Saham

Saham BMRI Dilego Besar di Pasar Nego

Saham BMRI Dilego Besar di Pasar Nego
Saham BMRI Dilego Besar di Pasar Nego

JAKARTA - Pergerakan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali menjadi sorotan investor setelah terjadi transaksi besar di pasar negosiasi pada awal pekan ini. Volume transaksi yang signifikan memicu sejumlah spekulasi di pasar modal, terutama karena belum ada penjelasan resmi dari pihak terkait mengenai maksud dan pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Sebanyak 30 juta lembar saham Bank Mandiri diperdagangkan di pasar negosiasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga transaksi tercatat sebesar Rp 4.730 per saham, sehingga nilai total transaksi mencapai Rp 141,9 miliar. Nominal ini terbilang besar untuk pasar nego, yang biasanya digunakan oleh investor institusi atau pihak-pihak yang melakukan transaksi blok (crossing).

Di sisi lain, pergerakan harga saham BMRI di pasar reguler tidak mencerminkan dampak signifikan dari transaksi besar tersebut. Saham Bank Mandiri justru mengalami pelemahan tipis sebesar 0,42% ke level Rp 4.720 per saham. Dalam perdagangan reguler hari itu, saham BMRI ditransaksikan sebanyak 3,691 juta lembar dengan frekuensi 7.879 kali dan nilai transaksi sebesar Rp 174,41 miliar.

Hingga artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari manajemen Bank Mandiri maupun otoritas terkait mengenai siapa pelaku transaksi dan apa tujuan di balik aksi jual beli besar ini di pasar nego. Ketiadaan informasi ini membuka ruang spekulasi, meskipun pasar masih menunggu klarifikasi yang sah.

Meski secara teknikal mengalami pelemahan dalam jangka pendek, secara fundamental Bank Mandiri masih mencatatkan kinerja yang positif. Salah satu indikator yang menonjol adalah pencapaian laba bersih yang kuat (bank only) pada Mei 2025.

Dalam riset yang dirilis oleh KB Valbury Sekuritas dan dikutip pada Minggu (6/7/2025), analis Akhmad Nurcahyadi menyebutkan bahwa laba bersih Bank Mandiri melonjak 29,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan Mei. Capaian ini menjadi sinyal bahwa emiten perbankan pelat merah ini masih berada pada jalur pertumbuhan yang sehat meski tekanan pasar belum mereda.

Namun demikian, secara kumulatif dalam periode Januari hingga Mei 2025, pertumbuhan laba bersih Bank Mandiri cenderung datar dengan angka 0,1% yoy. Artinya, meski ada lonjakan besar di Mei, kinerja akumulatif belum terlalu impresif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Meski begitu, Akhmad menilai kinerja tersebut tetap sesuai ekspektasi pasar. Ia menulis, “Meski begitu, pencapaian laba bersih sepanjang tetap sejalan, yakni 35%/32,2% (konsensus) dibandingkan 35,5% target tahunan.”

Dalam analisisnya, Akhmad juga menyoroti pertumbuhan kredit Bank Mandiri yang tergolong solid. Bank ini mencatatkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 13,2% yoy, yang melampaui rata-rata industri perbankan nasional maupun target yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dengan proyeksi pertumbuhan kredit Bank Mandiri sepanjang tahun ini sebesar 10,4% yoy, pencapaian saat ini menunjukkan performa yang meyakinkan.

Tak hanya itu, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri juga meningkat 8,5% yoy. Angka ini tergolong mengungguli pertumbuhan DPK di industri perbankan nasional meskipun diperoleh dengan konsekuensi biaya dana yang relatif tinggi.

“Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 8,5% yoy juga mengungguli industri, meskipun ditopang oleh biaya dana yang tinggi,” ungkap Akhmad.

Di sisi lain, dari perspektif perdagangan saham selama sebulan terakhir, saham BMRI justru mengalami tekanan. Harga sahamnya terpantau menurun sekitar 7% dalam periode tersebut. Namun demikian, tekanan dari investor asing relatif minim dengan aksi jual bersih (net sell) yang hanya sebesar Rp 118 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing masih mempertahankan eksposur terhadap saham BMRI secara moderat.

Bagi pelaku pasar, transaksi di pasar negosiasi sebesar Rp 141,9 miliar ini tentu menarik perhatian, apalagi di tengah tren saham BMRI yang sedang tertekan. Aksi di pasar nego bisa berarti banyak hal mulai dari strategi reposisi portofolio oleh institusi, transaksi antar anak usaha, hingga potensi masuknya investor baru.

Secara umum, kondisi fundamental Bank Mandiri tetap kokoh. Dengan laba bersih yang tumbuh signifikan di bulan Mei dan pertumbuhan kredit serta DPK yang melampaui industri, saham BMRI dinilai oleh sejumlah analis masih memiliki prospek jangka panjang yang solid. Namun investor tetap diminta mencermati fluktuasi jangka pendek dan perkembangan informasi dari manajemen atau regulator terkait transaksi nego tersebut.

Bagi investor ritel, fenomena seperti ini menunjukkan pentingnya memahami dua jenis pasar di BEI pasar reguler dan pasar negosiasi. Pasar reguler adalah tempat jual beli umum oleh investor ritel, sementara pasar negosiasi digunakan untuk transaksi dalam jumlah besar dengan harga yang disepakati di luar harga pasar saat itu.

Dengan kombinasi antara fundamental yang kuat dan pergerakan saham yang masih terkoreksi, saham BMRI bisa jadi masuk radar value investor yang mencari peluang jangka panjang di tengah tekanan jangka pendek. Namun semua kembali pada strategi masing-masing investor dan kemampuan membaca momentum.

Saat ini, pelaku pasar menantikan kejelasan mengenai pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Apakah ini sinyal akumulasi diam-diam oleh investor besar, atau justru realisasi keuntungan dari pemegang lama? Jawabannya bisa menjadi kunci untuk menentukan arah saham BMRI ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index