalihkan perhatian buah hati mereka. Salah satu opsi yang kini kembali mencuat adalah penggunaan board game sebagai media interaktif yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendidik.

Pendekatan ini bukanlah hal baru, tetapi kembali relevan seiring meningkatnya keprihatinan terhadap dampak negatif penggunaan perangkat digital secara berlebihan, terutama pada anak-anak. Mengingat begitu cepatnya anak-anak beradaptasi dengan teknologi, para orang tua pun dituntut untuk lebih kreatif dalam menghadirkan solusi.

Psikolog anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI), A. Kasandra Putranto, menegaskan bahwa board game bisa menjadi salah satu metode untuk mencegah kecanduan gadget. Namun, ia juga menekankan bahwa efektivitas metode ini sangat bergantung pada konsistensi peran orang tua dalam mengarahkan anak.

“Board game merupakan alat bantu yang cukup efektif untuk mengalihkan anak dari gadget, namun tetap membutuhkan peran aktif dan konsistensi dari orang tua,” kata Kasandra kepada Kompas.com, Selasa (8/7/2025).

Ia menjelaskan, selama ini banyak orang tua yang merasa kehabisan cara untuk membatasi penggunaan gadget, padahal ada banyak pendekatan sederhana yang bisa dilakukan jika mau meluangkan waktu. Salah satunya adalah melibatkan anak dalam permainan tradisional atau permainan papan seperti board game yang menuntut interaksi langsung dan keterlibatan emosional.

Menurut Kasandra, board game menawarkan pengalaman bermain yang menyenangkan tanpa ketergantungan pada layar. Permainan ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan interaksi sosial anak serta melatih kemampuan berpikir strategis, komunikasi, dan kerja sama.

Namun, ia mengingatkan bahwa board game hanyalah satu dari sekian banyak alat bantu. Artinya, peran orang tua tetap menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan upaya mengalihkan anak dari gadget. Jika orang tua tidak konsisten, maka penggunaan board game pun hanya akan menjadi solusi jangka pendek.

“Masalah utama bukan pada gadget-nya, tapi pada pola pengasuhan yang permisif atau terlalu longgar,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kasandra menekankan pentingnya kesadaran orang tua terhadap konsekuensi dari terlalu sering memberikan akses gadget kepada anak. Ia menyarankan agar orang tua membuat kesepakatan waktu bermain gadget bersama anak dan konsisten dalam menerapkannya.

Konsistensi dalam menjalankan aturan ini, kata Kasandra, akan membentuk kebiasaan positif yang lebih tahan lama dibanding larangan sepihak. Orang tua juga harus menjadi contoh dalam penggunaan gadget secara sehat agar anak dapat meniru perilaku tersebut.

“Kalau orang tua melarang anak main gadget tapi mereka sendiri terus-terusan pegang ponsel, ya anak pasti bingung dan tidak akan menganggap larangan itu serius,” jelasnya.

Kasandra pun menyarankan agar kegiatan bermain board game dilakukan secara rutin bersama keluarga, sehingga menjadi waktu yang ditunggu-tunggu anak dan menumbuhkan ikatan emosional antar anggota keluarga. Hal ini penting karena salah satu alasan anak mencari pelarian ke gadget adalah kurangnya perhatian dari lingkungan terdekat.

“Anak-anak zaman sekarang butuh atensi yang lebih besar. Kalau mereka tidak mendapatkannya dari orang tua, mereka akan mencari dari hal lain, salah satunya gadget,” ujar Kasandra.

Ia juga menyoroti bahwa banyak orang tua yang cenderung menyerahkan pengasuhan anak kepada perangkat digital karena merasa sibuk atau lelah sepulang kerja. Padahal, meluangkan waktu 30 menit hingga satu jam untuk bermain bersama anak bisa memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan emosional dan mental mereka.

“Bermain bersama anak bukan cuma tentang hiburan, tapi juga bagian dari proses pendidikan dan pembentukan karakter,” tegasnya.

Tak hanya untuk anak-anak, board game juga bisa menjadi sarana yang efektif bagi remaja atau bahkan orang dewasa untuk melepas stres dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal. Permainan-permainan seperti ini merangsang otak dan bisa menjadi terapi ringan untuk memperbaiki komunikasi dalam keluarga.

Melihat kenyataan tersebut, Kasandra menyarankan agar para orang tua lebih bijak dalam menentukan batasan penggunaan gadget dan aktif mencari alternatif aktivitas yang membangun, seperti bermain board game, membaca buku bersama, berkebun, atau bahkan sekadar jalan sore bersama anak.

Ia percaya bahwa kunci utama dalam mencegah kecanduan gadget bukan pada seberapa sering orang tua melarang anak bermain ponsel, tetapi seberapa kreatif dan konsisten mereka dalam menyediakan alternatif yang menarik bagi anak.

“Intinya, anak butuh pengganti yang setara atau lebih menarik dari gadget. Board game bisa jadi salah satu jawabannya, tapi tetap perlu didukung dengan perhatian dan kedekatan emosional dari orang tua,” pungkasnya.

Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat dari orang tua, board game tak hanya menjadi alat pengalih perhatian dari gadget, tetapi juga menjadi jembatan komunikasi dan kedekatan dalam keluarga. Sebuah langkah sederhana, namun berdampak besar jika dilakukan secara konsisten.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index