JAKARTA – Peringatan Hari Bank Indonesia sejatinya bukan sekadar momentum seremonial tahunan. Lebih dari itu, perayaan ini merefleksikan jejak panjang dan peran vital Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas dan mengarahkan perekonomian nasional. Dalam konteks sejarah dan modernisasi, Bank Indonesia tidak hanya menjadi institusi keuangan, tetapi juga simbol kedaulatan ekonomi yang terus berkembang hingga kini.
Banyak dari kita mungkin belum menyadari sepenuhnya peran signifikan bank sentral dalam denyut nadi perekonomian Indonesia. Hari Bank Indonesia pun menjadi pengingat bahwa sistem keuangan nasional tidak berdiri dengan sendirinya, melainkan lahir dari perjuangan sejarah, beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan kini menjadi garda depan dalam transformasi ekonomi digital dan inklusif.
Awal Berdirinya Bank Sentral
Sejarah mencatat, tanggal 5 Juli 1946 menjadi tonggak penting dalam dunia perbankan nasional. Pada hari tersebut, lahirlah Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank pertama milik bangsa, di tengah transisi pemerintahan pasca-kolonial. Keberadaan BNI kala itu tidak hanya sebagai lembaga keuangan komersial, melainkan menjalankan fungsi sebagai bank sentral Indonesia, terutama karena dominasi lembaga keuangan Belanda yang masih kuat.
Transformasi signifikan kemudian terjadi pada 1 Juli 1953 ketika De Javasche Bank (DJB)—yang sebelumnya menjadi bank sentral Hindia-Belanda resmi dinasionalisasi dan beralih fungsi sebagai Bank Indonesia. Proses ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953, yang menandai kelahiran resmi BI sebagai bank sentral Indonesia, sekaligus menggantikan peran yang sempat dijalankan oleh BNI.
UU tersebut juga mengamanatkan bahwa BI tidak hanya menjadi bank sirkulasi atau pencetak uang, tetapi juga memiliki wewenang sebagai bank komersial, termasuk dalam pelayanan kredit. Sayangnya, tidak ditemukan catatan resmi tentang kapan Hari Bank Indonesia mulai dirayakan secara luas, tetapi tanggal 5 Juli tetap digunakan sebagai simbol penting lahirnya institusi perbankan nasional.
Kontribusi Bank Indonesia di Era Modern
Peran Bank Indonesia kian terasa dalam perkembangan sistem keuangan modern saat ini. Dalam lima tahun terakhir saja, institusi ini telah mencatatkan berbagai langkah strategis yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat dan dunia usaha.
Salah satu tonggak penting adalah peluncuran sistem pembayaran BI-FAST pada tahun 2021. Layanan ini memungkinkan transaksi pembayaran ritel secara real-time, 24 jam non-stop, dan telah mencakup 87% pangsa pasar nasional. Per akhir 2024, BI-FAST mencatat 785,95 juta transaksi, atau tumbuh sebesar 67,79% secara tahunan.
Didukung oleh lebih dari 100 bank dan dompet digital, sistem ini menjadi fondasi utama bagi target ambisius BI dalam mendorong transaksi hingga 1,6 miliar pada 2026 dan penetrasi layanan keuangan hingga 95% dari populasi.
Tak hanya domestik, BI juga mendorong digitalisasi lintas negara melalui sistem pembayaran QRIS. Sejak uji coba pertama dengan Thailand pada 17 Agustus 2021, kerja sama ini diperluas ke Malaysia dengan integrasi DuitNow pada 2023. Di tahun 2025, BI tengah mengupayakan ekspansi ke China, Korea Selatan, dan India, memperluas ekosistem transaksi lintas batas.
Mendukung UMKM dan Keuangan Inklusif
Selain transformasi digital, Bank Indonesia juga gencar mendukung penguatan sektor UMKM sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonomi nasional. BI aktif memperkuat kolaborasi dalam pengembangan ekonomi keuangan inklusif dan hijau.
Dikutip dari Kontan, berbagai program dicanangkan, termasuk digitalisasi UMKM yang terintegrasi dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Tujuannya, memperkuat ketahanan ekonomi dari bawah, sekaligus memacu pertumbuhan menuju cita-cita Indonesia Maju.
Kebijakan ini juga bersinergi dengan langkah pemerintah dalam menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter, serta mendorong pemanfaatan teknologi dalam membangun kemandirian pelaku usaha mikro.
Peran Global: Diplomasi Keuangan Lewat IsDB
Tak hanya berperan secara nasional, BI juga aktif dalam ranah internasional. Terbaru, pada Mei 2025, Bank Indonesia menjadi perwakilan Indonesia dalam forum tahunan Islamic Development Bank (IsDB) di Aljazair. Dalam forum tersebut, Indonesia sebagai pemegang saham ketiga terbesar menyuarakan transformasi sistem keuangan global yang lebih adil dan berkelanjutan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan lima strategi utama yang diusung Indonesia:
-Modernisasi sistem pembayaran nasional.
-Konsolidasi BUMN ke dalam holding nasional melalui Danantara.
-Perluasan program sosial, termasuk pendidikan gratis dan penguatan koperasi.
-Penguatan nilai tambah sumber daya melalui industrialisasi.
-Pengembangan kerja sama dan rantai pasok regional maupun global.
Kelima strategi ini mencerminkan peran Indonesia dalam mendorong arsitektur keuangan global yang berpihak pada pembangunan, solidaritas, dan keberlanjutan.
Refleksi Hari Bank Indonesia
Momentum Hari Bank Indonesia bukan hanya soal mengenang sejarah atau mengenalkan institusi. Lebih dari itu, ini menjadi ruang refleksi tentang betapa pentingnya peran bank sentral dalam kehidupan sehari-hari mulai dari stabilitas harga, kelancaran sistem pembayaran, dukungan terhadap UMKM, hingga diplomasi ekonomi global.
Tanpa peran Bank Indonesia, roda perekonomian nasional bisa kehilangan arah. Maka, mengenal, memahami, dan mengapresiasi kinerja Bank Indonesia adalah bagian dari merawat masa depan ekonomi Indonesia itu sendiri.