JAKARTA – Tanggal 3 Juni tiap tahunnya diperingati sebagai World Bicycle Day atau Hari Sepeda Sedunia, sebuah momentum global yang tidak hanya merayakan sepeda sebagai alat transportasi ramah lingkungan, tetapi juga menegaskan pentingnya bersepeda untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Penetapan ini dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2018 dan terus didukung oleh berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dalam resolusi yang diinisiasi oleh pemerintah Turkmenistan dan disahkan oleh Majelis Umum PBB, Hari Sepeda Sedunia diakui sebagai bentuk penghormatan terhadap kontribusi sepeda terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan fisik dan mental, serta akses pendidikan yang inklusif. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) turut mendukung peringatan ini sebagai bagian dari upaya global mendorong masyarakat agar aktif bergerak dan menerapkan pola hidup sehat. “Bersepeda adalah aktivitas fisik yang sangat terjangkau dan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan usia. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga menjadi solusi untuk mengurangi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas,” tulis WHO dalam pernyataan resminya menyambut Hari Sepeda Sedunia.
Sejarah Hari Sepeda Sedunia dan Masuknya Sepeda ke Indonesia
Peringatan Hari Sepeda Sedunia resmi ditetapkan pada tanggal 12 April 2018 melalui resolusi Majelis Umum PBB yang disepakati secara bulat oleh 193 negara anggota. Dalam resolusi tersebut, disebutkan bahwa sepeda merupakan simbol transportasi berkelanjutan yang mampu menginspirasi masyarakat untuk menjaga kesehatan sekaligus mengurangi dampak lingkungan akibat polusi kendaraan bermotor.
Di Indonesia, sejarah sepeda sudah dimulai sejak masa kolonial. Bangsa Belanda membawa sepeda ke Nusantara sekitar tahun 1890. Saat itu, sepeda digunakan sebagai sarana transportasi di Batavia, yang kini dikenal sebagai Jakarta. Seiring berjalannya waktu, sepeda berkembang menjadi sarana mobilitas yang terjangkau dan kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat urban maupun pedesaan.
Manfaat Bersepeda bagi Kesehatan
Bersepeda tergolong sebagai olahraga aerobik atau kardio, yang secara langsung memberi manfaat pada kesehatan jantung, paru-paru, dan sistem sirkulasi tubuh. Aktivitas ini terbukti membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan kapasitas paru-paru, serta mengendalikan kadar kolesterol dalam darah. “Bersepeda adalah olahraga yang berdampak rendah pada persendian, namun tetap efektif membakar kalori dan menjaga kebugaran. Ini sangat cocok untuk orang dengan nyeri sendi atau kekakuan otot, terutama yang berkaitan dengan usia,” ujar Dr. Clare Safran-Norton, ahli fisioterapi dari Harvard Health Publishing.
Lebih jauh lagi, Dr. Safran-Norton menambahkan bahwa bersepeda juga ideal untuk mereka yang baru memulai olahraga atau mengalami obesitas karena tekanan pada sendi saat bersepeda jauh lebih kecil dibandingkan aktivitas lain seperti berlari. Dengan demikian, bersepeda dapat menjadi alternatif ideal bagi semua kelompok usia, dari anak-anak hingga lansia.
Strategi Global Promosikan Sepeda sebagai Solusi Kesehatan dan Lingkungan
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kota besar di dunia mulai mengembangkan infrastruktur ramah pesepeda, seperti jalur sepeda terpisah dan fasilitas parkir sepeda. Langkah ini bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan sepeda sebagai moda transportasi harian, menggantikan kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi karbon tinggi.
Menurut data WHO, aktivitas fisik seperti bersepeda secara rutin dapat mengurangi risiko kematian dini hingga 30%. WHO juga menekankan bahwa 1 dari 4 orang dewasa secara global tidak cukup bergerak, yang berkontribusi terhadap peningkatan angka penyakit tidak menular. Karena itu, pemerintah dan komunitas lokal dianjurkan untuk menyediakan ruang publik yang memungkinkan warganya melakukan aktivitas fisik secara aman dan nyaman.
Pemerintah Indonesia Dukung Budaya Bersepeda
Di Indonesia, tren bersepeda meningkat pesat sejak pandemi COVID-19. Banyak masyarakat yang mulai memanfaatkan waktu luang dengan bersepeda sebagai bentuk olahraga dan relaksasi. Pemerintah pun merespons fenomena ini dengan membangun infrastruktur yang mendukung, seperti jalur sepeda di kota-kota besar, terutama Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta.
Kementerian Perhubungan bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian PUPR terus mendorong sinergi lintas sektor untuk mendukung budaya bersepeda. Selain untuk kepentingan transportasi hijau, gerakan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor. “Kami mendorong masyarakat untuk menjadikan sepeda sebagai alat transportasi alternatif yang menyehatkan dan ramah lingkungan. Ini selaras dengan komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi karbon serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujar pejabat Kementerian Perhubungan.
Sepeda sebagai Alat Pemulihan Kesehatan Mental
Selain aspek fisik, bersepeda juga terbukti memberi dampak positif terhadap kesehatan mental. Aktivitas di luar ruangan yang melibatkan pergerakan tubuh dapat meningkatkan produksi hormon endorfin dan serotonin, yang bertanggung jawab atas suasana hati dan keseimbangan emosi.
Sebuah studi dari University of Reading dan Oxford Brookes University di Inggris menunjukkan bahwa bersepeda secara rutin mampu menurunkan tingkat kecemasan dan depresi hingga 30%. Hal ini membuat sepeda tidak hanya dipandang sebagai alat olahraga, tetapi juga sebagai terapi bagi mereka yang mengalami stres akibat tekanan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.
Peringatan Hari Sepeda Sedunia di Indonesia
Di berbagai daerah di Indonesia, Hari Sepeda Sedunia diperingati dengan kegiatan fun bike, kampanye sadar transportasi hijau, hingga edukasi kesehatan yang melibatkan komunitas sepeda dan pelajar. Kota-kota seperti Jakarta, Semarang, dan Makassar bahkan rutin mengadakan car free day setiap akhir pekan untuk memberi ruang publik bagi pesepeda dan pejalan kaki.
Beberapa komunitas sepeda di Indonesia seperti Bike to Work (B2W) dan Komunitas Goweser Nusantara turut aktif mengedukasi masyarakat tentang manfaat bersepeda, baik dari sisi kebugaran maupun lingkungan.
Hari Sepeda Sedunia bukan hanya sekadar peringatan seremonial, melainkan ajakan serius dari komunitas global untuk mengubah gaya hidup. Dengan menjadikan bersepeda sebagai bagian dari rutinitas, masyarakat tidak hanya menjaga kesehatan pribadi, tetapi juga berkontribusi terhadap lingkungan dan keberlanjutan planet ini. “Kesehatan adalah aset terpenting dalam hidup. Bersepeda adalah salah satu cara termudah, termurah, dan menyenangkan untuk menjaganya,” ujar Dr. Safran Norton.
Melalui peringatan ini, publik diingatkan bahwa perubahan besar dimulai dari kebiasaan kecil. Dengan satu putaran pedal, kita tidak hanya bergerak maju secara fisik, tetapi juga memperkuat komitmen terhadap kesehatan dan masa depan bumi.