JAKARTA - Upaya serius tengah ditempuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon dalam membenahi kawasan Trusmi, salah satu pusat batik ikonik yang juga menjadi magnet wisata di Jawa Barat. Tak sekadar dikenal sebagai sentra batik khas Cirebon, kawasan ini tengah diarahkan menjadi destinasi wisata yang lebih tertib, bersih, dan nyaman bagi wisatawan maupun masyarakat sekitar.
Langkah penataan kawasan Trusmi dimulai dengan mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini dinilai mengganggu kenyamanan, seperti keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng), pedagang kaki lima (PKL), serta parkir liar yang semrawut.
Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman, mengatakan bahwa penertiban ini dilakukan secara bertahap dan mengedepankan pendekatan dialogis dengan para pemangku kepentingan di kawasan tersebut.
"Penertiban ini tidak serta-merta langsung dilakukan, namun hari ini kami awali dengan pendekatan dialog bersama para pihak, termasuk masyarakat yang bermukim dan berdagang di kawasan Trusmi," ujar Agus di Cirebon, Senin.
Menurutnya, pemerintah daerah tengah menyusun berbagai solusi alternatif terhadap aktivitas warga yang selama ini tidak sesuai dengan tata ruang kawasan wisata. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan relokasi para pedagang ke lokasi yang lebih strategis namun tetap menjamin kelangsungan usaha mereka, sekaligus menjaga keindahan kawasan Trusmi.
Tak hanya menyoroti persoalan PKL dan gepeng, Pemkab Cirebon juga berfokus pada penataan arus lalu lintas dan lahan parkir yang lebih sistematis. Hal ini penting dilakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung yang datang, terutama di akhir pekan yang kerap dipadati wisatawan.
“Trusmi sudah ditetapkan sebagai kawasan wisata. Maka ke depan kita ingin tempat ini lebih tertib dan indah. Tentu kami juga akan menyiapkan skema agar tidak memberatkan warga,” lanjut Agus.
Ia juga memastikan, penataan kawasan ini tidak akan dilakukan secara sepihak, melainkan melalui koordinasi lintas sektor dengan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) yang relevan, seperti Dinas Perhubungan, Dinas Koperasi dan UKM, hingga Satpol PP.
Lebih jauh, Agus menjelaskan bahwa kawasan Trusmi merupakan salah satu aset kebudayaan dan ekonomi yang sangat penting bagi Kabupaten Cirebon. Selain dikenal luas sebagai pusat pengrajin batik, Trusmi juga berperan besar dalam mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan pelestarian budaya lokal.
“Saat ini kami mencatat Kabupaten Cirebon memiliki lebih dari 3.000 perajin dan 500 pengusaha batik yang aktif melestarikan tradisi serta keunikan produk batik, termasuk di Trusmi,” ungkapnya.
Tak heran jika Trusmi selalu menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon. Setiap akhir pekan, kawasan ini ramai didatangi pengunjung yang ingin berbelanja batik sekaligus menikmati suasana khas perkampungan batik yang kaya nilai tradisi.
Melihat pentingnya fungsi Trusmi sebagai sentra ekonomi dan budaya, penataan kawasan pun menjadi sebuah keniscayaan. Pemerintah tidak ingin kondisi semrawut terus dibiarkan hingga berdampak pada turunnya minat wisatawan.
Dukungan terhadap langkah ini juga datang dari pihak kepolisian. Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, menyatakan bahwa pihaknya siap bersinergi dengan pemerintah daerah demi mewujudkan kawasan Trusmi yang aman dan nyaman.
Ia menekankan bahwa ketertiban dan keamanan menjadi aspek penting untuk memastikan keberlangsungan kawasan wisata. Selama ini, menurutnya, aktivitas liar seperti berdagang di badan jalan atau parkir sembarangan kerap mengganggu ketertiban umum.
“Kami ingin di Trusmi badan jalan difungsikan sesuai peruntukannya, yakni untuk lalu lintas dan kepentingan umum, bukan untuk berdagang maupun parkir sembarangan," kata Sumarni.
Ia menambahkan, citra Trusmi sebagai ikon wisata Kabupaten Cirebon harus dijaga bersama oleh semua pihak. Dengan menciptakan ruang publik yang tertib dan nyaman, maka nilai jual wisata Trusmi juga akan meningkat.
Kombes Pol Sumarni juga menyampaikan pentingnya edukasi kepada warga sekitar mengenai aturan-aturan yang berlaku, termasuk mengenai batasan dalam berjualan dan memanfaatkan ruang publik. Menurutnya, penertiban yang dilakukan tanpa pendekatan humanis hanya akan menimbulkan gesekan sosial.
Sebagai ikon wisata yang lekat dengan budaya batik, kawasan Trusmi memerlukan sentuhan penataan yang tidak hanya memperhatikan aspek fisik, tetapi juga mempertimbangkan nilai sosial dan budaya masyarakat setempat. Pemkab Cirebon berkomitmen untuk tidak hanya membenahi infrastruktur, tapi juga memastikan tidak ada pihak yang dirugikan.
Harapannya, dengan penataan yang lebih baik, Trusmi bisa tampil sebagai kawasan wisata yang bersih, tertib, dan menarik. Bukan hanya bagi wisatawan domestik, tetapi juga turis mancanegara yang ingin merasakan langsung pesona batik Cirebon dari sumbernya.
Sebagaimana diketahui, Trusmi telah lama menjadi bagian dari denyut ekonomi kreatif di Cirebon. Keberadaan ribuan perajin batik di kawasan ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal.
Dengan program penataan yang sedang berjalan, Trusmi diyakini akan naik kelas menjadi destinasi wisata unggulan. Wisatawan tidak hanya akan dimanjakan oleh kekayaan motif batik yang otentik, tapi juga oleh tata kota yang lebih ramah, rapi, dan menyenangkan untuk dikunjungi.