Kesehatan

Penderita Hipertensi di Gunungkidul Diimbau Rutin Cek Kesehatan Tiap Bulan, Kasus Terus Meningkat

Penderita Hipertensi di Gunungkidul Diimbau Rutin Cek Kesehatan Tiap Bulan, Kasus Terus Meningkat
Penderita Hipertensi di Gunungkidul Diimbau Rutin Cek Kesehatan Tiap Bulan, Kasus Terus Meningkat

JAKARTA — Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Kesehatan terus menggencarkan langkah pencegahan dan pengendalian penyakit hipertensi. Meningkatnya jumlah penderita dari tahun ke tahun menjadi perhatian serius, sehingga warga yang mengidap penyakit ini diwajibkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu kali setiap bulan di puskesmas.

Langkah ini bukan tanpa alasan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang tidak dapat disembuhkan secara total, namun bisa dikendalikan agar tidak menimbulkan komplikasi berbahaya. Komplikasi yang bisa terjadi akibat hipertensi, antara lain stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan bahkan kematian mendadak. “Yang bisa dilakukan agar hipertensi bisa terkendali sehingga tekanan darah bisa stabil di angka normal,” ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Gunungkidul, Musiyanto..

Lonjakan Kasus Hipertensi dari Tahun ke Tahun

Data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam jumlah penderita hipertensi sejak tahun 2021. Pada tahun tersebut, tercatat sebanyak 6.074 warga mengidap tekanan darah tinggi. Setahun kemudian, angka tersebut melonjak tajam menjadi 10.155 kasus. Meski sempat turun menjadi 9.752 kasus pada 2023, jumlah penderita kembali meningkat pada 2024 dengan total 11.456 kasus. “Memang ada kecenderungan angka kasus hipertensi di Gunungkidul meningkat di setiap tahunnya,” ungkap Musiyanto.

Untuk tahun 2025, tren peningkatan masih berlanjut. Hingga akhir Mei saja, sudah tercatat sebanyak 7.466 warga yang mengidap hipertensi. Ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah antisipatif guna menekan angka kasus, terutama melalui intervensi pola hidup sehat dan edukasi masyarakat secara intensif.

Warga Diminta Cek Kesehatan Secara Berkala

Salah satu langkah strategis yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Gunungkidul adalah mewajibkan penderita hipertensi untuk memeriksakan tekanan darah mereka secara rutin, setidaknya satu kali dalam sebulan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara gratis di fasilitas kesehatan tingkat pertama bagi peserta BPJS Kesehatan. “Makanya diminta untuk periksa minimal sebulan sekali dan bagi pemegang BPJS Kesehatan layanan diberikan secara gratis,” jelas Musiyanto.

Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk menjaga stabilitas tekanan darah serta mendeteksi sedini mungkin gejala yang bisa memicu komplikasi. Dengan kontrol yang rutin, penderita juga bisa lebih disiplin dalam menjalani pola hidup sehat dan terapi pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga medis.

Pola Hidup Jadi Faktor Kunci

Hipertensi bukan hanya dipengaruhi oleh usia atau faktor genetik. Pola hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya jumlah penderita. Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol seperti junk food dan makanan olahan instan—sering menjadi pemicu utama naiknya tekanan darah.

Musiyanto tidak menampik bahwa banyak masyarakat yang masih abai terhadap pola makan sehat. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan stres berkepanjangan juga turut memperburuk kondisi kesehatan. “Konsumsi makanan seperti junk food dan lainnya bisa memicu terjangkit hipertensi,” katanya.

Ia menambahkan, faktor keturunan juga menjadi penyumbang signifikan dalam kasus hipertensi. Jika orang tua memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka anaknya berpotensi besar mengalami kondisi serupa di kemudian hari. “Memang ada faktor genetik karena hipertensi bisa diturunkan dari orang tua ke anak,” ujar Musiyanto.

Germas dan PHBS Jadi Pilar Pencegahan

Upaya pencegahan penyakit tidak hanya dilakukan melalui layanan kesehatan, tetapi juga melalui kampanye dan edukasi masyarakat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) agar diterapkan hingga tingkat kalurahan.

Melalui Germas, kader-kader kesehatan yang ada di desa dilibatkan secara aktif dalam menyosialisasikan pentingnya gaya hidup sehat. Langkah ini diharapkan bisa mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, khususnya dalam menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti rutin berolahraga, menjaga pola makan, serta memperhatikan kualitas tidur. “Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat [PHBS] serta rutin berolahraga dan makan-makanan bergizi sangat penting dalam upaya menjaga kesehatan sehingga tidak mudah terserang penyakit,” tegas Sidig.

Ia menegaskan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab individu dan keluarga dalam menjaga kualitas hidup sehari-hari.

Sinergi Lintas Sektor Diperlukan

Menekan angka kasus hipertensi memerlukan kerja sama lintas sektor. Dinas Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah desa, fasilitas kesehatan, hingga komunitas lokal. Kesadaran kolektif menjadi kunci keberhasilan program pengendalian hipertensi di Gunungkidul.

Langkah preventif seperti penyediaan fasilitas cek kesehatan di tingkat puskesmas dan posyandu, edukasi melalui media sosial dan pertemuan warga, hingga pelatihan kader kesehatan menjadi bagian dari strategi menyeluruh.

Pentingnya Peran Keluarga dan Masyarakat

Selain pendekatan medis dan struktural, peran keluarga sangat penting dalam mendorong anggota keluarganya yang menderita hipertensi agar taat melakukan pemeriksaan berkala. Pemantauan tekanan darah secara mandiri di rumah juga bisa menjadi langkah awal untuk mencegah kondisi darurat akibat tekanan darah yang melonjak secara tiba-tiba.

Meningkatnya kasus hipertensi di Gunungkidul menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan setempat. Dengan menerapkan kewajiban cek kesehatan setiap bulan bagi penderita serta kampanye gaya hidup sehat melalui Germas dan PHBS, pemerintah berharap angka kasus dapat ditekan dan kualitas hidup masyarakat meningkat. Langkah ini menunjukkan bahwa upaya menjaga kesehatan bukan hanya melalui pengobatan, tetapi juga melalui perubahan pola hidup yang konsisten dan menyeluruh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index