JAKARTA - Di tengah kekhawatiran tentang kecanduan gawai di kalangan pelajar, Pemerintah Kota Gorontalo mengambil langkah progresif. Lewat sebuah kebijakan terbaru, Pemkot Gorontalo mengajak orangtua dan siswa untuk meluangkan waktu satu jam setiap hari tanpa menggunakan gadget. Program ini bertujuan untuk membangun kembali kedekatan emosional dalam keluarga yang kian tergerus oleh teknologi.
Program tersebut tidak datang tanpa dasar hukum. Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, telah resmi menandatangani surat edaran nomor 800 Disdik.sekrt/3078/tahun 2025, yang menjadi landasan pelaksanaan kebijakan tersebut di lingkungan masyarakat Kota Gorontalo.
Dalam surat edaran itu, setiap orangtua atau wali siswa didorong untuk menyediakan waktu minimal satu jam dalam sehari untuk berinteraksi langsung dengan anak-anak mereka tanpa kehadiran gadget. Interaksi ini bisa berlangsung di rumah atau di luar, dengan satu tujuan utama: memperkuat hubungan emosional antara orangtua dan anak.
Pemerintah menilai, keberadaan gadget dalam kehidupan sehari-hari, meski sangat membantu, ternyata juga membawa dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan. Anak-anak menjadi kurang aktif berkomunikasi dengan keluarga, bahkan cenderung lebih nyaman dengan layar ketimbang dengan kehadiran nyata orangtuanya.
Lewat program ini, orangtua diberikan kebebasan memilih waktu yang paling sesuai, menyesuaikan dengan aktivitas harian masing-masing. Yang terpenting, selama satu jam itu, anak dan orangtua benar-benar fokus satu sama lain tanpa gangguan gawai.
Aktivitas yang bisa dilakukan cukup beragam, mulai dari diskusi santai tentang hal-hal yang membangun, menumbuhkan motivasi dan rasa cinta terhadap diri sendiri, keluarga, serta lingkungan, hingga mengevaluasi perkembangan pendidikan anak, baik yang bersifat akademik maupun spiritual.
"Misalnya dengan menanyakan kegiatan belajar mereka di sekolah, atau bahkan meninjau sejauh mana kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an," demikian isi dalam surat edaran tersebut. Hal ini berlaku juga bagi orangtua yang beragama non-Muslim, dengan menyesuaikan bentuk kegiatan spiritual yang relevan.
Tak hanya membahas prestasi belajar, program ini juga mendorong orangtua untuk berperan aktif dalam pembentukan karakter anak. Memberikan nasehat dan arahan yang bijak tentang bahaya narkoba, minuman keras, serta menghindari tindakan kekerasan menjadi bagian dari momen satu jam tersebut.
Orangtua juga diharapkan menjadi contoh yang baik dalam menumbuhkan empati dan komunikasi sehat di rumah. Wali kota menyadari bahwa tantangan membesarkan anak di era digital bukanlah perkara mudah. Oleh karena itu, rekreasi sederhana di luar rumah juga menjadi alternatif yang disarankan. Aktivitas seperti berjalan-jalan santai ke taman atau tempat publik lainnya dalam suasana yang akrab dan bersahabat dianggap mampu mengembalikan kehangatan hubungan orangtua dan anak.
Kebijakan ini merupakan bagian dari komitmen Pemkot Gorontalo dalam membangun pendidikan karakter sejak dini, tidak hanya mengandalkan sistem pendidikan formal, tapi juga menguatkan peran keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak.
Wali Kota Adhan Dambea menilai bahwa keluarga adalah pondasi utama bangsa. Jika relasi di dalam keluarga rusak, maka dampaknya akan terasa secara sosial di kemudian hari. “Melibatkan orangtua dalam proses pendidikan anak adalah langkah yang tak bisa ditawar,” ujar Adhan dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.
Langkah ini sekaligus menjadi bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menghadapi tantangan era digital. Di satu sisi, teknologi mendekatkan yang jauh, namun ironisnya bisa menjauhkan yang dekat. Anak-anak yang dulu aktif bermain di luar kini lebih memilih diam dalam kamar menatap layar. Bahkan, banyak orangtua tanpa sadar ikut larut dalam kebiasaan yang sama, sehingga komunikasi dalam rumah menjadi dingin dan minim perhatian.
Melalui gerakan ini, Pemkot Gorontalo ingin menghidupkan kembali percakapan di ruang-ruang keluarga, agar rumah tak hanya jadi tempat beristirahat, tapi juga menjadi tempat pertumbuhan karakter yang kokoh dan penuh cinta kasih.
Meski program ini belum mewajibkan sanksi, namun sifatnya sangat dianjurkan agar bisa menjadi budaya baru di tengah masyarakat. Edukasi dan penyadaran terus dilakukan melalui sekolah-sekolah dan forum-forum warga.
Sejumlah pihak menilai bahwa inisiatif ini cukup inovatif dan patut diapresiasi. Terlebih, program ini menyasar akar persoalan sosial yang selama ini dianggap sepele, yakni kurangnya komunikasi langsung antara orangtua dan anak.
Dalam pelaksanaannya nanti, sekolah-sekolah akan ikut mendukung dengan menyosialisasikan program ini kepada seluruh orangtua murid, serta mendorong siswa untuk menceritakan pengalaman mereka selama satu jam tanpa gadget.
Program ini sekaligus menjadi pengingat bahwa dalam mendidik anak, teknologi tidak boleh menggantikan peran manusia, terutama orangtua. Gadgets memang memberi informasi, tetapi hanya kasih sayang yang bisa membentuk karakter anak.
Dengan kebijakan ini, Pemkot Gorontalo berharap dapat mencetak generasi yang tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara emosional dan spiritual, yang semuanya berakar dari hubungan hangat dalam keluarga.