Kesehatan

Kesehatan Remaja Terancam Vape

Kesehatan Remaja Terancam Vape
Kesehatan Remaja Terancam Vape

JAKARTA - Di balik citra modern dan aroma manis yang ditawarkan rokok elektrik atau vape, tersembunyi ancaman serius bagi kesehatan remaja Indonesia. Isu ini menjadi perhatian khusus bagi mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang berkolaborasi dengan SMK Kesehatan Binatama untuk menggelar kampanye edukatif bertajuk “Rayuan Manis si Rokok Elektrik”.

Kegiatan yang berlangsung itu, bukan sekadar kampanye biasa. Di dalamnya, berbagai pendekatan dilakukan untuk menyampaikan pesan bahaya vape secara menyeluruh dan menyentuh langsung kelompok sasaran: para pelajar. Mahasiswa UAD yang terlibat, yaitu Trinur Afika Mandar dan Yuniati, didampingi oleh Dr. Heni Trisnowati, S.KM., serta Prof. Dr. Dra. R. Sitti Nur Djannah, M.Kes., merancang aktivitas edukatif yang beragam agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh siswa.

Selama kegiatan, siswa tidak hanya mendengarkan penyuluhan, tetapi juga aktif dalam permainan edukatif interaktif, simulasi penolakan ajakan merokok, hingga pembuatan konten media sosial bertema bebas asap rokok. Setiap siswa pun dibekali buku saku edukatif sebagai panduan praktis untuk memahami dampak rokok elektrik.

“Paparan nikotin pada remaja dapat menyebabkan kerusakan permanen pada perkembangan otak, meningkatkan risiko kecanduan, serta mengganggu daya pikir dan pengendalian emosi,” ungkap salah satu narasumber dalam sesi edukasi.

Penjelasan ini bukan tanpa dasar. Rokok elektrik ternyata mengandung berbagai zat berbahaya, seperti nikotin, formaldehida, logam berat, serta senyawa flavoring seperti diacetyl yang sering digunakan dalam cairan vape. Zat terakhir ini diketahui memiliki kaitan erat dengan gangguan paru-paru serius dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi virus seperti COVID-19.

Sayangnya, remaja masih menjadi target utama pemasaran produk ini. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2019, lebih dari 19% pelajar di Indonesia telah menggunakan rokok, termasuk rokok elektrik. Tren ini bahkan menunjukkan peningkatan yang tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam rentang usia 15 hingga 17 tahun, remaja berada dalam fase pencarian jati diri yang membuat mereka sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan dan tren yang glamor. Vape, dengan desain kemasan yang menarik dan aroma yang menggoda, memikat mereka secara visual maupun emosional. Padahal, di balik semua itu, terdapat bahaya laten yang mengintai kesehatan jangka panjang mereka.

“Remaja bukan hanya pengguna, tetapi juga target dari industri rokok elektrik. Mereka dijadikan pasar potensial melalui kemasan menarik dan aroma yang menggoda, padahal dampaknya sangat merusak kesehatan jangka panjang,” tegas tim promotor kesehatan dari UAD.

Inisiatif seperti ini menjadi penting di tengah arus normalisasi penggunaan vape di kalangan muda. Melalui pendekatan edukatif yang dekat dengan dunia pelajar, diharapkan siswa mampu membentuk kesadaran kritis terhadap bahaya rokok elektrik, serta berani menolak ajakan untuk mencoba atau menggunakannya.

Lebih jauh, program ini diharapkan tidak hanya berhenti pada satu kegiatan, tetapi berlanjut menjadi bagian dari budaya sekolah. “Sekolah Sehat Tanpa Rokok” menjadi misi bersama yang harus diwujudkan oleh seluruh warga sekolah bukan hanya guru atau petugas kesehatan, tetapi juga siswa dan orang tua.

Dengan keterlibatan langsung mahasiswa UAD yang memiliki latar belakang akademik kesehatan masyarakat, pendekatan yang digunakan dalam promosi ini tidak hanya menyentuh aspek perilaku, tetapi juga memperkuat kesadaran kolektif tentang urgensi menjaga kesehatan remaja dari ancaman zat adiktif.

Buku saku edukatif yang diberikan kepada siswa memuat informasi penting tentang bahaya rokok elektrik, cara menolak ajakan merokok, serta langkah konkret untuk hidup sehat. Selain itu, konten digital yang dihasilkan oleh siswa dapat menjadi sarana penyebaran pesan anti rokok di media sosial, menjangkau lebih banyak anak muda dalam bahasa yang akrab dengan mereka.

Keberadaan rokok elektrik dengan segala bentuk pemasaran yang memikat menuntut intervensi sosial yang kuat. Dan program seperti “Rayuan Manis si Rokok Elektrik” adalah contoh nyata bagaimana edukasi kesehatan bisa dikemas secara kreatif, partisipatif, dan berdampak langsung pada kelompok sasaran utama.

Lebih dari sekadar kampanye sesaat, kegiatan ini membuka ruang diskusi dan refleksi di lingkungan sekolah tentang bahaya nyata vape bagi masa depan remaja. Diharapkan, gerakan serupa bisa menyebar ke sekolah-sekolah lain, membentuk jaringan pelajar sadar kesehatan yang kuat dan berkelanjutan.

Dengan kombinasi pengetahuan, empati, dan aksi nyata, kesehatan remaja bisa lebih terlindungi dari bahaya rokok elektrik. Dan dari sinilah, sekolah dapat menjadi garda depan dalam membangun generasi bebas asap rokok generasi yang kuat secara fisik, mental, dan sosial.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index