JAKARTA - Penunjukan Rahmad Darmawan sebagai pelatih tim Liga 1 All Star dalam ajang Piala Presiden bukan hanya soal pengalaman teknis di lapangan, tetapi juga tentang kepercayaan terhadap sosok pelatih yang dianggap mampu merepresentasikan kualitas sepak bola Indonesia secara menyeluruh. Di tengah padatnya jadwal dan ketatnya persaingan antarklub, pelatih yang akrab disapa Coach RD ini dipercaya untuk memimpin tim berisi para pemain terbaik dari kompetisi domestik dalam pertandingan yang juga melibatkan klub luar negeri, seperti Oxford United dan Arema FC di Grup A.
Bukan tanpa alasan Rahmad dipilih sebagai nahkoda tim. Reputasinya selama puluhan tahun di sepak bola nasional menjadi pertimbangan kuat. Ia adalah figur yang telah malang melintang di berbagai klub Liga Indonesia, termasuk Persija Jakarta, serta pernah mengemban tugas sebagai pelatih tim nasional Indonesia, baik di level senior maupun usia muda. Bahkan, pengalaman internasionalnya pun tidak diragukan. Rahmad pernah menjadi pelatih klub asal Malaysia, T-Team—yang kini dikenal sebagai Terengganu FC.
Ketua OC Piala Presiden, Arya Sinulingga, menyatakan bahwa pemilihan Rahmad Darmawan telah melalui pertimbangan matang. Sosoknya dinilai sebagai figur yang memiliki pemahaman teknis, kemampuan komunikasi, serta pendekatan psikologis yang baik terhadap pemain. Tak hanya itu, jejak karier Rahmad sebagai pelatih juara juga menjadi nilai lebih tersendiri.
“Coach RD dipilih karena memiliki reputasi bagus di sepak bola Indonesia. Dia juga mantan pemain dan pelatih timnas. Pernah juga membawa klub menjuarai Liga Indonesia,” ujar Arya Sinulingga dalam pernyataan resmi.
Tugas yang diemban oleh Rahmad bukanlah hal mudah. Ia harus memimpin tim yang berisi para pemain dengan latar belakang klub dan gaya bermain berbeda, lalu menyatukannya dalam waktu singkat untuk menghadapi laga penting. Tantangan ini semakin besar mengingat Grup A dihuni oleh dua tim kuat: Arema FC, salah satu klub dengan basis suporter besar dan sejarah panjang di liga domestik, serta Oxford United, klub asal Inggris yang membawa gaya permainan berbeda dari Eropa.
Rahmad sendiri bukan orang baru dalam situasi seperti ini. Dengan pengalaman luas di berbagai level dan klub, ia terbiasa menangani tim yang dibentuk dalam waktu singkat—baik saat menjadi pelatih tim nasional maupun ketika dipercaya memimpin tim dalam turnamen pramusim. Adaptasi cepat, pemahaman taktik, serta kemampuan membangun chemistry tim menjadi keunggulan Rahmad yang tidak dimiliki semua pelatih.
Selain itu, Rahmad juga dikenal sebagai pelatih yang dekat dengan pemain. Gaya komunikasinya yang lugas namun terbuka membuat banyak pemain merasa nyaman dan percaya diri saat bermain di bawah arahannya. Pendekatan inilah yang diharapkan mampu mengoptimalkan potensi individu para pemain All Star agar tampil maksimal dalam turnamen bergengsi ini.
Kehadirannya juga menjadi simbol penting bahwa pelatih lokal memiliki kapasitas dan kualitas untuk memimpin tim pada level kompetitif, bahkan dalam laga yang mempertemukan klub lokal dan asing. Rahmad diharapkan tidak hanya membawa kemenangan, tetapi juga menunjukkan kepada publik luas bahwa sepak bola Indonesia memiliki banyak talenta hebat di posisi pelatih, bukan hanya pemain.
Lebih jauh, keikutsertaan tim All Star dalam Piala Presiden juga membawa makna strategis. Turnamen ini tak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan pemain, tetapi juga jendela bagi pelatih lokal seperti Rahmad untuk menunjukkan kualitas taktik dan kepemimpinan mereka di hadapan lawan yang berbeda kultur sepak bolanya. Oxford United, misalnya, membawa filosofi permainan Inggris yang sangat berbeda dengan karakter sepak bola Asia Tenggara.
Dengan persiapan yang singkat namun padat, Rahmad diharapkan mampu menyusun strategi adaptif yang bisa mengimbangi permainan lawan sekaligus mempertahankan identitas khas pemain Indonesia. Ini menjadi tantangan taktis yang harus dihadapi dengan kecermatan dalam membaca kekuatan dan kelemahan lawan, serta fleksibilitas dalam menentukan formasi dan strategi bermain.
Keputusan menempatkan pelatih lokal di posisi strategis seperti ini juga menjadi pesan positif untuk regenerasi pelatih di tanah air. Sosok seperti Rahmad bisa menjadi inspirasi bagi pelatih muda yang tengah meniti karier. Dengan pengalaman luar negeri, prestasi domestik, serta kemampuan menangani berbagai jenis pemain, ia adalah contoh nyata bahwa konsistensi, profesionalisme, dan dedikasi mampu membawa pelatih Indonesia menuju panggung yang lebih besar.
Melalui kepemimpinannya di ajang ini, Rahmad Darmawan tidak hanya bertugas membawa tim meraih hasil terbaik, tetapi juga mengemban tanggung jawab moral untuk menunjukkan bahwa dengan pembinaan dan sistem yang tepat, pelatih-pelatih lokal bisa bersaing di level regional bahkan internasional.
Dengan mata publik tertuju ke arah lapangan, pertandingan yang akan datang bukan hanya menjadi panggung pemain, tetapi juga pelatih. Coach RD kini berada di garis depan, memimpin pemain-pemain terbaik Liga 1 untuk mengukir cerita di Piala Presiden. Dan dari setiap instruksi di pinggir lapangan, akan lahir harapan bahwa sepak bola Indonesia memang sedang menuju ke arah yang lebih maju—bersama pelatih, pemain, dan sistem yang saling mendukung satu sama lain.