TikTok Diblokir Amerika Aplikasi Pengganti Ramai Digunakan Pengguna

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02:15 WIB
TikTok Diblokir Amerika Aplikasi Pengganti Ramai Digunakan Pengguna

JAKARTA - Dinamika dunia media sosial global kembali memanas setelah TikTok resmi diblokir di Amerika Serikat. Aplikasi berbagi video pendek yang selama ini menjadi rumah bagi jutaan kreator dan pelaku usaha kecil itu mendadak tak lagi bisa diakses secara normal oleh pengguna di Negeri Paman Sam.

Pemblokiran ini bukan keputusan yang muncul tiba-tiba. Sepanjang tahun 2025, tarik ulur kebijakan antara pemerintah Amerika Serikat dan ByteDance selaku induk TikTok berlangsung alot, penuh perdebatan hukum, serta sarat kepentingan geopolitik.

Di tengah ketidakpastian tersebut, para pengguna TikTok mulai mencari alternatif. Sejumlah aplikasi lain mendadak kebanjiran pengguna baru, terutama platform yang memiliki konsep serupa dengan TikTok. Fenomena migrasi digital ini pun menjadi babak baru dalam persaingan media sosial global.

Polemik Panjang Hingga TikTok Diblokir

Polemik pemblokiran TikTok di Amerika Serikat bermula sejak era Presiden Joe Biden dan berlanjut hingga masa kepemimpinan Donald Trump. Pemerintah AS memiliki kewenangan melarang aplikasi yang dinilai dikendalikan oleh musuh asing apabila tidak dilakukan divestasi kepemilikan.

Kebijakan tersebut memaksa TikTok untuk melepaskan diri dari induknya, ByteDance yang berbasis di China. Batas waktu kepatuhan ditetapkan pada 19 Januari 2025, namun ByteDance tetap menolak menjual TikTok kepada pihak mana pun.

Menjelang tenggat waktu, perdebatan hukum dan politik semakin intens. Isu keamanan data dan potensi pengaruh asing menjadi alasan utama pemerintah AS bersikeras menerapkan larangan tersebut.

Akhirnya, sesuai ketentuan hukum, TikTok resmi dilarang di AS mulai 19 Januari 2025. Aplikasi itu dihapus dari Apple App Store dan Google Play Store, disertai pemberitahuan resmi kepada pengguna bahwa TikTok tidak lagi tersedia.

Gelombang Migrasi ke Aplikasi Pengganti

Menjelang pemberlakuan larangan, para kreator konten di Amerika Serikat bergerak cepat mencari platform alternatif. Dua aplikasi yang paling banyak disorot adalah RedNote dan Lemon8, yang sama-sama memiliki kemiripan dengan TikTok.

RedNote dikenal sebagai versi Amerika dari aplikasi China populer bernama Xiaohongshu. Aplikasi ini berbasis di Shanghai dan didirikan pada 2013. Dalam waktu singkat, RedNote melesat menjadi aplikasi terpopuler di Apple App Store.

Menurut laporan South China Morning Post, RedNote memiliki sekitar 300 juta pengguna aktif per Juli 2024. 

Platform ini disebut sebagai aplikasi bergaya Instagram yang fokus pada berbagi kiat gaya hidup dan juga merambah sektor e-commerce.

Sementara itu, Lemon8 merupakan aplikasi lain yang berada di bawah naungan ByteDance. Aplikasi ini diluncurkan di AS pada 2023 dan mulai menarik perhatian publik setelah wacana pemblokiran TikTok menguat.

Lemon8 menawarkan tampilan feed serupa TikTok dengan tab mengikuti dan rekomendasi. 

Konten juga dikelompokkan ke dalam berbagai kategori seperti kesehatan, hubungan, dan perawatan kulit, sehingga memudahkan pengguna menemukan topik sesuai minat.

TikTok Kembali Aktif Namun Masih Abu-abu

Meski sempat diblokir, TikTok kembali bisa diakses di Amerika Serikat setelah hanya ‘dimatikan’ selama beberapa jam. Kembalinya aplikasi tersebut terjadi setelah Presiden terpilih Donald Trump menjanjikan penundaan larangan federal.

Dalam pernyataan di akun X, TikTok menyebut sedang memulihkan akses bagi pengguna AS dan menyampaikan terima kasih kepada Trump atas kejelasan yang diberikan. 

Trump juga berjanji akan mengeluarkan perintah eksekutif untuk memperpanjang tenggat waktu.

Tak lama setelah dilantik, Trump menandatangani perintah eksekutif yang menunda pemblokiran TikTok selama 75 hari. Namun, ia mengajukan syarat baru agar Amerika Serikat menguasai 50 persen saham TikTok.

Trump menyatakan terbuka terhadap skema usaha patungan antara ByteDance dan perusahaan AS. Usulan ini dinilai bisa melunakkan aturan hukum yang mengharuskan TikTok diblokir jika tidak dijual ke pihak Amerika atau sekutunya.

Meski kembali bisa diakses, masa depan TikTok di AS tetap belum pasti karena ByteDance hingga kini masih menolak divestasi penuh sesuai ketentuan awal.

Algoritma Jadi Harta Paling Diperebutkan

Di balik sengketa kepemilikan TikTok, algoritma menjadi aset paling berharga yang diperebutkan. Algoritma inilah yang membuat TikTok mampu mengungguli platform besar seperti Instagram, Facebook, dan YouTube.

Reuters menyebut algoritma TikTok sebagai “harta sakti” karena kemampuannya membaca minat pengguna secara dinamis. Algoritma ini dibangun berdasarkan sinyal ketertarikan, bukan semata jaringan sosial.

Format video pendek membuat algoritma TikTok mampu menyesuaikan konten dengan perubahan minat pengguna dalam waktu singkat. Bahkan, sistem ini diklaim bisa memahami pola minat pengguna pada jam-jam tertentu dalam sehari.

ByteDance sempat menyatakan lebih memilih menutup TikTok di AS daripada menyerahkan algoritmanya. 

Namun laporan Reuters menyebut ByteDance akhirnya bersedia menyerahkan kendali data, konten, dan algoritma kepada perusahaan baru, selama tetap memiliki saham di dalamnya.

Hingga kini, status akhir algoritma TikTok masih belum sepenuhnya jelas. Pemerintah China pun belum memberikan pernyataan resmi, padahal setiap ekspor kode sumber dari China wajib mendapatkan izin langsung dari Presiden Xi Jinping.

Kasus TikTok menunjukkan bahwa persaingan media sosial global tidak lagi sebatas inovasi teknologi, tetapi juga menyangkut geopolitik, keamanan data, dan kepentingan ekonomi lintas negara.

Terkini