AI

UBSI Pionirkan Edukasi AI di Festival Inovatif 2025

UBSI Pionirkan Edukasi AI di Festival Inovatif 2025
UBSI Pionirkan Edukasi AI di Festival Inovatif 2025

JAKARTA — Momen penting kembali tercipta di dunia pendidikan tinggi Indonesia saat Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Kalimalang menyelenggarakan AI Education & Innovation Festival 2025. Gelaran ini tak sekadar menjadi ajang perayaan teknologi, tetapi juga forum pencerahan dan pendorong transformasi edukasi nasional berbasis kecerdasan buatan (AI).

Salah satu titik kulminasi acara ini adalah hadirnya Ketua Asosiasi Penggunaan Artificial Intelligence Indonesia (APAII), Dian Martin, yang menyampaikan keynote speech penuh substansi dan menggugah kesadaran para peserta terhadap potensi serta tantangan AI di Indonesia.

Dalam pemaparannya, Dian Martin membongkar berbagai anggapan umum mengenai AI yang selama ini terlalu sempit. Ia menekankan bahwa AI tidak bisa lagi didefinisikan hanya dalam kerangka teknologi informasi atau platform populer seperti GPT. “AI bukan hanya sekadar GPT atau urusan teknologi informasi semata,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan beragam capaian nyata dari penerapan AI lintas sektor. Misalnya, teknologi ini kini mampu mendeteksi penyakit sejak dini di dunia medis, mencegah kerugian triliunan rupiah dalam sistem keuangan global seperti yang dilakukan oleh VISA, serta menggantikan posisi manusia sebagai trader saham dalam waktu yang relatif singkat.

Keterlibatan AI, lanjutnya, bahkan merambah dunia yang selama ini sangat mengandalkan kreativitas manusia. Dunia pendidikan, keuangan, media sosial, hingga sektor kreatif seperti penulisan lepas dan desain grafis telah mengalami disrupsi oleh kehadiran AI.

Salah satu contoh konkret yang disampaikan Dian adalah bagaimana content creator pemula dapat memproduksi animasi menarik hanya dalam hitungan jam, bahkan meraih jutaan penonton di platform seperti TikTok. “Karya animasi tanpa pengalaman bisa dibuat dalam 3 jam oleh pemula dan menembus jutaan penonton di TikTok,” ungkapnya. 

Namun demikian, Dian tidak hanya mengedepankan sisi praktis dan canggih dari AI. Ia dengan tegas menyuarakan perlunya pendekatan etis dan bertanggung jawab dalam mengembangkan serta memanfaatkan teknologi ini. “AI yang tidak etis akan melahirkan kekacauan, sedangkan AI yang diarahkan secara produktif dan kreatif bisa menciptakan revolusi positif dalam dunia pendidikan dan industri,” tegasnya.

Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini dianggap sangat krusial. Oleh karena itu, Dian mengajak sivitas akademika, terutama para mahasiswa UBSI, untuk menjadi pelaku aktif dalam pengembangan AI. Menurutnya, mahasiswa harus berperan bukan sekadar sebagai konsumen teknologi, tetapi sebagai penggagas dan pencipta solusi berbasis AI yang menjawab kebutuhan masyarakat. “Kampus seperti UBSI yang dikenal sebagai Kampus Digital Kreatif memiliki potensi besar sebagai penggerak utama transformasi digital yang inklusif,” ujarnya memberi dorongan.

Festival AI 2025 ini sekaligus menegaskan posisi UBSI sebagai lembaga pendidikan tinggi yang konsisten mendorong inovasi digital. Tak hanya menjadi tempat belajar, kampus ini juga berperan sebagai wadah aktualisasi gagasan-gagasan kreatif yang relevan dengan tantangan zaman.

Acara yang berlangsung semarak ini juga menjadi platform strategis untuk menyinergikan berbagai pihak, termasuk akademisi, pelajar, dan profesional yang memiliki perhatian terhadap perkembangan teknologi AI di tanah air. UBSI, melalui festival ini, memperlihatkan visinya untuk membangun generasi muda yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memiliki etika serta empati dalam penerapan kecerdasan buatan.

Momentum ini juga semakin menguatkan posisi UBSI sebagai kampus masa depan yang siap menyongsong era digital secara komprehensif, tidak hanya dari sisi infrastruktur tetapi juga dari sisi karakter dan pola pikir mahasiswanya.

Sejalan dengan semangat tersebut, UBSI sebelumnya juga aktif menggandeng berbagai kalangan untuk mendorong adopsi AI secara luas. Salah satunya dengan melibatkan guru dan pelajar di wilayah Bekasi dalam program kolaboratif yang bertujuan menghadirkan AI sebagai "sahabat belajar" dalam sistem pendidikan modern.

Dengan visi besar serta kolaborasi lintas sektor yang terus diperluas, UBSI membuktikan komitmennya dalam menjadikan kampus sebagai ekosistem pembelajaran yang adaptif dan solutif di tengah cepatnya perkembangan zaman. Ke depan, AI bukan sekadar teknologi bantu, melainkan instrumen strategis untuk membentuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif, kreatif, dan berdampak luas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index