Kuliner

Kuliner Kembang Kol Bikin Chef Michelin Terpukau

Kuliner Kembang Kol Bikin Chef Michelin Terpukau
Kuliner Kembang Kol Bikin Chef Michelin Terpukau

JAKARTA - Bicara soal kuliner inovatif, Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan lewat tangan kreatif generasi mudanya. Salah satunya ditunjukkan oleh Muhammad Kabul, mahasiswa tingkat akhir dari NHI Bandung asal Batam, yang sukses menaklukkan panggung kompetisi memasak Elle and Vire Professionnel Young Chef Competition 2025 dengan sajian sederhana namun memukau sup kembang kol yang diolah dengan sentuhan modern.

Bertempat di Jakarta, Kabul memperkenalkan sajian klasik yang diangkat kembali ke level baru. Menu berbahan dasar kembang kol ini bukan sekadar sajian harian biasa. Ia tampil dengan karakter rasa gurih, creamy, dan elegan. Kombinasi bahan sederhana seperti krim, mentega, bawang bombay, bawang putih, serta zucchini diolah menjadi satu hidangan yang berhasil menggoyang lidah para juri.

“Menu klasik, saya modernisasi lagi. Ini sup berbahan dasar kembang kol, krim, butter, onion, garlic. Lalu, ada komponen lain, zucchini-nya. Isinya ada cream cheese dan pistachio,” terang Kabul saat menjelaskan menu kreasinya yang membawanya menjadi juara di kategori cooking.

Meski proses memasaknya terbilang tidak rumit, Kabul menyebutkan bahwa ketelitian dalam meracik bahan dan menjaga keseimbangan rasa menjadi kunci suksesnya. Kembang kol direbus, lalu diblender bersama bahan lain hingga menjadi sup halus yang creamy dan lezat. Sebagai pelengkap, zucchini isi cream cheese dan pistachio menambahkan dimensi rasa dan tekstur yang khas.

Inspirasi menu ini, menurut Kabul, datang dari sup krim yang biasa disajikan sebagai hidangan pembuka dalam jamuan mewah. Namun ia menyadari bahwa bahan-bahan lokal seperti kembang kol sangat mudah didapatkan di Indonesia, sehingga menu ini juga dapat dikreasikan oleh siapa saja.

“Kembang kol mudah didapat di Indonesia, jadi siapapun bisa berkreasinya,” tuturnya, menyiratkan semangat inklusivitas dalam dunia kuliner.

Kreasi unik Kabul pun berhasil mencuri perhatian para juri, salah satunya adalah Chef Jean Baptiste Lavergne Morazzani, koki ternama asal Prancis yang telah menyandang bintang Michelin. Ia secara langsung menyampaikan kekagumannya terhadap karya para peserta, termasuk hidangan sup dari Kabul.

Bakat Kuliner Muda Terus Bertumbuh

Tak hanya Muhammad Kabul yang mencuri perhatian dalam kompetisi bergengsi tersebut. Di kategori pastry, nama Anis Anggita muncul sebagai pemenang. Chef muda ini berasal dari Bali dan sehari-harinya bekerja di toko pastry ternama di Pulau Dewata.

Anis menghadirkan kreasi kue berbahan dasar yoghurt, yang dilapisi cokelat dan pistachio. Perpaduan bahan dan teknik yang digunakan Anis ternyata berhasil merebut hati para juri. Chef Jean sendiri mengakui bahwa dirinya jatuh hati pada kreasi Anis.

“Saya melihat para peserta sangat bersemangat dan berkomitmen untuk mengikuti kompetisi ini,” ucap Jean mengomentari penampilan para finalis yang dinilai sangat menjanjikan.

Lebih lanjut, Jean menyampaikan bahwa meski bahan-bahan dan gaya memasak di Indonesia berbeda dengan yang biasa ia temui di Eropa, ia tidak melihat hal tersebut sebagai hambatan. Sebaliknya, ia menilai perbedaan itu justru menjadi kekuatan tersendiri dalam mendorong kreativitas dan eksplorasi rasa.

“Saya juga terkesan dengan kualitas para koki muda di Indonesia. Saya melihat mereka memiliki gairah di bidang ini sehingga saya percaya ke depannya mereka akan bisa sukses,” jelasnya.

Jean menambahkan bahwa dunia kuliner Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, tak hanya karena keunikan bahan dan rempah lokal, tapi juga karena dedikasi dari pelaku industri kuliner muda yang terus ingin belajar dan bereksperimen.

“Kuliner Indonesia kita tahu ada sup, kita bisa buat mengkolaborasi, dan bisa bertukar kolaborasi antar-chef,” katanya sembari menekankan pentingnya kolaborasi lintas budaya dan teknik memasak dalam menghadirkan kuliner yang lebih kaya.

Bukan Sekadar Menang, Tapi Meningkatkan Nilai Kuliner Lokal

Lebih dari sekadar ajang perlombaan, kompetisi ini menjadi medium yang mempertemukan talenta muda dengan pakar kuliner internasional. Lewat proses ini, banyak peserta yang tak hanya diuji dari sisi teknik memasak, tetapi juga dari kreativitas dan kemauan untuk terus belajar.

Kemenangan Kabul dan Anis menjadi bukti nyata bahwa talenta muda Indonesia tidak kalah dengan chef dari luar negeri. Bahkan, dengan bahan-bahan lokal yang selama ini dipandang sederhana, mereka mampu menciptakan sajian berkelas dunia yang mendapatkan pengakuan dari chef dengan reputasi internasional.

Kabul, dengan ide sup kembang kolnya, berhasil membalikkan persepsi bahwa kuliner lezat harus selalu mewah dan rumit. Justru dari kesederhanaan itulah muncul rasa yang jujur dan menyentuh hati.

Dengan berbagai dukungan dari dunia industri, pendidikan, dan komunitas kuliner, para chef muda seperti Kabul dan Anis menunjukkan bahwa masa depan kuliner Indonesia sangat cerah. Mereka adalah contoh bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan keberanian untuk berinovasi, kuliner lokal bisa naik kelas dan bersaing di kancah global.

Prestasi ini diharapkan bisa memotivasi lebih banyak generasi muda Indonesia untuk tidak ragu menekuni dunia kuliner, karena di balik setiap piring yang disajikan, ada peluang besar untuk membawa nama Indonesia ke pentas internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index